PASUNDAN EKSPRES - Perundingan Hamas dan Israel terkait perpanjangan gencatan senjata. Konflik antara Israel dan Hamas terus mengalami ketegangan, terutama dalam perundingan mengenai gencatan senjata di Gaza.
Hamas menegaskan bahwa kelanjutan pembicaraan dengan Israel mengenai fase berikutnya dari kesepakatan gencatan senjata bergantung pada pembebasan tahanan Palestina yang telah disepakati sebelumnya.
Perundingan Hamas dan Israel terkait Perpanjangan Gencatan Senjata Memanas
Dilansir dari BBC, pada Minggu (23/2), Israel mengumumkan penundaan pembebasan lebih dari 600 tahanan Palestina yang seharusnya dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran dengan sepuluh sandera Israel (enam dalam keadaan hidup dan empat dalam keadaan meninggal dunia).
Pemerintah Israel menuduh Hamas melanggar kesepakatan dengan mengadakan upacara penyerahan sandera yang dianggap “menghina” dan memanfaatkan mereka untuk kepentingan propaganda.
Penundaan ini memicu reaksi keras dari Hamas, yang memperingatkan bahwa seluruh kesepakatan dapat terancam.
Seorang pejabat senior Hamas menyatakan bahwa keputusan Israel membahayakan kelangsungan kesepakatan dan mendesak para mediator, terutama Amerika Serikat, untuk menekan Israel agar mematuhi perjanjian.
Gencatan Senjata yang Rapuh dan Risiko Kembali ke Perang
Kesepakatan gencatan senjata tahap pertama, yang berlangsung selama enam minggu, akan berakhir pada Sabtu mendatang. Namun, hingga kini, negosiasi tidak langsung mengenai tahap kedua dan kemungkinan penghentian perang secara permanen belum dimulai.
Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, memperingatkan bahwa gencatan senjata ini masih dalam kondisi yang sangat rapuh dan mendesak semua pihak untuk mencegah kembalinya pertempuran. Ia juga menyerukan pembebasan semua sandera yang masih ditahan dengan cara yang bermartabat.
Alasan Israel Menunda Pembebasan Tahanan Palestina
Sebagai bagian dari kesepakatan, Israel seharusnya membebaskan 620 tahanan Palestina, yang terdiri dari lebih dari 400 warga Gaza yang ditangkap selama perang dan 50 tahanan yang menjalani hukuman seumur hidup.
Namun, keputusan untuk menunda pembebasan tahanan ini diambil setelah para tahanan dilaporkan sudah naik ke dalam bus di penjara Tepi Barat. Netanyahu kemudian memerintahkan untuk menangguhkan pembebasan mereka.
Dalam pernyataan resminya, kantor Perdana Menteri Israel menyatakan bahwa penundaan ini dilakukan sebagai respons terhadap pelanggaran berulang Hamas, termasuk upacara penyerahan sandera yang menghina dan eksploitasi sandera untuk kepentingan propaganda.
Pada Sabtu, Hamas membebaskan enam sandera Israel yang masih hidup. Namun, seperti sebelumnya, lima dari mereka diperlihatkan di atas panggung dengan dikawal oleh pejuang bersenjata sebelum akhirnya diserahkan kepada Palang Merah dan dibawa ke Israel.
Hamas juga merilis video dua sandera lainnya yang terlihat berada di dalam kendaraan, tampak memohon kepada Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, agar segera dibebaskan. Video tersebut dikecam oleh forum keluarga sandera Israel sebagai tindakan yang kejam dan tidak manusiawi.
Sementara itu, Hamas mengecam keputusan Israel sebagai "pelanggaran nyata" terhadap perjanjian yang telah dibuat. Hamas juga memperingatkan mediator utama dalam konflik ini, seperti Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir, bahwa mereka tidak akan membahas langkah-langkah selanjutnya dalam gencatan senjata sebelum Israel memenuhi kewajibannya membebaskan tahanan Palestina.
"Kami telah menyampaikan pesan yang jelas dan kuat kepada para mediator—kami tidak dapat melanjutkan diskusi mengenai langkah berikutnya jika 620 tahanan Palestina ini tidak dibebaskan," ujar anggota Biro Politik Hamas, Basem Naim, dalam wawancara dengan Al Jazeera.
Hamas sendiri membantah tuduhan Israel bahwa seremonial penyerahan sandera bersifat menghina. Sebaliknya, Hamas menuduh otoritas Israel telah memperlakukan tahanan Palestina secara tidak manusiawi sebelum mereka dibebaskan.
Mekanisme Kesepakatan Gencatan Senjata
Dalam tahap pertama gencatan senjata ini, sebanyak 33 sandera Israel akan ditukar dengan sekitar 1.900 tahanan Palestina.
Hingga saat ini, total 25 sandera Israel yang masih hidup dan empat sandera yang telah meninggal telah dibebaskan oleh Hamas. Selain itu, lima sandera asal Thailand juga dibebaskan di luar kesepakatan formal ini.
Gencatan senjata juga menyebabkan pasukan Israel menarik diri dari beberapa wilayah padat penduduk di Gaza, memungkinkan ratusan ribu warga Palestina yang mengungsi untuk kembali ke rumah mereka di utara.
Selain itu, bantuan kemanusiaan dalam bentuk ratusan truk bantuan kini mulai masuk ke wilayah Gaza setiap hari.
Tahap kedua dari kesepakatan ini seharusnya mencakup pembebasan sisa sandera, penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza, serta pengumuman gencatan senjata permanen.
(ipa)