Opini

Membentuk Generasi Berkarakter Islam Melalui Pendidikan di Pondok Pesantren

Membentuk Generasi Berkarakter Islam Melalui Pendidikan di Pondok Pesantren

oleh

Karyono,SSi,MSi

(Alumni Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Pimpinan PPTQ LAUHUL MAHFUZH di Wonosari Klaten )

Kemajuan zaman ditandai dengan perkembangan di dunia teknologi, selain memberikan dampak positif, di lain sisi memberikan dampak negatif, khususnya terhadap generasi muda saat ini. Dunia informasi dan telekomunikasi yang canggih telah membuat sebagian generasi muda terombang-ambing dalam berbagai arus globalisasi pemikiran dan kemaksiatan. Karena kemajuan informasi dan telekomunikasi tersebut tidak dibarengi dengan kemajuan pemahaman keagamaan dan pendidikan moral. Sehingga nilai-nilai negatif dari arus globalisasi sangat mudah menenggelamkan generasi muda ke dalam lautan kesesatan dan kemaksiatan yang tidak bertepi. Setidaknya ada sesuatu yang sering membayangi-banyangi dan menghantui pikiran para orang tua terhadap segala kelakuan para kaula muda negari ini. Mulai dari pergaulan bebas, narkoba, miras, tawuran, pornoaksi, pornografi dan sek bebas, seolah tidak bisa lepas dan telah melekat kuat di dalam kehidupan para remaja bangsa ini. Negara yang terkenal dengan sopan santunnya itu telah hilang seiring dengan perkembangan zaman yang begitu cepat. Remaja kita tidak berbeda jauh dengan para remaja di negara barat yang cenderung mempunyai kehidupan yang bebas. Itulah fakta yang selama ini terjadi dan sudah terlihat jelas dalam masyarakat kita. Jangankan ada keinginan untuk membaca dan belajar di rumah maupun di sekolah, banyak diantara siswa berangkat dari rumah namun tidak sampai ke sekolahan, malahan banyak diantara mereka yang suka membolos pada saat jam sekolah, lebih dari itu banyak diantara mereka selesai jam sekolah, mereka asik berjalan ke sana dan ke sini, tidak langsung pulang ke rumah. Padahal sudah jelas jika generasi penerusnya baik maka sebuah negara akan maju karena mempunyai calon pemimpin yang baik begitu juga sebaliknya. Bisa dibayangkan, ketika remaja sedang mengalami kerusakan akhlak, disintegrasi moral yang begitu hebat, lalu apa yang terjadi pada negara ini dimasa depan? Apa yang akan terjadi dengan bangsa yang kita cintai ini ?. Seharusnya keadaan seperti ini mendapatkan perhatian dan pemikiran khusus untuk mencari sebab-sebabnya dan harus mendapatkan solusinya.

Fakta yang terjadi adalah krisis dan dekadensi moral, anak-anak di zaman modern ini tidak lagi mengutamakan nilai-nilai kebaikan dimana ajaran agama dan akhlak tidak lagi jadi ajaran utama baik di rumah maupun di sekolah. Orang tua lebih memilih anaknya untuk belajar bahasa asing dari pada mengaji dan belajar bahasa arab, pelajaran agama di sekolah yang hanya dua jam dikali 45 menit dalam seminggu dianggap sudah cukup. Kalau seperti ini terus keadaannya, maka generasi umat Islam yang akan datang semakin rusak. Untuk itu umat Islam harus memahami kembali konsep Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan As Sunah. Sebagaimana Rosulullah SAW sebelum wafat berpesan bahwa, telah aku tinggalkan kepadamu 2 (dua) perkara yang apabila kamu berpegangteguh kepadanya, kamu akan selamat dunia dan akherat, yaitu Al Quran dan As Sunah. Umat Islam harus kembali kepada al-Qur’an dan hadits sebagai pedoman untuk mempersiapkan generasi penerus yang berkualitas. Di dalam al- Qur’an banyak sekali ayat yang menerangkan seperti apa seharusnya generasi Islam yang berkualitas. Dalam pandangan syari’at Islam, anak merupakan amanat yang  dibebankan oleh Allah Swt., kepada orang tuanya, maka dari itu orang tua berkewajiban untuk menjaga dan memelihara serta mengajarkan anaknya ilmu umum dan terkhusus ilmu agama. Karena manusia adalah milik Allah Swt., mereka harus mengantarkan anaknya melalui pendidikan untuk mengenal dan menghadapkan diri kepada Allah Swt, dan semua itu akan bisa dipelajari secara kafah di pondok pesantren ahlul sunnah wal jamaah. 

Sejarah Islam telah membuktikan bahwa pendukung dan penyokong awal penyampaian risalah Islam yang diajarkan oleh Rasulullah SAW adalah para pemuda, sebagaimana dicontohkan oleh Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib yang dengan gagah berani menjadi benteng dan garda terdepan dalam berdakwah sekaligus menghadapi musuh-musuh Islam saat itu. Kisah Ashabul Kahfi sebagai pengikut Nabi Isa ‘alaihis salam. Mereka adalah anak-anak muda yang menolak kembali kepada agama nenek moyang mereka, menolak menyembah selain Allah SWT. Mereka bermufakat mengasingkan diri dari masyarakat dan berlindung dalam suatu gua, surat Al Kahfi ayat (9-26). Di negara kita sejarah perjalanan bangsa Indonesia juga telah mencatat berbagai peristiwa pergerakan bangsa yang dimotori oleh generasi muda bangsa ini dengan keringat bahkan darah dan nyawa, sejak jaman merebut kemerdekaan hingga era reformasi belakangan ini. Sejarah mencatat Budi Utomo sebagai organisasi pertama yang mengubah watak pergerakan perlawanan, yang semula bersifat kedaerahan menjadi bersifat kebangsaan, dan mampu membawa kemerdekaan Republik Indonesia.

Sehingga penting kiranya membangun kemajuan dan peradaban dengan menghadirkan Islam yang inklusif, bukan yang ekslusif dimana membangun generasi muslim sebagai sebuah komunitas atau jamaah sekaligus identitas keislaman tidak hanya untuk diri sendiri tetapi mampu manghadirkan keislaman yang memberi nilai (makna) dan memberi manfaat untuk orang banyak (Haedar Nashir, 2022). Lebih lanjut disampaikan Islam sebagai agama punya banyak konstruksi yang mempunyai nilai sekaligus punya fungsi tentang sosok generasi muslim. Pertama, dalam dimensi moralitas akhlak dan  kebaikan disebut sebagai generasi Qurrota A’yun. “Adakah kasih sayang anak itu sama seluas samudra kasih sayang kedua orangtuanya? Disitulah maka ajaran birrul walidain perlu ditanamkan sejak dini. Sehingga dimensi Qurrota A’yun akan menjadi penyambung generasi manusia kemasa depan karena pandai merawat bangunan keluarga. Kedua, dalam Islam ada konsep Ulul Albab yaitu orang yang punya pikiran jernih sebagaimana dalam (QS. Ali Imaran ayat 190-191) bahwa orang yang selalu berfikir tetapi juga berdzikir, taffakur wa tazzakur tazzakur wa tafakkur. “Sehingga generasi Ulul Albab itu generasi cerdas ilmu dan pemikirannya tetapi juga cerdas hati dan akhlak. Ketiga, Islam punya konsep  khairu ummah (umat terbaik) atau generasi terbaik, satu diantaranya disebutkan sebagai ummatan wasathan syuhada alannas (Al-Baqarah: 143) yang berarti umat tengahan yang moderat tidak ekstrim termasuk dalam beragama dalam hidup juga tidak ekstrim tetapi memberi manfaat, syuhada alannas. Sehingga generasi aedar muslim harus menjadi generasi Qurrota A’yun, generasi Ulul Albab, dan generasi yang Khairu Ummah. “Nah kalau sudah seperti ini Insyaallah generasi muda kita menjadi penebar rahmat bagi semesta alam. 

Indonesia saat ini masuk dalam  era revolusi industri 4.0 adalah perubahan dunia di Era Revolusi Industri yang begitu cepat tentu memberikan tuntutan kemajuan. Kemajuan suatu bangsa tergantung dari kualitas pendidikan yang diterima warganya. Generasi Alfa atau disebut juga dengan Gen-A adalah penduduk bumi yang terlahir di tahun 2010. Mereka adalah penerus dari generasi sebelumnya yang dikenal dengan generasi Z. Generasi Alfa adalah anak- anak yang lahir dari generasi Millennial, mereka tumbuh berinteraksi dengan ragam teknologi Artificial Intelligence (kecerdasan buatan) dan robot yang layaknya manusia. Mereka akan bermain dengan mainan yang terhubung yang akan merespon perintah dan juga mampu menunjukkan kecerdasan emosional (Williams,2019). Kondisi umat Islam pada masa kini dan mendatang akan sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan dan pembinaan generasi muda Islam saat ini. Generasi muda merupakan pilar utama dan ujung tombak dari kebangkitan umat di belahan dunia manapun. Sehingga dengan demikian, pemerintah Indonesia pun melibatkan pondok pesantren dalam menghadapi tantangan dunia pendidikan era revolusi industri 4.0. Sebagai lembaga kemasyarakatan pondok pesantren berperan penting dalam pertumbuhan teknologi yang mau tidak mau pondok pesantren dituntut untuk mngikuti kemajuan teknologi yang berbasis revolusi indutri 4.0. kemajuan teknologi yang terjadi pada saat ini dari masa ke masa secara akumulatif telah mendorong terjadinya revolusi industri dan perbedaan generasi ini menuntut dunia pendidikan untuk memperbaiki sistem mutunya secara dinamis.generasi alpha merupakan generasi alfa merupakan generasi yang paling mudah di antara generasi yang lainnya maka dari itu perlu persiapan untuk generasi ini. 

Pesantren merupakan jembatan utama dalam proses internalisasi dan trasmisi islam kepada masyarakat. Tidak hanya pesantren berperan sebagai lembaga mutafaqqih fi al-din (mengkaji ilmu agama) yang mampu mencetak kader-kader ulama dan pendakwah menyebarkan agama Islam, serta pembentukan akhlak sarana mengembangkan kepercayaaan Islam, dan khususnya untuk mengembangkan kemampuan menafsirkan inti ajaran Islam. Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan agama Islam tertua di Indonesia yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar, dengan sistem asrama (komplek-karantina) dimana santri-santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada dibawah kedaulatan dari leadership seorang atau beberapa orang kiai dengan ciri-ciri yang khas yang bersifat kharismatik serta independent dalam segala hal (Mufid Ali,2011). Dalam konteks agama, pendidikan bukan hanya tentang mentransfer pengetahuan, tetapi juga tentang membimbing individu untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai etika dan moral sesuai Al Quran dan As Sunah. Di tengah pesatnya perkembangan dunia modern, pendidikan Islam masih menjadi pilar yang kuat dalam membentuk generasi Muslim yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki karakter kokoh yang tercermin dalam tindakan sehari-hari. Dalam hal ini, pondok pesantren muncul sebagai cahaya terang dalam gelapnya arus modernisasi yang dapat merusak esensi pendidikan Islam tradisional. Pondok pesantren, sebagai institusi pendidikan khas Islam, bukan hanya menjadi tempat mempelajari ajaran agama semata, tetapi juga sebagai arena di mana generasi muda Muslim dibentuk menjadi individu yang berakhlak mulia dan berkarakter. 

Keseimbangan antara pendidikan agama dan ilmu pengetahuan umum, serta penekanan pada pengembangan spiritual dan etika, pondok pesantren memiliki peran yang tak ternilai dalam membentuk generasi Muslim yang siap menghadapi tantangan dunia modern tanpa kehilangan jati diri agama dan budaya tetapi juga membentuk akar kuat dari akhlak dan identitas Pembelajaran pondok pesantren yang yang meliputi ; Pembelajaran Holistik (Pondok pesantren menawarkan pendekatan pembelajaran holistik yang menggabungkan aspek keilmuan agama dengan pengetahuan umum), Pengajaran bersumber Al-Qur'an dan Hadis (Sebagai pusat keilmuan Islam, Pondok Pesantren memberikan pengetahuan mendalam tentang Al-Qur'an dan Hadis kepada para santri. Santri mentadaburi (menghafal, menafsirkan dan mengamalkan Al-Qur'an, ilmu hadis, serta ilmu-ilmu keislaman lainnya secara sistematis). Pembentukan Aklahul Karimah (Pondok pesantren menekankan pembentukan karakter dan etika yang kuat. Santri diajarkan nilai-nilai Islam seperti kejujuran, disiplin, kesabaran, dan empati), Pembinaan Spiritualitas (Para santri diajarkan tentang ibadah, dzikir, dan memperdalam pemahaman tentang ajaran agama), Enterprenuership (santri diajarkan kepemimpinan, mandiri dan bertanggung jawab Melalui program-program pelatihan dan praktek usaha, mereka diajarkan keterampilan dalam berwirausaha, manajemen keuangan, dan pengembangan potensi ekonomi local), dan Pendidikan Berkelanjutan (Pondok pesantren tidak hanya memberikan pendidikan formal, tetapi juga pendidikan berkelanjutan dalam bentuk pengajian dan kajian kitab suci setelah santri lulus. Ini mendorong santri untuk terus belajar dan berkembang dalam pemahaman agama mereka sepanjang hidup).

Oleh karena itu melalui pendidikan di pondok pesantren yang fokus pada pengembangan kemampuan mentadaburi Al-Qur’an, dan As Sunah akan mampu membentuk generasi islam yang meneladani empat sifat Nabi Muhammad SAW, yaitu: Siddiq (Nabi muhammad SAW selalu berkata dan berbuat jujur), Amanah (Nabi Muhammad SAW adalah sosok yang sangat dapat dipercaya dalam segala hal apapun yang beliau sampaikan), Tabligh Nabi Muhammad SAW menyampaikan hal baik dan buruk (peringatan) agar umatnya senantiasa berbuat kebaikan dan menjauhi larangan-larangan-Nya), dan Fathonah (Nabi Muhammad SAW sangatlah luar biasa dan cerdas dalam segala hal). Pondok pesantren, melalui sistem Pendidikan yang “khas”, komprehensif dan fokus pada pembentukan karakter, akan mampu memberikan kontribusi nyata dalam membentuk generasi muslim yang berkarakter dan bermoral tinggi dan mampu menghadapi tantangan dunia modern namun tetap teguh pada nilai-nilai dan ajaran Islam. Allahuma Aamiin.

Tag :
Berita Terkait
Terkini Lainnya

Lihat Semua