PASUNDAN EKSPRES- Dalam sebuah wawancara di podcast yang dipandu oleh Vincent dan Desta, komedian, penulis, dan sutradara Raditya Dika berbicara tentang gaya hidup minimalis yang ia jalani.
Percakapan tersebut memberikan wawasan menarik tentang bagaimana Dika mendekati konsep minimalisme, termasuk pandangannya tentang kepemilikan barang-barang pribadi.
Vincent membuka percakapan dengan mengungkapkan bahwa meskipun jarang menonton wawancara, ia tertarik dengan podcast Raditya Dika yang sering menampilkan penjualan barang-barang mahal.
Menanggapi hal ini, Desta menambahkan bahwa mereka berbicara tentang minimalisme.
Raditya Dika menjelaskan bahwa ia sering menjual barang-barang yang sudah tidak digunakan selama tiga bulan. "Iya, kaya gua tuh ngerasa bahwa barang gua tuh banyak. Gua juga jual-jualin barang-barang, ada gitar, jam-jam, pokoknya barang yang 3 bulan gua ga pake, pokoknya gua jual," ujar Dika.
Desta kemudian bertanya apakah Dika pernah menjalani hidup dengan perabotan yang sangat minimalis.
Dika menjawab bahwa ia tidak menjalani minimalisme secara ekstrem. "Ngga se ekstrem itu sih. Gitar gua kan udah lama ngga dipake, gua ngerasa sayang aja kalo gitar gua cuman digantung gitu. Udah lu sama orang lain aja daripada lu ngga dipake," jelasnya.
Vincent kemudian bertanya apakah Dika tidak merasakan romantisme terhadap barang-barang pertamanya, seperti gitar pertama yang ia beli.
Dika menjawab bahwa ia mengatasi kehilangan barang-barangnya dengan cara yang berbeda. "Nah kan kalo orang bilang kan kehilangan barangnya kaya gtu, nah kalo gua biasanya gua foto jadi ada di foto justru romanstimenya itu ketika barang itu pergi bersama orang lain," kata Dika.
Percakapan kemudian menjadi lebih ringan ketika Desta bertanya apakah Dika memiliki pikiran yang sama terhadap pasangan hidupnya.
Pertanyaan ini memicu tawa di studio, menunjukkan dinamika humoris yang sering kali muncul dalam acara VINDES.
Melalui percakapan ini, kita dapat melihat sisi lain dari Raditya Dika yang mungkin tidak banyak diketahui orang.
Pendekatannya terhadap minimalisme tidak hanya praktis tetapi juga penuh pertimbangan emosional, menunjukkan bagaimana ia menghargai pengalaman dan memori lebih dari sekadar kepemilikan fisik.
