PASUNDAN EKSPRES - Sebuah aplikasi pesan singkat yang berbasis di Dubai, yakni Telegram, sedang menuju pada pencapaian sejarah baru dengan proyeksi akan mencapai 1 miliar pengguna aktif bulanan dalam waktu dekat.
Ini menandai potensi pertumbuhan yang signifikan bagi perusahaan tersebut, mengingat WhatsApp sendiri telah memiliki lebih dari 2 miliar pengguna aktif bulanan hingga akhir 2023.
BACA JUGA:40 Juta Data Pemilu Terbocor, China Dituduh sebagai Penyebab Utama
Telegram didirikan oleh Pavel Durov, seorang pengusaha asal Rusia, yang pada tahun 2014 memutuskan untuk meninggalkan Rusia setelah menolak tuntutan untuk memblokir suara komunitas oposisi di platform media sosial miliknya saat itu, VK.
Keputusan ini kemudian membawanya mendirikan Telegram setelah menjual VK.
Durov optimistis bahwa jumlah pengguna aktif bulanan Telegram akan mencapai 1 miliar dalam tahun ini.
Namun, ia juga mengakui tekanan yang diterima dari beberapa negara untuk mengatur pertukaran informasi tertentu di platformnya.
Meskipun demikian, Telegram menegaskan komitmennya sebagai platform netral yang tidak terlibat dalam konflik geopolitik, yang menjadi daya tariknya bagi pengguna di seluruh dunia.
Platform ini diharapkan tetap menjadi ruang bebas di tengah persaingan platform internet populer seperti Facebook, YouTube, WhatsApp, Instagram, TikTok, dan WeChat.
Pada saat Rusia melakukan invasi ke Ukraina pada tahun 2022, Telegram menjadi salah satu sumber informasi yang tidak menyaring konten-konten di dalamnya, meskipun terdapat beberapa konten yang dianggap sebagai disinformasi.
Durov menekankan bahwa sistem enkripsi di Telegram akan menjaga pertukaran informasi di dalamnya agar tetap terlindungi dan tidak terpengaruh oleh intervensi pemerintah.
Namun, ia juga menyadari adanya upaya dari berbagai pihak, termasuk FBI, untuk mengelabui enkripsi tersebut dengan mencoba merekrut engineer Telegram untuk membobol platformnya.
Selain dari pemerintah, tantangan terhadap kebebasan berpendapat dan berekspresi juga datang dari rival-rivalnya seperti Apple dan Alphabet, yang memiliki kemampuan untuk menyensor konten dan mengakses data pengguna.
Pilihan Durov untuk berdomisili di Dubai didasari oleh keyakinannya bahwa Uni Emirat Arab adalah negara netral yang tidak terikat oleh kepentingan pemerintahan besar.
BACA JUGA:BMKG Menyampaikan Peringatan Cuaca Ekstrem Mendekati Musim Kemarau di Indonesia
Ia merasa aman menjalankan perusahaannya di negara tersebut sebagai sebuah entitas netral.