"Dari Tempat Ini Saya Bisa Menghidupi Keluarga"

PASCA PEMBONGKARAN: Pemandangan pasca pembongkaran bangunan di Ciater Subang pada Rabu (13/8/2025). Ijang Samsu Rizal/Pasundan Ekspres
SUBANG-Pemandangan di sepanjang jalan Ciater menuju Lembang, Kabupaten Subang, kini berubah drastis. Tak lagi ada deretan kios dan warung yang dulu ramai menjajakan makanan, minuman, dan oleh-oleh bagi wisatawan. Tersisa hanyalah hamparan kebun teh hijau membentang, diselingi tumpukan puing bekas bangunan yang dibongkar.
Pantauan Pasundan Ekspres, Rabu (13/8/2025) sisa-sisa bangunan para pedagang masih berserakan. Potongan kayu, seng, batu bata, dan paku berceceran di pinggir jalan.
Beberapa pedagang tampak kembali ke lokasi, bukan untuk berjualan, melainkan memunguti apa yang masih bisa diselamatkan. Ada yang mengumpulkan kayu, ada pula yang memisahkan paku-paku untuk digunakan kembali atau dijual.
Salah satu pemandangan yang mencolok adalah hamparan kebun teh di sepanjang jalur utama Ciater Lembang yang kini terlihat lebih luas dari sebelumnya.
BACA JUGA: Relokasi Dulu Baru Bongkar Kios Pedagang, Catatan Kritis NasDem untuk Pemprov Jabar
Hilangnya deretan bangunan permanen maupun semi permanen yang dulu berdiri di tepi jalan membuat panorama alam kembali terbuka. Namun, di balik pemandangan yang lapang dan rapi itu, tersimpan cerita sedih dari para pedagang yang kehilangan sumber mata pencaharian.
Kelvin, seorang mahasiswa di Bandung yang merupakan warga asli Subang, mengaku khawatir atas kondisi baru ini. Ia sering melintasi jalur tersebut saat pergi dan pulang dari kampus. Menurutnya, hilangnya kios dan aktivitas pedagang justru bisa memunculkan potensi masalah keamanan.
"Saya sering lewat sini pergi ke kampus di Bandung. Setidaknya dulu ada pedagang yang bisa memberi rasa aman, apalagi di malam hari. Saat hujan, kami pengendara motor bisa berteduh di warung. Sekarang, tempatnya sepi dan gelap, khawatir rawan begal," ungkap Kelvin.
Ia menambahkan, kehadiran warung dan kios di pinggir jalan wisata bukan hanya soal ekonomi bagi warga, tetapi juga berfungsi sosial, memberikan perlindungan sementara bagi pengendara dan memperkecil risiko tindak kriminal.
BACA JUGA: Uang Tunggu untuk Pedagang dl Desa Cisaat Subang Mulai Disalurkan
Bagi para pedagang, dampak pembongkaran ini terasa sangat berat. Aep, salah seorang pedagang yang kiosnya ikut dibongkar, mengaku tak tahu harus mencari nafkah di mana lagi.
"Saya sedih sekali. Sudah puluhan tahun di sini, dari tempat ini saya bisa menghidupi keluarga. Sekarang hilang semua, saya bingung mau mulai dari mana lagi," ujar Aep dengan nada lirih.
Kios yang ia bangun dari hasil kerja keras bertahun-tahun kini tinggal kenangan. Sisa-sisa material yang berserakan di lokasi hanya menjadi pengingat pahit bahwa sumber penghasilan itu sudah lenyap.
Penertiban bangunan di kawasan Ciater dilakukan oleh petugas gabungan dari Satpol PP, kepolisian, TNI, dan instansi teknis terkait. Langkah ini diambil karena kios-kios tersebut berdiri di badan jalan dan dianggap melanggar aturan tata ruang. Pemerintah menyebutkan bahwa penertiban dilakukan untuk menata kawasan wisata agar lebih tertib, rapi, dan aman bagi pengguna jalan.
Namun, bagi warga yang bergantung hidup dari berjualan di tempat tersebut, pembongkaran menimbulkan guncangan ekonomi.
Beberapa pedagang mengaku tidak mendapatkan alternatif lokasi usaha yang memadai, sehingga terpaksa menganggur atau mencari pekerjaan lain yang belum tentu tersedia.
Ketiadaan pedagang di jalur Ciater Lembang diperkirakan akan memengaruhi perputaran ekonomi lokal. Selama ini, keberadaan kios-kios tersebut tidak hanya melayani wisatawan, tetapi juga pekerja kebun teh, sopir, hingga pengendara ojek.
Hilangnya pusat aktivitas ekonomi kecil ini juga membuat interaksi sosial di kawasan tersebut berkurang. Jalan yang dulunya ramai kini cenderung lengang, terutama di luar musim liburan.