Membangun Generasi Mental Merdeka: Kesehatan Mental sebagai Fokus Generasi Z
Rabu, 21 Agustus 2024,
16:18 WIB
Penulis: Nanda Yuanita|Editor:
Nanda Yuanita
(dok.pexels.com/Anna Shvets)
Berdasarkan hasil survei Mckinsey Health Institute terhadap 41.960 orang di 26 negara, ada 18% responden kelahiran tahun 1997-2012 atau gen Z yang merasa kesehatan mental nya buruk. Persentase ini melampaui 13% generasi milenial yang menganggap kesehatan mental nya buruk.
Sementara, persentase generasi X dan baby boomers yang menganggap kesehatan mental nya buruk masing-masing sebesar 11% dan 4%. Angka tersebut menyoroti fakta bahwa generasi Z memiliki kondisi kesehatan mental terburuk dibandingkan dengan generasi lainnya.
Krisis kesehatan mental yang dialami gen Z tentu akan menimbulkan dampak yang cukup serius bagi keberlangsungan masa depan suatu bangsa dalam kehidupan sosial ekonomi, mengingat kesehatan mental seseorang juga sama pentingnya dengan kesehatan fisik, karena keduanya akan saling mempengaruhi bagaimana tingkat produktivitas seseorang.
Terlebih lagi generasi Z yang lahir pada tahun 1997 – 2012 ini digadang-gadang akan menjadi ujung tombak lahirnya Indonesia emas 2045. Oleh sebab itu, masyarakat sedari dini perlu meningkatkan tingkat kewaspadaan mereka terhadap adanya isu kesehatan mental ini demi menciptakan generasi cemerlang di masa depan.
(Terfokus pada data mengenai kesehatan mental pada beberapa generasi, seperti generasi X, Baby Boomers, dan generasi Z. Isi paragraf ini menjelaskan mengenai perbandingan hasil dari data kesehatan mental yang diderita oleh beberapa generasi).
Dampak negatif dari gangguan mental merupakan tantangan yang besar, terutama di zaman modern saat ini. Apabila hal tersebut tidak ditangani secara serius, maka akan berpengaruh terhadap masa depan bangsa Indonesia ke depannya.
Terlebih lagi, di era yang serba digital ini, generasi Z dan generasi alpha sangat rentan mengalami gangguan kesehatan mental. Hal ini dipengaruhi oleh faktor penggunaan media sosial yang dinilai kurang bijak.
Dikutip dari situs resmi UNAIR, Prof. Dr. Nurul Hartini, S.Psi., M.Kes., mengungkapkan, salah satu penyebab gen Z memiliki tingkat kebahagiaan yang rendah adalah penggunaan sosial media yang kurang tepat.
Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Seseorang yang menghabiskan waktu lebih banyak untuk membuka sosial media, memiliki kepribadian anti-sosial serta kemampuan sosialisasi yang kurang. Di samping itu pun, remaja cenderung membandingkan diri mereka dengan kehidupan orang lain yang seakan terlihat sempurna di media sosial sehingga menimbulkan turunnya kepercayaan diri.