Pernah Dijadikan Tempat Syuting Iklan Lebaran
Masjid Agung Al-Musabaqoh merupakan salah satu masjid kebanggaan warga Subang. Tempatnya berada di Jalan RA Wangsa Ghofrana, Kecamatan Subang. Saat ini, selain menjadi tempat ibadah umat Islam, masjid tersebut juga biasa dijadikan sebagai destinasi wisata religi.
Lokasinya yang terletak berdekatan dengan Alun-alun Subang membuat Masjid Al-Musabaqoh ramai dikunjungi, terutama saat bulan Ramadan. Tapi tahukah Anda bahwa pada masa lampau Masjid Agung Al-Musabaqoh merupakan sebuah bangunan bergaya Eropa?
Dosen Pendidikan Sejarah Institut Pangeran Dharma Kusuma Anggi A. Junaedi membenarkan, bahwa sebelum menjadi masjid seperti sekarang ini, bangunan tersebut merupakan bangunan bergaya Eropa.
"Iya, Masjid Agung dulunya rumah orang Eropa," ucapnya.
Pada saat itu, bangunan tersebut berdiri di sekitar lapangan golf P&T Lands yang telah dibeli oleh Anglo Dutch Plantations yang sekarang menjadi Alun-alun Subang.
Anggi juga mengatakan, pembangunan Masjid Agung tidak lepas dari peran Bupati Subang Pertama, yaitu R. Atju Syamsudin yang ingin agar Subang merubah "wajah kota" dari yang modern ke tradisional. Pembangunnya sendiri dimulai pada tahun 1968 hingga tahun 1978.
Ia mengatakan, pembangunan Masjid Agung tersebut memberikan dampak yang positif bagi masyarakat Subang.
"Dampaknya sebetulnya positif, Subang jadi punya ikon seperti kota trafisional lain (Sumedang, Bandung, dan lainnya). Masyarakat kemudian menjadikan Masjid Agung sebagai sarana berkumpul dan berdakwah," ucapnya.
Pada saat itu, gaya arsitektur Masjid Agung terbilang unik. Memiliki tiga lantai bercat warna putih dengan jendela berwarna hitam. Memiliki beberapa satu kubah yang besar dan beberapa kubah kecil di sekelilingnya dan dilengkapi dengan sebuah menara.
Saking ikoniknya, Anggi mengatakan bahkan, Masjid Agung pernah dijadikan syuting iklan Lebaran PT. Djarum pada tahun 2004, karena bangunannya cukup ikonik.
Namun, sayangnya bentuk Masjid Agung Subang yang sangat unik tersebut tidak bisa lagi kita lihat, karena terjadi perubahan arsitektur dan akhirnya terlihat seperti sekarang ini.
"Sayangnya, hari ini kita tidak bisa melihat bangunan ikonik tersebut karena ada perubahan gaya bangunan masjid," ucapnya.(fsh/ysp)