Oleh: Yulia Enshanty, S.Pd
(Mahasiswa Magister Pendidikan Geografi Pascsarjana Universitas Siliwangi, Guru Geografi di SMAN 1 Warungkiara
Siswa kelas XII-12 SMAN 1 Warungkiara baru-baru ini berhasil menampilkan pertunjukan budaya Sulawesi Selatan yang menakjubkan, yaitu Si Gajang Laleng Lipa. Pertunjukan ini bukan hanya menarik perhatian, tetapi juga menjadi momen bersejarah karena jarang ada yang mengangkat kebudayaan ini untuk dipertontonkan di khalayak ramai. Banyak yang lebih mengenal kebudayaan terkenal dari Sulawesi Selatan, namun anak-anak kelas ini berusaha mencoba mengangkat kebudayaan lain agar Sulawesi Selatan lebih dikenal. Pertunjukan Si Gajang Laleng Lipa merupakan bagian dari kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan tema Bhinneka Tunggal Ika. Tema ini mengajak siswa untuk menghargai keragaman budaya dan identitas bangsa Indonesia. Melalui projek ini, siswa berlatih untuk bekerja sama dan saling menghormati, sekaligus memperkenalkan keberagaman budaya yang ada di tanah air.
Si Gajang Laleng Lipa adalah salah satu bentuk seni pertunjukan tradisional yang berasal dari Sulawesi Selatan. Si Gajang Laleng Lipa, atau Sitobo Laleng Lipa merupakan ritual pertarungan dalam sarung menggunakan senjata tradisional badik. Ritual ini memiliki makna sebagai simbol kekuatan dan seni, serta berfungsi sebagai jalan terakhir untuk menyelesaikan sengketa. Dalam masyarakat Bugis-Makassar, hasil pertarungan ini dianggap sebagai keputusan yang adil bagi yang berselisih. Selain sebagai bentuk penyelesaian konflik, Si Gajang Laleng Lipa juga mencerminkan nilai-nilai kehormatan dan keberanian yang sangat dihargai dalam budaya lokal, sekaligus menjadi sarana untuk melestarikan tradisi dan memperkuat identitas budaya masyarakat Sulawesi Selatan.
Selama delapan hari, siswa kelas XII-12 SMAN 1 Warungkiara melakukan persiapan yang matang untuk memperkenalkan budaya Sulawesi Selatan dengan usaha dan kerja keras yang luar biasa. Dalam proses ini, mereka melakukan berbagai kegiatan yang menunjukkan dedikasi dan kreativitas mereka. Salah satu kegiatan utama adalah membuat replika tongkonan, rumah adat Sulawesi Selatan, dalam ukuran besar. Kegiatan ini tidak hanya melibatkan keterampilan tangan, tetapi juga memperlihatkan komitmen siswa untuk menampilkan elemen penting dari budaya tersebut. Selain itu, mereka juga menciptakan baju bodo dari bahan kresek, memanfaatkan barang-barang yang ada untuk dijadikan pernak-pernik khas Sulawesi Selatan. Selain itu, siswa juga membuat replika badik, senjata tradisional khas Sulawesi, dari kayu, yang melambangkan kekuatan dan keahlian dalam budaya Sulawesi Selatan.
Mereka juga menyiapkan pewarna untuk menggambarkan darah dalam konteks cerita yang akan ditampilkan, menambah keaslian pertunjukan dan menunjukkan perhatian terhadap detail serta makna yang terkandung di dalamnya. Dalam persiapan ini, siswa berlatih beberapa frasa dalam bahasa Bugis, yang tidak hanya memperkaya pengalaman pertunjukan, tetapi juga menghormati budaya yang mereka angkat. Terakhir, mereka berlatih secara intensif untuk pertunjukan Si Gajang Laleng Lipa, mempelajari gerakan pertarungan agar tidak membahayakan diri sendiri maupun lawan. Dengan perhatian khusus pada teknik yang aman dan penguasaan gerakan, mereka memastikan bahwa setiap aspek dari pertunjukan tidak hanya menampilkan keindahan seni bela diri, tetapi juga menjaga keselamatan semua peserta. Semua usaha ini mencerminkan semangat dan dedikasi siswa untuk melestarikan dan memperkenalkan budaya Sulawesi Selatan kepada masyarakat.
Pada saat pertunjukkan, dua orang siswa yang berperan dapat melakukan perannya dengan sangat baik, bahkan salah satu siswa yang berperan tersebut melakukan improvisasi luar biasa dengan menampilkan atraksi menyemburkan api, agar pertunjukan lebih spektakuler. Aksi berani ini tidak hanya menambah elemen dramatis, tetapi juga menciptakan momen yang tak terlupakan bagi penonton, menunjukkan bahwa kreativitas dan inovasi dapat berpadu dalam pelestarian tradisi. Keberhasilan mereka dalam menghadirkan pertunjukan yang memukau ini mencerminkan dedikasi dan semangat mereka dalam mengenalkan budaya Sulawesi Selatan kepada masyarakat.
Keberhasilan siswa kelas XII-12 SMAN 1 Warungkiara dalam menampilkan Si Gajang Laleng Lipa adalah contoh nyata dari upaya melestarikan dan mengenalkan budaya daerah. Pertunjukan ini bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga pendidikan yang mengajak masyarakat untuk lebih menghargai warisan budaya Indonesia. Dengan semangat dan dedikasi, siswa-siswa ini telah menunjukkan bahwa budaya lokal masih memiliki tempat yang penting di hati masyarakat, sekaligus mendukung nilai-nilai yang terkandung dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.(*)