Sepak Bola

Kehancuran Mega Proyek Triliunan PSG

Kehancuran Mega Proyek Triliunan PSG
Kehancuran Mega Proyek Triliunan PSG

PASUNDAN EKSPRES- Sepak bola, sejatinya, bukan hanya bisnis kecil-kecilan. Ini adalah sebuah industri besar yang mencakup penggemar setia, prestise, dan tentu saja, uang.

Simon Cooper, salah satu penulis sepak bola paling terkenal di Inggris, menyampaikan pandangannya bahwa sepak bola bukan sekadar bisnis kecil-kecilan, melainkan juga memiliki sisi buruknya.

Salah satu contoh nyata dampak negatif dalam bisnis sepak bola adalah yang dialami oleh Nasir Alhelifi di Paris Saint-Germain (PSG).

PSG, klub raksasa Prancis dengan proyek triliunan, menghadapi ancaman serius ketika bintang utama mereka, Kylian Mbappe, menyatakan keinginan untuk meninggalkan klub. Kepergian Mbappe akan meninggalkan kekosongan besar di dalam skuad PSG.

Proyek besar yang dicanangkan oleh Alhelifi dalam membangun PSG menghadapi resiko terbesar, yaitu kegagalan.

Meskipun telah mengeluarkan dana besar untuk mendatangkan pemain-pemain bintang, termasuk Neymar yang menciptakan rekor transfer, PSG masih kesulitan meraih trofi yang diinginkan, terutama Liga Champions.

Keputusan Mbappe untuk bergabung dengan Real Madrid menjadi tamparan keras bagi ambisi PSG. Meski Presiden Prancis, Emmanuel Macron, berupaya mencegah kepindahan Mbappe, nyatanya tidak ada upaya konkret yang berhasil menghentikan kepergian sang bintang.

Sebuah jamuan makan malam terakhir dihadiri oleh Nasir Alhelifi, Emir Qatar, dan Macron dianggap sebagai momen perpisahan Mbappe dengan PSG.

Sejak kedatangan Alhelifi, PSG menghabiskan jumlah uang yang fantastis untuk mendatangkan pemain-pemain berharga tinggi. Namun, dominasi mereka lebih terasa di level domestik Prancis daripada di pentas Eropa.

Meski telah meraih kekuatan di level lokal, PSG kesulitan bersaing di kompetisi Eropa, terutama Liga Champions.

Peningkatan pengeluaran untuk transfer pemain, terutama setelah kedatangan Neymar, membentuk paradigma baru dalam harga pemain di pasaran.

Keberhasilan PSG dalam merayu pemain-pemain mahal tidak selalu diikuti oleh keberhasilan di lapangan. Perseteruan antara bintang-bintang, seperti Neymar dan Edinson Cavani, juga menciptakan ketegangan di ruang ganti.

Begitu pula, kedatangan Lionel Messi, seharusnya menjadi kekuatan tambahan bagi PSG, malah menimbulkan ketidakharmonisan di tim.

Messi yang brilian bersama Barcelona, tidak mampu membawa keberuntungan di Liga Champions bersama PSG. PSG harus menyadari bahwa memiliki skuad mewah bukan jaminan untuk meraih sukses.

Meskipun telah mengeluarkan biaya hampir 2 miliar Euro untuk membeli pemain, PSG belum mencapai trofi yang diinginkan. Penggantian pelatih yang sering dilakukan oleh PSG juga menjadi indikasi ketidakstabilan di dalam klub.

Bagaimana Nasir Alhelifi melanjutkan proyek PSG ke depannya akan sangat bergantung pada rencana yang matang dan filosofi yang dibangun, bukan hanya sekadar uang yang dihabiskan.

Dalam mengembangkan klub, bukan hanya restu dari FIFA dan UEFA yang diperlukan, tetapi juga ridha dari Yang Maha Kuasa.

Membangun tim sepak bola tidak hanya tentang bisnis dan uang, tetapi juga tentang visi, kepemimpinan, dan harmoni di dalam skuad.

PSG harus belajar bahwa kesuksesan dalam sepak bola bukan hanya tentang menciptakan Galacticos, tetapi juga tentang bagaimana mereka bersatu dan tumbuh bersama sebagai tim.

Berita Terkait