Daerah

Masuk Ramadan, Permintaan Kolang-kaling Meningkat

Kolang-kaling
ADAM SUMARTO/PASUNDAN EKSPRES KOLANG-KALING: Perajin kolang-kaling di Desa Pasir Munjul, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakarta saat mengolah kolang-kaling.

PURWAKARTA-Olahan kolang-kaling menjadi menu takjil favorit umat muslim saat berbuka puasa di Bulan Suci Ramadan, tak terkecuali bagi umat muslim di Kabupaten Purwakarta. Padahal penganan bertekstur kenyal berwarna putih transparan ini sejatinya memiliki rasa cenderung hambar bila dimakan begitu saja. Akan tetapi, ketika diolah sebagai campuran es, sirup atau menjadi manisan maka rasanya luar biasa menyegarkan.

Kolang-kaling yang berasal dari biji buah aren ini cukup berlimpah saat Ramadan, namun siapa sangka proses pengolahannya ternyata cukup rumit dan memakan waktu.

Seperti yang terlihat di salah satu sentra penghasil kolang-kaling yang ada di Desa Pasir Munjul, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakarta. Sejak menjelang Ramadan, warga di sana sibuk mengolah kolang-kaling untuk memenuhi pesanan yang semakin ramai.

Untuk mengolah biji buah aren menjadi kolang-kaling, warga Desa Pasir Munjul biasanya memetik buah aren dari pohon aren di perkebunan desa setempat.

Perajin melakukan proses pemisahan buah dari tangkai pohon. Ini harus dilakukan dengan hati-hati karena jika terkena getah buah aren bisa menyebabkan gatal-gatal.

Buah tersebut kemudian direbus sekitar satu jam dalam sebuah drum untuk menghilangkan getahnya yang gatal. Selanjutnya, buah aren direbus lagi agar kulitnya yang bertekstur keras menjadi lunak.

Yang unik, warga di Desa Pasir Munjul ini memiliki cara tersendiri sendiri untuk mengeluarkan kolang-kaling dari buah aren. Mereka memodifikasi alat penjepit dari kayu untuk mengeluarkan kolang-kaling dari buah aren. Akan tetapi, sebelumnya buah aren perlu dikupas dulu sebagian agar alat penjepit tersebut bisa menekan kolang-kaling hingga keluar.

Salah satu perajin kolang kaling, Yayan Maulana (55) menyebutkan, pembuatan kolang-kaling ini sudah menjadi tradisi dari tiap tahun. "Dari zaman orang tua bikin kolang-kaling saya sudah ikut. Sekarang tinggal meneruskan, sudah jadi tradisi tahun ke tahun," kata Yayan kepada wartawan saat dijumpai di perkebunan warga Desa Pasir Munjul, Kecamatan Sukatani, Selasa (12/3).

Pada momen Ramadan ini, Yayan mengatakan, kolang-kaling yang diproduksinya itu dijual mulai dari Rp10 ribu hingga Rp12 ribu per kilogram. "Kalau pada momen bulan puasa ini bisa dijual sampai Rp12 ribu per Kg. Terus untuk produksinya sehari bisa sampai 20 hingga 30 Kg," ujarnya.

Dalam proses pembuatan kolang kaling, Yayan mengaku dibantu oleh masyarakat sekitar. "Kami biasa menjual kolang-kaling ke pasar-pasar yang ada di Purwakarta. Kalau lagi bulan puasa gini, suka meningkat permintaan dari pasar," ucap Yayan.(add/sep)

Berita Terkait