Daerah

Presiden PKS: Berkurban untuk Bangsa dan Negara, Maknai Perayaan Idul Adha

Presiden PKS Ahmad Syaikhu
Presiden PKS Ahmad Syaikhu

PURWAKARTA-Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ahmad Syaikhu menyebutkan, Hari Raya Iduladha atau disebut juga Hari Raya Kurban, 10 Dzulhijjah 1445 Hijriyah yang jatuh pada Senin 17 Juni 2024, memiliki banyak pesan dan pelajaran penuh makna.

"Banyak pelajaran yang bisa dipetik, mulai dari keteladanan dan kataatan Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS hingga kondisi dampak sosial dan ekonomi yang ditimbulkannya, sebagaimana tergambar dalam QS. Al Hajj ayat 28," kata Ahmad Syaikhu melalui rilisnya, Selasa (18/6).

Dijelaskannya, secara spiritual, kurban adalah penyembelihan binatang ternak yang dilakukan seorang muslim sebagai wujud ibadah dan ketaatan diri terhadap perintah Allah SWT (Taqorrub ila Allah). 

Penyembelihan binatang ternak bisa dimaknai sebagai pembersihan nafsu-nafsu kebinatangan dari diri manusia, dalam rangka penyucian diri (tazkiyah), sehingga benar-benar menjadi hamba yang taat dan memiliki nilai kepatuhan (sami’na wa atho’na), terhadap perintah Allah SWT. "Sementara, dalam dimensi sosial, kurban sebagai bentuk implementasi kepedulian sosial, semangat berbagi dan sikap mengasihi sesama tetangga dan masyarakat sekitar yang selama ini berkekurangan," ujarnya. 

Bahkan, lanjutnya, Nabi Muhammad SAW setiap Idul Adha selalu menyembelih sendiri hewan kurbannya, kemudian mendistribusikannya kepada kaum fakir dan miskin, hanya sedikit disisakan untuk dimakan keluarganya. Sehingga semua masyarakat mendapatkan kegembiraan dalam setiap pelaksanaan hari raya Kurban. "Kurban bisa menjadi stimulus untuk membangkitkan kembali modal sosial (social capital) yang sudah mulai terkikis di tengah-tengah masyarakat. Banyak persoalan sosial yang masih menghantui sebagian masyarakat kita. Terutama masih tingginya angka kemiskinan dan pengangguran," ucapnya. 

Dijelaskannya, angka kemiskinan nasional masih mencapai 9,36 persen atau setara dengan 25,9 juta jiwa. Sedangkan tingkat pengangguran terbuka kita mencapai 4,82 persen atau sama dengan 7,20 juta jiwa. 

Bahkan dari laporan terbaru Badan Pusat Statistik mengungkapkan situasi yang mengkhawatirkan, sebanyak 9,9 juta Generasi Z di Indonesia tidak kuliah, tidak bekerja dan tidak ikut pelatihan.

Selain itu, kata dia, kondisi beberapa daerah saat ini, banyak yang diterjang oleh bencana alam, erupsi gunung merapi, longsor, banjir bandang hingga gempa bumi. Sebagian masyarakat yang terpapar bencana, kehilangan tempat tinggal, luluh lantaknya hamparan sawah dan kebun yang berubah jadi genangan lumpur, bahkan tidak sedikit yang kehilangan sanak saudara. "Kondisi tersebut, sudah selayaknya menjadi keprihatinan semua pihak, membangun kepedulian untuk meringankan beban hidup saudara yang sedang ditimpa musibah. Kita mendorong agar pelaksanaan kurban atau pengiriman daging kurban tahun ini, diprioritaskan untuk daerah-daerah yang sedang terkena bencana," katanya.

Pelaksanaan Hari Raya Kurban 1445 H, memiliki momentum yang sangat tepat bagi bangsa dan negara. Pada Oktober nanti, masyarakat akan memiliki presiden dan pemerintahan serta anggota legislatif yang baru. "Sudah selayaknyalah, kita berharap kepada para pemimpin bangsa ini nantinya, bisa menjadi contoh dan teladan yang baik dalam bekerja dan bersikap. Menjelang peringatan 79 tahun usia kemerdekaan, penting untuk mengingatkan kembali kepada para pemimpin bangsa, terhadap janji dan amanah yang diemban dan terucap untuk mensejahterakan seluruh masyarakat," ucapnya.

Ahmad Syaikhu mengatakan, sejatinya peristiwa kurban hendaknya juga bisa menjadi pelajaran bagi pemimpin di seluruh negeri, untuk mengorbankan ego pribadi, keluarga, kelompok hingga partainya demi kepentingan bangsa dan negara yang lebih luas. "Memprioritaskan kepentingan publik ketimbang pribadi dan kelompoknya, meskipun ia harus mengorbankan dirinya sendiri. Sudah saatnya, para pemimpin mau berkurban segala bentuk kepentingan pribadinya dan menggantinya dengan kepentingan publik. Sehingga kesejahteraan benar-benar bisa terwujud," katanya.

Makna kurban, lanjut dia, bisa menjadikan para pemimpin memiliki keimanan yang kokoh untuk mengikis setiap ego dan nafsu pribadi yang berlebihan, jujur dalam setiap langkah, transparan dalam bersikap, sehingga kebijakan yang dibuatnya dapat menjaga dan melindungi masyarakat dari himpitan ekonomi. "Para pemimpin hendaknya bekerja keras, memastikan daya beli dan konsumsi masyarakat tersedia, menyalurkan semua bantuan kepada masyarakat yang berhak menerimanya. Jangan sampai, di tengah penderitaan rakyat, masih ada pejabat yang melakukan korupsi, manipulasi dan memperkaya diri sendiri," ujar Ahmad Syaikhu.

Berkurban juga, lanjutnya, bisa dimaknai sebagai semangat berkolaborasi, ditandai dengan keterlibatan banyak pihak dalam pelaksanaan ibadah kurban, mulai dari pembelian dan penyembelihan hewan kurban hingga pendistribusian daging kurban kepada masyarakat. 

Rantai pasok kurban tersebut hanya bisa terjadi jika dilakukan secara bersama-sama dan berkolaborasi dengan banyak pihak. Sehingga dampaknya bisa dirasakan oleh banyak pihak. "Kita juga berharap dampak atau multiplier effect yang ditimbulkan dari pelaksanaan kurban tidak hanya dirasakan oleh pedagang ternak semata, tetapi juga berdampak pada peternak hewan kuban yang ada di daerah-daerah, juga bisa dirasakan oleh pembuat pakan ternak, pencari rumput untuk pakan ternak, pembuat beduk masjid, hingga penjual hewan kurban secara musiman," ucapnya. 

Sehingga, kolaborasi yang ditimbulkan dari kurban ini akan memberikan dampak bagi perekonomian masyarakat. Praktis dalam kurun waktu satu bulan, semua ekosistem kurban bisa menghasilkan nilai ekonomis yang mencukupi. "Kita harus bisa memaknai setiap perayaan hari besar keagamaan yang kaya dengan nilai dan makna. Hari raya Kurban bukan hanya semata-mata kewajiban memotong hewan kurban, tetapi juga dimaknai sebagai sikap mengorbankan kepentingan dan ego pribadi untuk kepentingan bangsa dan negara," katanya.

Selain itu, kurban memiliki makna membangun kembali kebersamaan antarsesama anak bangsa. Semangat berkurban dan berkolaborasi hendaknya menjadi modal penting dalam memperkuat kembali pranata sosial yang mulai menipis. Apalagi saat ini sedang dihadapkan kepada ancaman multi krisis dari berbagai sektor, tentu ini akan menjadi ujian tersendiri bagi bangsa dan negara.

"Oleh sebab itu, pelaksanaan ibadah kurban menjadi momentum yang sangat tepat untuk mengimplementasikan semangat berkurban dan berkolaborasi, selain bentuk keimanan kita kepada Allah SWT, juga membantu meringankan beban hidup sesama anak bangsa yang sedang menghadapi kesulitan," ujarnya.(add/sep)

 

 

Berita Terkait