SUBANG-Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Subang di Kecamatan Subang, Kabupaten Subang, terus mengembangkan kualitas pendidikan dengan menerapkan Program Merdeka Belajar yang mencakup kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler. Program ini bertujuan menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, fleksibel, dan berfokus pada pengembangan potensi siswa.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, Purwanto menjelaskan bahwa program intrakurikuler dilaksanakan dari Senin hingga Kamis, sementara program kokurikuler berupa Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) diadakan setiap Jumat. "Kurikulum Merdeka ini menjadi ujung tombak dalam penguatan karakter siswa, dengan P5 sebagai inti utamanya. Setiap jenjang kelas memiliki tema masing-masing, seperti kelas 7 dengan tema Bangunlah Jiwa Raganya, kelas 8 bertema Suara Demokrasi, dan kelas 9 kembali ke tema Bangunlah Jiwa Raganya," ungkap Purwanto kepada Pasundan Ekspres.
Dia menambahkan bahwa tema-tema tersebut dirancang untuk menjaga kesadaran dan kemandirian siswa. Kelas 7 berfokus pada kesejahteraan siswa student well-being, kelas 8 mengarah pada pemberdayaan siswa student agency, di mana siswa dilatih merancang program dan kegiatan, sedangkan kelas 9 menekankan pada pemahaman terhadap kebutuhan sosial-emosional siswa.
Pelaksanaan P5 dilakukan setiap Jumat dengan metode pembelajaran berbasis proyek. Selain itu, karakter, akhlak, dan kedisiplinan menjadi aspek utama dalam pengembangan siswa di era digital yang penuh tantangan. "Kita benar-benar menekankan pembentukan karakter siswa, terutama menghadapi era digital yang semakin sensitif. Disiplin, kreativitas, dan kemandirian siswa menjadi semakin kuat, serta yang terpenting adalah penguatan iman dan takwa," tambah Purwanto.
Ia berharap agar ke depannya, para guru juga dapat mengikuti pelatihan-pelatihan yang lebih komprehensif terkait Kurikulum Merdeka, sehingga penerapan di lapangan dapat berjalan lebih efektif. "Kami berharap pelatihan yang lebih konkret dapat diberikan kepada guru, karena pembelajaran daring di PMM tidak sama dengan praktik langsung di kelas. Ini menjadi tantangan tersendiri, terutama bagi para guru senior," pungkasnya.(zen/sep)