Daerah

Bentuk Penghormatan pada Pendiri Purwakarta, Rencana Buat Nama Jalan Dalem Sholawat

Pendiri Purwakarta
TERIMA KUNJUNGAN: Pj Bupati Purwakarta Benni Irwan saat menerima kunjungan Raden Muhammad Padmanegara yang merupakan keturunan Pendiri Purwakarta.(adam sumarto/pasundan ekspres)

PURWAKARTA-Penjabat (Pj) Bupati Purwakarta Benni Irwan didampingi Kepala Disporaparbud Mohammad Ramdhan dan Plt. Kabag Kesra Heri Anwar, menerima kunjungan Raden Muhammad Padmanegara yang merupakan keturunan Pendiri Purwakarta, yaitu Raden Adipati Aria Suria Winata atau Rd. Muhammad Sirodz yang dikenal dengan julukan Dalem Sholawat.

Pertemuan ini semakin kental unsur sejarahnya karena turut dihadiri keturunan Mama Sempur Plered (Syeikh K.H. Tubagus Ahmad Bakri), yang diwakili oleh Tubagus Zein Al Bakri, serta beberapa perwakilan keturunan Syeikh Baing Yusuf. 

Diketahui, ketiga tokoh yakni, Dalem Sholawat, Syeikh Baing Yusuf, dan Mama Sempur memiliki keterikatan yang kuat dan peranan penting dalam merintis berdirinya Kota Purwakarta serta syiar Islam.

Syekh Baing Yusuf, merupakan saudara sepupu dari Dalem Sholawat dan sama sama berasal dari Bogor (Trah Kerajaan Sunda Pajajaran). Sementara Mama Sempur mendapatkan llmu Keagamaan, salah satunya dari murid Syeikh Baing Yusuf yang bernama Syeikh Nawawi Al Bantani. 

Dalam kunjungan itu, Keluarga Dalem Sholawat menyampaikan undangan bahwasannya akan dilaksanakan Haul ke-152 tahun wafatnya Dalem Sholawat, yakni pada 25 Mei 2024 bertempat di Masjid At-Thohiriyah, masjid bersejarah tertua di Bogor, dan merupakan peninggalan Dalem Sholawat.

Selanjutnya, pihak keluarga berharap Pj. Bupati Purwakarta dapat mengajak seluruh jajaran pemerintahan, Forkopimda, para stake holder, serta seluruh lapisan masyarakat untuk hadir pada haul tersebut. "Kehadiran semua menjadi bentuk apresiasi kepada sang Pendiri Purwakarta yang nyaris terlupakan, terutama di kalangan generasi muda Purwakarta hari ini," ujarnya.

Raden Muhammad Padmanegara menceritakan ketika memimpin Purwakarta, Dalem Sholawat masih berusia sangat muda. "Pada saat menggantikan kakaknya, Dalem Santri, sebagai bupati pada 1828 M, usianya baru menginjak 17," ucapnya. 

Setelah memindahkan ibu kota dari Wanayasa ke Sindangkasih pada 1830 M, setahun kemudian, tepatnya pada 1831 M, ibu kota baru tersebut diberikan nama baru oleh beliau, yaitu Purwakarta. 

Meski sangat muda, Raden Muhammad Padmanegara menegaskan, Dalem Sholawat sudah cukup mapan secara lahir maupun bathin, karena sedari kecil sudah dibekali ilmu pemerintahan oleh para leluhurnya yang merupakan para bupati dan pendiri Bogor. 

Demikian pula dari segi ilmu keagamaan, beliau sudah mendapatkan pendidikan spiritual yang mendalam dari para leluhurnya yang juga merupakan para ulama besar, termasuk mendapat pendampingan ilmu keagamaan dari Syeikh Baing Yusuf, sepupu beliau.

Dalem Sholawat memimpin selama sekitar 21 tahun, yaitu sejak 1828 M hingga beliau dipindahtugaskan menjadi Bupati Bogor pada 1849 M, menggantikan ayahnya yang wafat, yaitu Bupati R.A. Wiranata atau yang berjuluk Mbah Dalem Sepuh.

Sementara itu, Pj. Bupati Purwakarta Benni Irwan sangat mengapresiasi kehadiran Keluarga Pendiri Purwakarta dan keturunan para Tokoh Besar yang berperan penting bagi Perjalanan Sejarah Purwakarta, serta berencana memenuhi undangan pada Haul Dalem Sholawat ke- 152 tahun tersebut.

Mengemuka dalam pertemuan tersebut, yaitu wacana mendirikan Jalan Dalem Sholawat sebagai bentuk penghormatan kepada sang Pendiri Purwakarta. 

Sebelumnya, pada tahun lalu Pemkab Purwakarta telah mendirikan Jalan Syeikh Baing Yusuf, yang merupakan Mitra Berjuang Dalem Sholawat dalam merintis dan menata Purwakarta di masa awal.

Senada, Founder Bela Purwakarta Aa Komara berharap, tugas kesejarahan ini dapat tertuntaskan di masa Pj. Bupati Purwakarta Benni Irwan. Meski beliau Bupati di masa transisi, justru diharapkan mampu menyempurnakan dan menuntaskan agenda pelestarian sejarah. "Semoga dedikasi serta ikhtiar Pj. Bupati dalam melestarikan dan memperkenalkan kembali ketokohan sang Pendiri Purwakarta Dalem Sholawat yang nyaris terlupakan ini, akan menjadi warisan serta ilmu pengetahuan dan kenangan yang abadi bagi masyarakat Purwakarta pada setiap generasi hingga akhir zaman," kata Aa.(add/sep)

Berita Terkait