Mesin ATM Terancam Punah? Transformasi Digital Perbankan di Indonesia

Mesin ATM Terancam Punah? Transformasi Digital Perbankan di Indonesia
PASUNDAN EKSPRES- Siapa yang masih rajin ngambil duit di mesin ATM? Eh, jangan kaget, karena sekarang mesin ATM udah mulai punah di Indonesia!
Yap, tren digitalisasi perbankan bikin ribuan mesin ATM di seluruh dunia, termasuk di tanah air, harus tutup. Kenapa? Yuk, simak ulasan kece ini!
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah mesin ATM di Indonesia tahun 2023 cuma tersisa 91.412 unit, turun drastis dibanding akhir 2022.
Contohnya, Bank BRI udah cabut 1600 unit mesin ATM-nya. Kenapa? Ada dua alasan utama biaya operasional yang mahal dan perubahan perilaku konsumen.
BACA JUGA: Rekomendasi Lengkap 16 Aplikasi Pinjaman Online Bunga Rendah 2025! Yuk Cek Apa Saja?
Bayangkan, dulu biaya operasional mesin ATM bisa mencapai 144 juta per tahun, belum lagi inflasi.
Sekarang, bank-bank mengurangi mesin ATM untuk mengurangi pengeluaran dan meningkatkan profit.
Sekarang, pembayaran digital udah jadi primadona. Salah satu inovasi terbaru adalah Qris (Quick Response Code Indonesian Standard), yang memudahkan transaksi dengan scan barcode.
Dengan 49 juta pengguna, Qris bikin transaksi jadi super gampang tanpa pegang uang tunai.
BACA JUGA: Daftar Lengkap Pinjaman Uang Saldo DANA Bunga Rendah 2025! Solusi Cepat dan Aman
Qris udah bikin banyak mesin ATM terpaksa tutup karena orang-orang lebih milih transaksi digital.
Meskipun ada kekhawatiran soal cashless society yang bisa menimbulkan risiko seperti pemborosan dan penipuan, kehadiran Qris udah terbukti bikin transaksi digital melonjak, dengan pertumbuhan 149% pada 2024!
Gak cuma Qris, bank digital juga jadi penyebab menurunnya penggunaan ATM.
Transaksi melalui internet banking dan mobile banking tumbuh 19%, dengan total Rp5.340 triliun pada kuartal terakhir.
Dalam 10 tahun, transaksi bank digital naik 1600 kali lipat! Fitur-fitur keren kayak split bill bikin transaksi jadi lebih praktis, terutama buat Gen Z dan milenial yang makin nyaman dengan pembayaran digital.
Namun, gerakan cashless society juga punya tantangan.
Sekitar 11,75% penduduk lansia kesulitan dengan teknologi, dan 23,9% masyarakat belum punya handphone untuk akses digital.
Pemerintah harus cari solusi, mungkin dengan subsidi handphone gratis atau bimbingan teknologi.