SUBANG DOELOE: Jalan Darmaga-Cupunagara Bagian Dari Sejarah Kolonial Subang

PUNYA SEJARAH: Sejumlah content creator asal Subang saat membuat konten di Jalan Darmaga-Cupunagara, yang dulu dikenal sebagai Jalan Pedati yang membelah bukit.
SUBANG-Jalan Darmaga-Cupunagara di Desa Bukanagara, Cupunagara, Kecamatan Cisalak ternyata memiliki sejarah pada zaman kolonial Belanda.
Jalan ini merupakan bagian dari Jalan Pedati yang memiliki panjang 10 km, mulai dibuka pada tahun 1847 dengan nama Jalan Pedati oleh Raden Rangga Martayuda atau dikenal sebagai Demang Batusirap dalam masa pemerintahan T. B. Hofland. Tugu prasasti yang ada di Bukanagara menandai pembangunan jalan ini.
"Awalnya memang belum ada akses ke sana hingga akhirnya di pertengahan abad ke-19, mulai dibuka untuk kepentingan pembukaan perkebunan, salah satunya kopi," kata Dosen Pendidikan Sejarah Institut Pangeran Dharma Kusuma Anggi A. Junaedi.
Potongan jalan menuju Cisalak ini bahkan dibuat dengan membelah bukit kecil. Saat itu jalan memang dikhususkan untuk mengangkut hasil kopi.
BACA JUGA: Presiden Perintahkan Percepat Penanganan Pergerakan Tanah di Desa Pasirmunjul Sukatani Purwakarta
"Kopi dari Bukanagara dibawa ke Cisalak menggunakan gerobak yang ditarik oleh kerbau atau kuda," ucapnya.
Penanaman kopi, teh, dan kina di daerah tersebut memang sudah cukup lama. Ketika tanggal 31 Desember 1799, VOC dinyatakan bangkrut, warga Belanda yang ada di Indonesia termasuk di Subang kemudian berlomba-lomba untuk membentuk usaha perkebunan teh kopi dan kina.
Akhirnya terwujudlah sebuah perusahaan yang bernama Pamanoekan en Tjiasemlanden (P&T Land) yang dibangun oleh T. B. Hofland bersaudara pada tahun 1812 yang juga merupakan warisan dari VOC.
Perusahaan inilah yang membangun Jalan Pedati. Hal ini dilakukan demi mencari suatu wilayah dataran tinggi yang berbentuk mangkuk dan dikelilingi oleh gunung-gunung, demi mendapatkan hasil bumi yang berlimpah di tanah Subang.
BACA JUGA: 86 KK Terdampak Bencana di Kampung Cigintung Purwakarta Dapat Bantuan Masing-masing Rp10 Juta
Anggi mengatakan, besar kemungkinan jalan ini diperbaiki untuk akses mobil ke Bukanagara, terutama pada dasawarsa kedua abad ke-20.
Jalan ini terakhir diperbaiki pada zaman Ruhimat saat menjabat sebagai Bupati Subang. Perbaikan dan pelebaran jalan tersebur dilakukan mulai dari tahun 2020 sepanjang 8,5 km, setelah itu kembali dilanjutkan pada tahun 2022 sepanjang 4,5 km.(fsh/ysp)