Sulit Air di Kabupaten Penghasil Padi Terbesar, DPRD Subang Minta Dinas Pertanian Turun ke Lapangan

Sulit Air di Kabupaten Penghasil Padi Terbesar, DPRD Subang Minta Dinas Pertanian Turun ke Lapangan

KEKECEWAAN PETANI: Petani Pantura saat berkumpul di sodetan Tarum Timur karena air di sodetan belum bisa mengalir. Cindi Desita/Pasundan Ekspres

SUBANG-Daerah dengan predikat salah satu penghasil padi terbesar tidak menjamin kemudahan dalam mendapatkan pasokan air. Saat musim kemarau seperti ini, sebagian petani di Subang kesulitan mendapatkan air untuk sawah mereka. 

Data menyebutkan, Kabupaten Subang berhasil memproduksi 968.941 ton Gabah Kering Giling (GKG) pada tahun 2024. Produksi itu di bawah Indramayu dan Karawang. Produksi tersebut menurun dari tahun 2023 yang kala itu bisa menembus 1.027.660 GKG.

Prestasi produksi padi dari Kabupaten Subang yang sudah diakui secara nasional kini tengah menghadapi tantangan kekeringan. Kurangnya pasokan air terhadap lahan pertanian dapat menganggu hasil produksi pertanian. 

Salah satu petani asal Desa Cigugur, Kecamatan Pusakajaya, Suyanto, menyuarakan kekecewaannya terhadap tidak optimalnya fungsi saluran sodetan di Tarum Timur, yang sejatinya menjadi tumpuan harapan pengairan bagi lahan pertanian di wilayah Compreng, Pusakajaya, dan Pusakanagara.

BACA JUGA: Lima Gerbong KA Argo Bromo Anggrek Anjlok di Stasiun Pegaden Baru

“Satu-satunya sodetan yang dibangun di Tarum Timur itu jadi harapan kami para petani. Tapi sampai sekarang, airnya belum juga mengalir dengan baik ke sawah-sawah kami. Sudah bertahun-tahun kami menunggu, tapi manfaatnya belum terasa,” ujar Suyanto kepada Pasundan Ekspres, pada Kamis (31/7/2025).

Ia mengatakan, selama ini petani masih mengandalkan pasokan air dari Sistem Saluran (SS) Pamanukan. Namun saluran tersebut juga kerap bermasalah karena pasokan airnya berasal dari SS Bugis yang berlokasi di Kabupaten Indramayu.

“Aliran dari Pintu Air Bugis itu butuh waktu dua sampai tiga jam untuk sampai ke SS Pamanukan. Itu pun kalau debit airnya 12 sampai 15 kubik per detik. Kalau kurang dari itu, airnya tidak cukup untuk kebutuhan irigasi ribuan hektare sawah,” katanya.

Meski pemerintah telah membangun sodetan baru sebagai solusi tambahan, kenyataannya kondisi di lapangan masih jauh dari harapan. Suyanto menyampaikan, air di sodetan tersebut tetap tidak mencukupi.

BACA JUGA: Jawaban Pemda Atas Catatan Kritis Gerindra dan NasDem

“Kenyataannya air di sodetan baru itu sangat kecil, tidak bisa diandalkan untuk musim tanam. Kalau dibiarkan terus begini, kami khawatir akan kembali mengalami kekeringan. Ini bisa berdampak pada gagal panen,” terangnya.

Suyanto berharap pemerintah daerah, khususnya dinas teknis yang mengurusi sumber daya air dan irigasi, segera turun tangan. Evaluasi terhadap sistem distribusi air, termasuk jalur dan kapasitas saluran, mendesak dilakukan.

“Jangan sampai ini jadi masalah berulang setiap tahun. Kami butuh solusi nyata, bukan janji,” tuturnya.

Jika tidak segera ditangani, lanjut Soyanto, ancaman gagal panen bisa menjadi kenyataan dan merugikan petani yang bergantung pada pertanian sebagai sumber penghidupan utama.

 

Anggota DPRD Minta Dinas Pertanian Cek Lapangan

Anggota DPRD Subang dari Pantura Albert Anggara Putra, menyatakan keprihatinannya mendengar tidak optimalnya fungsi saluran sodetan di Tarum Timur.

“Terkait kondisi sodetan di Tarum Timur yang belum optimal, ini masalah serius yang harus segera ditindaklanjuti. Petani kita tidak boleh terus-menerus dirugikan karena persoalan infrastruktur irigasi,” ujar Albert, Kamis (31/7/2025).


Berita Terkini