Terminal Subang Rp7 Miliar Sepi Penumpang, Bangunan Megah Belum Jadi Daya Tarik

Terminal Subang Rp7 Miliar Sepi Penumpang, Bangunan Megah Belum Jadi Daya Tarik

Tampak depan banghunan megah terminal Subang di Jalan Darmodihardjo. Cindy Desita Putri/Pasundan Ekspres

SUBANG-Terminal Tipe A Subang yang dibangun dengan anggaran fantastis senilai Rp7 miliar lebih, kini justru tampak lengang. Fasilitas yang megah dan pelayanan sesuai standar operasional prosedur (SOP) belum mampu menarik minat masyarakat untuk kembali menggunakan angkutan umum.

Proyek pembangunan Terminal Subang yang menelan biaya sebesar Rp7.068.861.500,00 sejatinya dirancang untuk meningkatkan kualitas pelayanan transportasi, menjadikan terminal sebagai pusat aktivitas masyarakat, dan mendukung keselamatan serta kenyamanan penumpang. 

Namun kenyataannya, terminal yang kini melayani rute antarkota antarprovinsi (AKAP), antarkota dalam provinsi (AKDP), serta angkot lokal ini justru mengalami penurunan jumlah penumpang. Namun sayang, pihak terminal tidak memberikan data secara rinci trend penurunan penumpang tersebut.

Menurut Wasatpel Terminal Tipe A Subang, Eti Saeti, sepinya penumpang di terminal disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah perubahan pola mobilitas masyarakat Subang.

BACA JUGA: Serapan Anggaran Pemda Subang Belum Tembus 50 Persen, Ketua DPRD Subang: Masih dalam Batas Normal

“Dulu banyak warga Subang yang bekerja ke luar daerah seperti Jakarta, sekarang mereka lebih memilih bekerja di sekitar Subang karena banyaknya pabrik yang dibangun. Jadi, kebutuhan mereka terhadap transportasi umum antarwilayah menurun,” ujarnya.

Selain itu, masyarakat kini lebih banyak memilih moda transportasi alternatif seperti travel door-to-door yang lebih fleksibel, serta adanya titik naik-turun penumpang liar di kawasan flyover KM 110 Tol Cipali yang cukup diminati.

Meski demikian, Terminal Subang tetap berupaya memberikan pelayanan optimal sesuai SOP. Mulai dari pemeriksaan kelaikan kendaraan (ramp check) oleh petugas penguji dan PPNS, sosialisasi aplikasi Mitra Darat untuk keselamatan penumpang, hingga program Sadar Lalu Lintas Usia Dini yang menyasar anak-anak PAUD, TK, dan SD.

“Untuk aspek keamanan, Terminal Subang cukup terjaga. Dilengkapi CCTV di beberapa titik strategis dan dijaga oleh petugas keamanan yang bertugas 24 jam dalam dua shift,” ungkap Eti.

BACA JUGA: Surat Camat Subang Tidak Direspon PJT, Minta Agar Situ Sukamelang Dibersihkan

Tak hanya itu, lanjut Eti, terminal juga mulai dikembangkan sebagai ruang inklusif. Sebuah pojok khusus disediakan bagi penyandang disabilitas dari Pertuni (Persatuan Tunanetra Indonesia) Subang untuk menampilkan kemampuan seni musik mereka. 

Area parkir terminal pun dioptimalkan untuk kegiatan anak-anak seperti latihan pushbike dari komunitas lokal.

“Kami terus berkoordinasi dengan pihak kepolisian dan Dinas Perhubungan terkait operasional dan keamanan, baik di dalam maupun luar terminal,” tambahnya.

Namun demikian, Eti menyebut, tantangan utama tetap sama rendahnya minat masyarakat menggunakan transportasi umum dan masih banyaknya praktik naik-turun penumpang di luar terminal resmi.

Dengan segala fasilitas dan program yang ditawarkan, Terminal Subang sejatinya memiliki potensi besar sebagai simpul transportasi yang humanis dan ramah bagi semua kalangan. 

“Namun tanpa dukungan dan kesadaran kolektif masyarakat untuk kembali menjadikan terminal sebagai pusat mobilitas, Terminal Subang hanya jadi bangunan megah tanpa denyut kehidupan,” pungkasnya.

Terminal Subang: Bangunan Megah, Minim Pengunjung  

Terminal Tipe A Subang, yang dibangun dengan anggaran Rp7,068 miliar, kini sepi pengunjung meski memiliki fasilitas megah dan pelayanan sesuai SOP. Pembangunannya bertujuan meningkatkan kualitas transportasi, menjadikan terminal sebagai pusat aktivitas, serta menjamin kenyamanan dan keselamatan penumpang.


Berita Terkini