Internasional

Putin Setuju dengan Gencatan Senjata, tetapi dengan Syarat

Putin Setuju dengan Gencatan Senjata, tetapi dengan Syarat
Putin Setuju dengan Gencatan Senjata, tetapi dengan Syarat (Image From: Sky News)

PASUNDAN EKSPRES - Ketegangan antara Rusia dan Ukraina terus berlanjut meskipun adanya usulan gencatan senjata selama 30 hari. Presiden Rusia, Vladimir Putin, menyatakan persetujuannya terhadap ide gencatan senjata tersebut.

Namun, menurutnya, masih banyak pertanyaan yang harus dibahas sebelum kesepakatan dapat tercapai. Pernyataan tersebut ia sampaikan setelah Ukraina menyetujui proposal dalam pembicaraan dengan Amerika Serikat. 

Di sisi lain, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menyebut respons Putin terkesan manipulatif. Selain itu, Presiden Ukraina mendesak adanya sanksi tambahan terhadap Rusia. Di sisi lain, Amerika Serikat semakin memperketat sanksi terhadap sektor minyak, gas, dan perbankan Rusia. 

Putin Setuju dengan Gencatan Senjata, tetapi dengan Syarat

Dalam konferensi pers di Moskow pada Kamis (13/3), Putin menyatakan bahwa meskipun ide gencatan senjata itu tepat, ada berbagai aspek yang perlu dibahas lebih lanjut.

"Gencatan senjata harus mengarah pada perdamaian yang langgeng dan mengatasi akar permasalahan krisis ini," ujar Putin, dikutip BBC News, Jumat (14/3).

Ia juga menambahkan bahwa perlu ada negosiasi lebih lanjut dengan pihak Amerika Serikat mengenai mekanisme pelaksanaan gencatan senjata.

Putin mengungkapkan bahwa meskipun ia setuju dengan gagasan ini, ada beberapa hal yang perlu diperhitungkan. Salah satu isu utama yang disorotnya adalah wilayah Kursk di perbatasan barat Rusia, yang sempat dikuasai oleh Ukraina pada Agustus tahun lalu.

Menurut Putin, pasukan Ukraina di Kursk telah terisolasi dan tidak memiliki pilihan selain menyerah atau mati. 

Perbedaan Pendekatan Rusia dan Ukraina

Ukraina menginginkan proses gencatan senjata yang terdiri dari dua tahap: pertama, menghentikan pertempuran dalam waktu cepat; kedua, melanjutkan negosiasi untuk mencapai kesepakatan jangka panjang.

Namun, Rusia menolak pemisahan proses ini. Menurut Putin, seluruh permasalahan harus diselesaikan dalam satu kesepakatan besar. Kedua negara kini bersikeras dengan pendapat mereka masing-masing, sehingga belum ada titik temu dalam negosiasi.

Sementara itu, Zelensky menuduh Putin hanya berpura-pura mendukung gencatan senjata, tetapi sebenarnya tidak berniat menghentikan perang. 

Zelensky menambahkan bahwa Putin memberikan terlalu banyak prasyarat, sehingga kecil kemungkinan kesepakatan dapat terwujud.

Peran Amerika Serikat dan Tantangan bagi Donald Trump

Amerika Serikat juga memainkan peran penting dalam proses negosiasi ini. Pada Jumat, dikabarkan bahwa utusan khusus Presiden Donald Trump, Steve Witkoff, melakukan perjalanan ke Moskow untuk bertemu dengan pejabat Rusia guna membahas rencana gencatan senjata.

Namun, hingga kini belum ada konfirmasi resmi apakah pertemuan tersebut benar-benar terjadi. Laporan dari media Rusia menyebutkan bahwa pesawat yang diduga membawa Witkoff telah meninggalkan Moskow pada hari yang sama.

Trump, yang dikenal ingin segera mengakhiri konflik ini, menegaskan bahwa ia berharap Rusia menerima proposal gencatan senjata. 

Trump juga mengungkapkan bahwa AS telah berdiskusi dengan Ukraina mengenai kemungkinan perubahan batas wilayah sebagai bagian dari kesepakatan akhir.

Sanksi Baru AS terhadap Rusia

Di tengah ketidakpastian negosiasi, pemerintah AS kembali menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Rusia. Sanksi baru ini terutama menargetkan sektor minyak dan gas, serta membatasi akses Rusia ke sistem pembayaran AS.

Langkah ini dimaksudkan untuk semakin menekan perekonomian Rusia dan mempersempit ruang gerak finansial negara tersebut.

Kremlin langsung merespons dengan menolak proposal gencatan senjata yang diajukan AS. Yuri Ushakov, penasihat Putin, mengatakan bahwa Rusia tidak akan menerima usulan yang tidak mempertimbangkan kepentingan keamanan nasionalnya.

(ipa)

Terkini Lainnya

Lihat Semua