Internasional

Kebijakan Tarif Baru Donald Trump: Apakah ChatGPT jadi Inspirasi di Balik Tarif 32% untuk Indonesia?

Kebijakan Tarif Baru Donald Trump: Apakah ChatGPT jadi Inspirasi di Balik Tarif 32% untuk Indonesia?
Kebijakan Tarif Baru Donald Trump: Apakah ChatGPT jadi Inspirasi di Balik Tarif 32% untuk Indonesia? (Image From: CBC)

PASUNDAN EKSPRES - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali membuat gebrakan dengan mengumumkan kebijakan tarif global terbaru yang menuai banyak kontroversi.

Salah satu sorotan utama adalah penetapan tarif impor sebesar 32% terhadap produk asal Indonesia. Kebijakan ini langsung menimbulkan pertanyaan besar di kalangan pakar ekonomi dan netizen global: dari mana sebenarnya angka 32% itu berasal?

Belakangan, muncul dugaan bahwa metode penghitungan tarif ini memiliki kesamaan dengan rumus sederhana yang diberikan oleh chatbot berbasis kecerdasan buatan seperti ChatGPT dan AI lainnya.

Meskipun belum ada konfirmasi resmi, kesamaan pendekatan ini membuka perdebatan mengenai sejauh mana AI berperan atau bahkan mungkin menginspirasi kebijakan perdagangan internasional yang dikeluarkan oleh negara adidaya seperti Amerika Serikat.

Tarif 32%: Asal-Usul Angka yang Membingungkan

Pakar ekonomi James Surowiecki menjadi salah satu tokoh yang aktif menelusuri logika di balik tarif 32% tersebut.

Dalam unggahan di platform X, ia mengungkap bahwa angka itu kemungkinan besar berasal dari pembagian defisit perdagangan AS dengan Indonesia (USD 17,9 miliar) terhadap total ekspor Indonesia ke AS (USD 28 miliar), yang hasilnya adalah 64%.

Kemudian, angka 64% ini dibagi dua untuk menghasilkan "tarif imbal balik dalam bentuk diskon", sesuai logika Presiden Trump. Maka lahirlah angka 32%, yang kemudian dijadikan sebagai tarif baru atas impor dari Indonesia.

Meskipun tampak sederhana, metode ini menuai banyak kritik karena tidak memperhitungkan berbagai faktor penting dalam perdagangan global, seperti struktur biaya, rantai pasokan internasional, serta dampak sosial ekonomi dari kebijakan tersebut.

Gedung Putih Bantah, Tapi Rumusnya Mirip

Menanggapi dugaan tersebut, Gedung Putih langsung membantah bahwa mereka menggunakan pendekatan seperti yang diungkap Surowiecki.

Mereka merilis rumus resmi sebagai acuan perhitungan tarif baru, namun menurut laporan dari Politico yang dikutip dari ntvnews.id, rumus tersebut secara struktur ternyata memiliki kemiripan dengan pendekatan Surowiecki.

Meski demikian, tidak ditemukan bukti bahwa rumus tersebut benar-benar berasal dari perhitungan AI.

Namun, kesamaan tersebut justru membuka spekulasi lebih luas: apakah para pembuat kebijakan Gedung Putih menggunakan AI seperti ChatGPT sebagai alat bantu atau inspirasi dalam merumuskan kebijakan perdagangan mereka?

AI dan Rumus Sederhana: Apakah ChatGPT Terlibat?

Sejumlah netizen menguji AI populer seperti ChatGPT, Google Gemini, Claude, dan Grok dengan pertanyaan tentang mengurangi defisit perdagangan dan menetapkan tarif yang "adil".

Keempat chatbot memberikan jawaban serupa, merumuskan defisit dibagi total ekspor, dengan beberapa menyarankan membagi hasilnya agar lebih masuk akal, sejalan dengan kebijakan pemerintah Trump.

Menurut ArsTechnica, ChatGPT menekankan bahwa rumus tersebut hanya pendekatan kasar dan tidak mencerminkan kompleksitas perdagangan internasional.

Claude dari Anthropic menambahkan bahwa defisit perdagangan bukan satu-satunya indikator kesehatan perdagangan dan bahwa tarif dapat menyebabkan efek samping negatif, seperti pembalasan dagang dan inflasi.

Apa Dampaknya bagi Indonesia?

Tarif 32% ini tentu menjadi pukulan tersendiri bagi pelaku usaha Indonesia yang mengekspor produk ke Amerika Serikat. Produk-produk tekstil, alas kaki, elektronik, dan furnitur Indonesia akan menjadi lebih mahal di pasar AS, yang kemungkinan akan menurunkan daya saingnya.

Menteri Perdagangan Indonesia menyatakan bahwa pemerintah sedang menyiapkan langkah diplomatik dan negosiasi untuk mengevaluasi kebijakan tersebut. 

Ia menjelaskan bahwa pemerintah akan mengedepankan dialog bilateral dan multilateral melalui WTO untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi. 

(ipa)

Terkini Lainnya

Lihat Semua