PASUNDAN EKSPRES - Enam minggu setelah Israel memutus total pasokan kebutuhan pokok ke Jalur Gaza, jutaan warga Palestina menghadapi ancaman kelaparan yang kian nyata.
Kondisi kemanusiaan di Gaza memburuk secara drastis sejak awal Maret 2025, saat Israel memperketat blokade dan menutup semua titik masuk bantuan.
Persediaan makanan yang sempat disimpan selama masa gencatan senjata awal tahun kini hampir habis. Pasar kosong, roti tak lagi tersedia, dan dapur umum satu per satu menutup karena kehabisan stok.
Ketergantungan pada Bantuan Kemanusiaan yang Kini Terkunci
Sebelumnya, Program Pangan Dunia (WFP) menyediakan roti di 25 toko roti di Gaza. Namun kini semua toko roti itu telah berhenti beroperasi.
Distribusi bantuan makanan dalam bentuk paket pun terancam dihentikan dalam waktu dekat, karena stok yang tersisa hanya cukup untuk mempertahankan dapur umum beberapa hari lagi.
Harga kebutuhan pokok di pasar melonjak tajam. Tepung 25 kilogram yang biasanya dijual seharga $6 (sekitar Rp100.650) kini mencapai $60 (sekitar Rp1.006.500).
Minyak goreng, jika tersedia, dihargai $10 (sekitar Rp167.750) per liter, padahal dulu hanya $1,5 (sekitar Rp25.162). Sebuah kaleng sarden pun bisa mencapai $5 (sekitar Rp83.875).
Anak-Anak Tidur dalam Keadaan Lapar
Di kamp pengungsian Nuseirat, ratusan orang mengantre di dapur darurat untuk mendapatkan sepiring nasi panas. Anak-anak kecil berdesakan di barisan depan, membawa ember untuk membawa pulang makanan bagi keluarga mereka.
Laporan dari organisasi medis Médecins Sans Frontières (Dokter Lintas Batas) menyebutkan bahwa mereka kini menangani anak-anak dan ibu hamil yang mengalami malnutrisi berat.
Bahkan, banyak ibu menyusui yang terlalu kelaparan hingga tidak mampu menghasilkan ASI untuk bayinya.
Seruan Darurat dari Dunia Internasional
Sejumlah lembaga kemanusiaan menyerukan pembukaan jalur bantuan secepatnya untuk mencegah bencana kemanusiaan yang lebih besar.
Gavin Kelleher dari Norwegian Refugee Council menyatakan bahwa distribusi makanan hampir sepenuhnya berhenti. Stok yang ada kini hanya dipusatkan untuk menjaga dapur umum tetap berjalan, dan itu pun tidak akan lama lagi.
WFP, UNRWA, dan organisasi lainnya terus berupaya melobi agar ada jalur aman bagi bantuan.
Mereka juga memperingatkan bahwa setiap hari keterlambatan akan memperparah kondisi, khususnya bagi kelompok rentan seperti balita, ibu hamil, dan lansia.
(ipa)