Internasional

Kontroversi Menteri Israel Terkait Penghapusan Bulan Ramadhan

Kontroversi Menteri Israel Terkait Penghapusan Bulan Ramadan

PASUNDAN EKSPRES- Terkini, Menteri Israel menuai kontroversi setelah mengusulkan penghapusan Bulan Ramadhan dengan alasan mengganggu perang di Gaza.

Menteri Warisan Budaya Israel, Amichai Eliahu, menyampaikan pandangannya bahwa pada bulan Ramadan, warga Muslim Palestina mendapatkan kekuatan luar biasa untuk melawan Israel, menciptakan ancaman besar bagi negaranya.

Eliahu mengakui bahwa selama bulan suci tersebut, warga Palestina menunjukkan keberanian dan kekuatan yang luar biasa, membuat Israel merasa was-was terhadap serangan yang mungkin terjadi kapan saja, baik di siang hari maupun di malam hari.

Menurutnya, menghapus Bulan Ramadan akan membantu mengurangi intensitas konflik di wilayah Gaza.

Bukan kali pertama Eliahu membuat pernyataan kontroversial. Setelah konflik Israel-Palestina pada bulan Oktober 2023, ia bahkan mengusulkan penggunaan bom nuklir di wilayah Gaza, menyatakan bahwa warga di sana tidak layak mendapatkan rasa kasihan karena dianggap sebagai penjahat.

Eliahu juga menolak dengan keras pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza dan berjanji akan memblokirnya dengan segala cara.

Lebih kontroversial lagi, Menteri Warisan Budaya ini mendukung upaya Israel untuk merebut Jalur Gaza dan mendirikan pemukiman di sana, menunjukkan ketidakpedulian terhadap nasib Palestina.

Eliahu bahkan menyatakan bahwa tidak penting untuk mempertimbangkan nasib warga Palestina yang mungkin diusir dari tanah mereka, asalkan Israel dapat menguasai wilayah tersebut.

Tindakan dan pernyataan kontroversial ini tentu saja menuai kritik dari berbagai pihak, baik nasional maupun internasional. Sejumlah kalangan mengecam pandangan Eliahu yang dianggap tidak manusiawi dan merugikan proses perdamaian di Timur Tengah.

Kontroversi ini semakin memperumit hubungan antara Israel dan Palestina, menimbulkan ketegangan yang sulit diatasi.

Penting bagi pemerintah Israel untuk merespons dengan bijak terhadap kritik dan merenungkan dampak dari pernyataan kontroversial yang dapat merusak citra negara di dunia internasional.

Sementara itu, dunia internasional diharapkan terus mendorong dialog damai dan solusi yang adil untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama puluhan tahun ini.

Berita Terkait
Terkini Lainnya

Lihat Semua