PASUNDAN EKSPRES- Kampus yang harusnya jadi tempat belajar dan mencetak generasi cerdas malah dijadiin "pabrik uang palsu".
Kasus di UIN Alauddin Makassar ini jelas jadi tamparan keras buat dunia pendidikan. Kasus ini bermula dari laporan adanya peredaran uang palsu di sekitar wilayah Makassar dan Gowa.
Setelah diselidiki, ternyata produksinya dilakukan di perpustakaan kampus UIN Alauddin Makassar, yang melibatkan kepala perpustakaannya sendiri. Selain itu, ada 17 tersangka lainnya yang ikut terlibat dalam sindikat ini.
Mirisnya, uang palsu yang diproduksi ini kabarnya sudah tersebar hingga Rp745 triliun! Yang bikin ngeri, uang palsu ini katanya sulit banget dibedain dari yang asli.
Bahkan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Selatan sampai bilang, saking miripnya, orang awam mungkin nggak akan sadar.
BI juga menyarankan masyarakat buat lebih sering transaksi pakai metode digital kayak QRIS biar risiko terima uang palsu bisa diminimalisir.
Rektor UIN Alauddin Makassar langsung ambil tindakan tegas. Kepala perpustakaan kampus tersebut sudah dipecat tidak dengan hormat.
Selain itu, para tersangka terancam hukuman penjara hingga 10 tahun sesuai dengan UU tentang mata uang.
Kasus ini nunjukin gimana integritas seseorang bisa runtuh, bahkan di tempat yang dianggap punya nilai moral tinggi.
Kita juga jadi sadar pentingnya edukasi soal ciri-ciri uang asli dan waspada terhadap peredaran uang palsu.
Teknologi digital jadi solusi aman untuk transaksi, tapi tetap aja, kontrol dan pengawasan dari otoritas harus lebih diperketat.
Kalau menurut kamu, apa langkah terbaik yang harus dilakukan biar kasus kayak gini nggak terulang lagi?