KOTA BANDUNG-Anggota Komisi C DPRD Kota Bandung Rendiana Awangga memastikan program ducting yang sedang dilakukan Pemerintah Daerah Kota (Pemkot) Bandung terus dilakukan.
Hal ini, sambungnya, mengingat program penanaman kabel udara ke dalam tanah itu untuk kepentingan estetika kota dan keselamatan pengguna jalan.
"Jika kabel udara sudah ditanam di bawah tanah (ducting, red), nantinya tidak ada lagi kabel yang melintang di udara yang terlihat semrawut dan mengganggu estetika," kata Awang melalui rilisnya, Ahad (30/6).
Politisi Partai Nasdem ini melanjutkan, kabel udara yang semrawut juga berpotensi membahayakan, bahkan sudah pernah memakan korban jiwa di Kota Bandung.
"Di Kota Bandung pernah ada yang jatuh terjerat kabel saat naik bus wisata Bandros. Selain itu, ada beberapa kejadian kabel menjuntai ke bawah di beberapa ruas jalan di Kota Bandung," ujarnya.
Di sisi lain, kata Awang, program ducting ini merupakan rencana yang telah cukup lama dibuat. Akan tetapi, karena satu dan lain hal pembangunannya tertunda. Program ducting baru terealisasi tahun ini dengan dana cukup besar dan dibayar pihak ketiga.
Padahal, lanjutnya, program ini sudah terencana sejak Wali Kota Bandung masih Ridwan Kamil. "Artinya, sudah cukup lama tertunda karena memang ditemukan beberapa kendala," ucapnya.
Ke depan, kata Awang, kebutuhan ducting akan semakin banyak, mengingat banyak pula kabel yang akan tersambung. Karenanya, lanjut dia, meski diakui pengerjaan ducting ini terhitung terlambat, namun patut disyukuri.
"Dimulainya pengerjaan ducting ini merupakan progres yang harus disyukuri. Alhamdulilah akhirnya sudah dimulai juga," kata Awang.
Dirinya pun meminta kepada pihak eksekutif agar lebih gencar melakukan sosialisasi, mengingat pengerjaan ducting berpotensi menimbulkan kemacetan. Dengan begitu, masyarakat terinfokan dan bisa mencari alternatif jalan yang akan dilalui.
Benahi Tranportasi Publik
Lebih lanjut Awang mengingatkan agar transportasi publik di Kota Bandung segera dibenahi. "Seharusnya konversi tiga angkot ke satu bus sudah dilakukan, tapi saat ini masih rencana dan belum terwujud," ujarnya.
Transportasi umum yang baik, kata Awang, adalah yang terintegrasi sehingga bisa pindah dari satu angkutan ke angkutan yang lain. Selain itu, juga harus bisa lebih efesien terutama soal waktu.
Dengan begitu, kata Awang, waktu tempuh pun bisa diprediksi dan orang akan lebih nyaman menggunakan kendaraan publik. "Contohnya di Bogor. Mereka sudah konversi angkot, padahal dulu idenya dari Kota Bandung. Di Bogor sudah diberlakukan, Kota Bandung malah belum," ucapnya.
Tak sampai di situ, Perda Transportasi juga tengah dibahas DPRD Kota Bandung, salah satunya terkait kenyamanan dalam menggunakan transportasi umum.
Selain itu, moda transportasi juga harus tepat waktu. Termasuk, armada saat datang ke halte juga harus diperhatikan. "Jangan sampai moda transportasi umum terlambat karena terlalu lama mengetem," katanya.
Selanjutnya, moda transporatsi umum di Kota Bandung harus aman dari tindakan kriminal, pun halnya armadanya pun harus terjamin sehingga saat digunakan bisa selamat sampai tujuan.
"Tak kalah penting, keselamatan warga pengguna moda transportasi umum juga harus diperhatikan, sehingga masyarakat mau beralih dari transportasi pribadi ke umum," ujarnya.
Mewujudkan kenyamanan, kata Awang, memang tidak mudah, mengingat jumlah kendaraan bertambah setiap tahunnya. Belum lagi banyaknya kendaraan dari luar Kota Bandung yang melintas.
"Karenanya hal ini membutuhkan peran provinsi untuk menjadi koordinator yang bisa mengatasi masalah perhubungan," ucap Awang.(adv/add/ysp)