SUBANG-Kelezatan dodol Lia Sari produk asli dari Subang tidak terlepas dari peran Mak Entin. Dodol olahan yang berbahan dasar Nanas ini telah memikat hati banyak orang sejak tahun 2000.
Dodol Lia Sari bukan hanya sekadar cemilan, tapi juga bagian dari sejarah dan kehidupan masyarakat Subang.
Pemilik sekaligus Pembuat Dodol Lia Sari Mak Entin ini menceritakan mulai perjalanan usahanya dalam pembuatan dodol sejak tahun 2000, saat ia bergabung dalam pembinaan di BPP Jalancagak, Subang.
Proses pembinaan ini berlangsung kurang lebih 3 bulan, di mana Mak Entin diajarkan berbagai teknik pembuatan dodol secara detail, mulai dari ngupas, parud, hingga proses penggodogan yang membutuhkan kesabaran dan keahlian khusus.
"Dulu emak berkelompok cuman sudah masing-masing dapur, semua kelompok yang ada di mekar sari ada 20 orang,"ujarnya Jum'at pada (3/5).
Di masa awal, Mak Entin menjajakan dodolnya dengan cara yang sederhana, yakni menggelar produk di pinggir jalan dekat patung kuda, yang kini menjadi Ciater Highland Resort.
Saat itu, sambil menunggu bus pariwisata lewat, ia berjuang untuk menawarkan dodol Lia Sari kepada para pengunjung. Namun, seiring berjalannya waktu, pemandangan di sekitar patung kuda berubah.
Bangunan-bangunan dan ruko penjualan oleh-oleh khas Subang mulai bermunculan, dan Dodol Lia Sari Mak Entin menjadi salah satu produk yang diminati oleh pengunjung.
"Dulu ibu-ibu berkelompok berjualan ke Ciater yang ada Patung Kuda," ujarnya.
Harga dodol Lia Sari pada awalnya adalah Rp 6.000 per kg. Namun, seiring dengan meningkatnya permintaan dan perubahan kondisi pasar, harga dodol ini naik menjadi Rp 10.000 hingga Rp 40.000 per curah, atau dalam kondisi tidak dipacking langsung dimasukkan ke dalam plastik.
Meskipun harga naik, tetapi cita rasa dan kualitas tetap menjadi prioritas utama bagi Mak Entin.
Dodol Lia Sari terkenal dengan kelezatannya yang khas, yang tidak lepas dari bahan-bahan berkualitas dan proses pembuatan yang teliti.
Mak Entin menggunakan bahan-bahan seperti tepung ketan, gula, santan, dan ganas (buah nenas) untuk menciptakan dodol berkualitas tinggi. Proses pembuatan dodol dimulai dari ngupas nanas hingga proses penggodogan yang memakan waktu hingga 4 jam untuk 40 kg dodol.
"Bahannya nanas saja. Campurannya paling santan, tepung ketan. Nanas tuh di kupas, di cuci dan ditimbang," ujarnya.
Dalam mengikuti perkembangan zaman, Mak Entin juga melakukan inovasi dalam penjualan dodolnya. Selain menjual langsung di tempat produksi, ia juga mulai menawarkan produknya ke toko-toko khas Subang untuk meningkatkan aksesibilitas produknya kepada masyarakat luas.
Selain itu, keberadaan Dodol Lia Sari juga mulai dikenal di ranah digital melalui media sosial dan platform e-commerce.
Hari Lebaran menjadi momen yang istimewa bagi Mak Entin dan Dodol Lia Sari. Di hari raya, permintaan dodol meningkat pesat, dan Mak Entin mampu menjual hingga 15 kg dodol per hari.
Namun, tidak hanya di hari Lebaran, Dodol Lia Sari juga tetap diminati pada hari-hari biasa, di mana penjualan mencapai rata-rata 5 kg per hari.
"Kemarin lebaran juga banyaklah alhamdulillah, kadang Emak juga suka nyimpen-nyimpenan di warung," jelasnya.
Meskipun sudah lansia, Mak Entin tetap memiliki visi dan harapan untuk masa depan dodol Lia Sari. Ia berharap dapat terus mempertahankan kualitas produknya, meningkatkan penetrasi pasar baik secara lokal maupun nasional, dan juga berkontribusi dalam meningkatkan ekonomi masyarakat Subang melalui usahanya.
Bagi kamu yang ingin membeli langsung oleh-oleh dodol ganas Lia Sari, bisa datang langsung yang beralamat di Kampung Rancabogo Desa Tambak Mekar RT 04 RW 02 Kecamatan Jalancagak Kabupaten Subang. Lapak Mak Entin buka dari jam 07.00-17:00 WIB.(hdi/ysp)