SUBANG–Pengerjaan proyek pembangunan tempat wisata Tejaherang yang berlokasi di Dusun Ciseuti, Desa Jalancagak mendapat tantangan. Salah satu warga pemilik lahan, Hary mengancam untuk menutup akses jalan yang menjadi satu-satunya rute menuju lokasi tersebut. Permasalahan ini berpotensi menghambat kelanjutan proyek yang saat ini telah berjalan selama 21 hari.
Menurut Penulusuran Tim Pasundan Ekspres, akses menuju Tejaherang, yang jaraknya sekitar 3 km dari pusat desa, saat ini masih berupa jalan bebatuan yang tidak sepenuhnya diaspal.
Menurut warga setempat, dulunya tidak ada akses jalan yang jelas menuju lokasi Tejaherang. Akses yang ada hanya berupa jalan setapak yang dibuat oleh warga Dusun Ciseuti dan hanya mencapai setengah perjalanan menuju lokasi.
Kepala Desa Jalancagak, Indra Zainal Alim menjelaskan, masalah ini bermula ketika Hary, seorang pengusaha dari Purwakarta, datang ke Dusun Ciseuti untuk memulai usaha galian batu. Hary kemudian membebaskan lahan milik warga untuk membuat jalan akses menuju lokasi galian pasirnya, yang akhirnya membuka jalan hingga ke Tejaherang.
"Dalam proses jual beli lahan dengan warga, Hary berjanji bahwa jalan yang dibuat akan dapat digunakan oleh umum," ucap Indra kepada Pasundan Ekspres.
Namun, usaha galian batu tersebut tidak berlangsung lama karena beberapa perusahaan akhirnya menutup operasinya. Meskipun begitu, jalan akses yang telah dibuat tetap ada dan mulai digunakan oleh warga untuk berbagai keperluan.
Seiring waktu, pemerintah Kabupaten Subang, melalui Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disparpora), mengajukan anggaran dari Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp 5,5 miliar untuk pengembangan tempat wisata Tejaherang. Proyek tersebut pun mulai dikerjakan, termasuk pembangunan gazebo, mushola, gedung, dan kolam.
Namun, masalah muncul ketika Hary, pemilik tanah yang dilalui akses jalan menuju lokasi proyek, merasa tidak dihargai karena tidak ada izin terlebih dahulu untuk penggunaan jalan tersebut.
"Warga awalnya sepakat bahwa itu adalah jalan umum sesuai dengan perjanjian jual beli terdahulu, jadi mereka mempersilakan proyek berjalan. Namun, Hary tidak setuju dan berencana menutup akses jalan tersebut, yang akhirnya menimbulkan miskomunikasi dan ketegangan," jelas Indra.
Seorang pekerja proyek yang tidak ingin disebutkan namanya berasal dari Lampung, mengungkapkan bahwa pembangunan saat ini masih berlanjut dengan fokus pada pembuatan gazebo, mushola, dan gedung, serta dua kolam yang sudah dalam tahap awal pengerjaan. Namun, rencana penutupan jalan oleh Hary menimbulkan kekhawatiran di kalangan pekerja dan pihak terkait.
Indra Zainal berharap agar permasalahan ini dapat segera diselesaikan melalui dialog yang konstruktif antara pihak Hary dan warga serta pemerintah desa. "Kami sangat berharap Hary dan warga bisa mencapai kesepakatan yang baik demi kelanjutan proyek wisata ini. Akses jalan sangat penting untuk mendukung perkembangan ekonomi lokal melalui sektor pariwisata," tambahnya.
Proyek Wisata Tejaherang semula diharapkan dapat menjadi salah satu destinasi unggulan di Subang, yang tidak hanya meningkatkan perekonomian desa melalui pariwisata, tetapi juga membuka peluang kerja bagi masyarakat setempat.
Namun, jika permasalahan akses jalan ini tidak segera diselesaikan, kelanjutan proyek ini bisa terancam, dan potensi manfaat ekonomi yang diharapkan mungkin tidak terwujud.(hdi/ysp)