PASUNDAN EKSPRES - Peristiwa tragis kematian Bintang Balqis Maulana (14), santri Pondok Pesantren Al Hanifiyah Kediri setelah diduga dianiaya oleh empat senior mendapat sorotan luas. Kasus ini tidak hanya memunculkan kecaman publik, tetapi juga menyoroti perlunya perhatian khusus terhadap masalah perlindungan anak.
Riza Wahyuni SpSi MSi, seorang psikolog dan praktisi perlindungan perempuan dan anak di Jawa Timur, mengungkapkan bahwa fenomena yang dikenal sebagai juveniledelinquency menjadi kunci dalam memahami perilaku anak-anak yang melanggar hukum. Menurutnya, ada beberapa faktor yang mendasari tindakan brutal dan tidak terpuji tersebut.
"Pertama, pola asuh yang kurang tepat seringkali menjadi akar masalah. Anak dibiarkan berkembang tanpa pengawasan yang memadai, sehingga mereka cenderung kehilangan batasan dan panduan yang benar dari orang tua," ungkap Riza kepada wartawan, Rabu 28 Februari 2024.
Lebih lanjut, Riza menyoroti pentingnya lingkungan sosial dalam membentuk karakter anak. Ketidaktersediaan hubungan emosional yang kokoh antara anak dan keluarga dapat menyebabkan mereka mencari ekspresi diri secara negatif, termasuk tindakan kekerasan dan intimidasi untuk menarik perhatian.
Selain itu, pengalaman traumatis seperti pelecehan seksual atau kekerasan dalam rumah tangga juga turut memengaruhi perilaku anak di masa mendatang. Menurut Riza, keluarga memiliki peran krusial dalam mencegah fenomena ini. Namun, masih banyak orang tua yang enggan mengakui tanggung jawab mereka dalam pembentukan karakter anak.
"Banyak orang tua yang enggan mengakui bahwa perilaku anak mereka adalah cerminan dari pola asuh dan lingkungan keluarga. Kita perlu kembali mengajak orang tua untuk terlibat aktif dalam membentuk kehidupan anak-anak, dengan memberikan bimbingan dan pendampingan yang positif," tandasnya.
Meskipun demikian, di tengah sorotan atas tanggung jawab orang tua, Riza juga menekankan pentingnya memberikan dukungan dan afirmasi positif kepada anak-anak. Menurutnya, dengan cinta dan perhatian yang tepat, anak-anak dapat tumbuh menjadi individu yang berharga bagi masyarakat.
Sebelum tragedi yang menimpa Bintang, terjadi serangkaian peristiwa yang menjadi pertanda kegelisahan. Video viral yang memperlihatkan darah yang bercucuran dari jenazah korban serta pesan terakhir yang dikirimkan oleh Bintang kepada keluarganya menjadi bukti akan keterpurukan jiwa yang dialaminya sebelum kepergiannya.
Dalam pesan singkat yang dikirimkan melalui aplikasi pesan WhatsApp, Bintang memohon agar segera dijemput karena merasa ketakutan. Permohonan itu, sayangnya, tidak pernah terwujud. Kini, kepulangan Bintang hanya meninggalkan kesedihan mendalam bagi keluarganya, sementara kontroversi dan pertanyaan tentang tanggung jawab dalam melindungi anak masih menggantung tanpa jawaban yang pasti.