PASUNDAN EKSPRES- Dua mantan pemain timnas sepak bola Indonesia, Titus Boni dan Tod rivald fere, karena terlihat menggunakan jersey yang memiliki bendera Israel.
Kejadian ini memunculkan pertanyaan tentang kesadaran atlet akan representasi mereka di lapangan dan di media sosial.
Meskipun sebagian mungkin memahami bahwa ini hanya terkait dengan turnamen futsal di Papua, namun tetap menimbulkan polemik yang signifikan.
Sebagai atlet yang menjadi figur publik, tindakan dan perkataan mereka memiliki dampak yang lebih besar daripada yang mungkin mereka sadari.
Dalam konteks ini, tindakan seperti mengenakan jersey berlambang bendera Israel dapat ditafsirkan sebagai dukungan politik atau ideologis terhadap negara tersebut.
Meskipun mungkin tidak dimaksudkan sebagai pernyataan politik, namun hal ini menunjukkan perlunya kesadaran lebih dalam tentang bagaimana tindakan sederhana dapat dipahami secara luas.
Tindakan seperti ini juga membuka kesempatan untuk pembicaraan yang lebih luas tentang penggunaan media sosial oleh atlet.
Sebuah unggahan yang dihapus atau sebuah "like" pada postingan tertentu dapat menjadi bahan perdebatan dan memengaruhi reputasi atlet tersebut.
Kita melihat hal serupa terjadi pada pemain bulu tangkis Gloria Emmanuel Wijaya yang mendapat kecaman atas suka-nya pada sebuah postingan "I stand with Israel".
Ketika atlet memiliki jutaan pengikut di platform media sosial, mereka memiliki tanggung jawab untuk mempertimbangkan dampak dari setiap tindakan dan perkataan mereka.
Ini bukan hanya tentang menjadi cerminan yang baik bagi negara atau tim mereka, tetapi juga tentang memahami kekuatan platform mereka untuk mempengaruhi opini publik.
Hal ini menekankan pentingnya bagi para atlet, terutama yang muda, untuk diberikan pendidikan tentang bagaimana menggunakan media sosial secara bertanggung jawab.
Mereka perlu memahami bahwa apa yang mereka bagikan atau dukung di platform online dapat memiliki konsekuensi nyata di dunia nyata, termasuk dampak pada karier mereka dan citra pribadi mereka.
Sementara kita harus memberikan ruang bagi kesalahan dan pembelajaran, kita juga harus mengingatkan para atlet tentang pentingnya kesadaran dan sensitivitas terhadap isu-isu sosial dan politik.
Dengan begitu, mereka dapat menjadi contoh yang baik bagi generasi berikutnya, tidak hanya sebagai atlet yang sukses, tetapi juga sebagai individu yang berpikiran terbuka dan peduli terhadap masyarakat global.