Opini

Tanam Padi dengan Sistem SRI (System of Rice Intencification )

opini


Oleh: Dwi Ari Setyawan
Universitas Muhammadiyah Malang
Agroteknologi B

Seiring berjalannya waktu, teknologi pertanian mengalami kemajuan pesat. Kemajuan itu didukung dengan adanya gebrakan yang bernama Revolusi Hijau, sederhananya Revolusi Hijau adalah sebutan atau julukan yang mempunyai tujuan agar bahan pangan didunia ini bisa teratasi atau terpenuhi agar populasi manusia tidak kekurangan bahan pangan.

Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman utama di Indonesia, karena hampir dari setengah penduduk di Indonesia mengonsumsi beras sebagai makanan pokok. Adanya peningkatan jumlah penduduk disetiap tahun nya juga berpengaruh pada kebutuhan pangan terutama beras. Maka dari itu, masalah pangan dan ketahanan pangan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari komoditi beras.

Negara Indonesia sendiri adalah negara dengan bahan pangan pokok yaitu beras, namun produksi beras di Indonesia mengalami masalah dikarenakan adanya alih fungsi lahan sawah faktor ini bisa berdampak pada hilangnya lahan pertanian subur, hilangnya investasi dalam infrastruktur irigasi, kerusakan natural lanskap dan masalah lingkungan, hal ini dapat mengancam produktifitas pada petani yang komoditasnya padi. Tidak hanya alih fungsi lahan, namun ada juga yang lebih penting, yaitu masalah kekeringan pada lahan. Permasalahan ini yang menjadi keluhan para petani terutama petani padi, karena tanpa adanya air, pertumbuhan padi dapat terhambat dan hasilnya pada waktu panen kualitas padi menurun.

Akan tetapi, ada satu hal yang bisa kita jadikan motivasi pada permasalahan ini dan bisa mencari solusinya yaitu adanya cletukan “Yang sakit pasti ada obatnya”. Dari cletukan itu kita bisa berfikir atau berkhayal mengenai permasalahan diatas yang menyinggung tentang kekeringan atau kekurangan air pada lahan pertanian padi. Permasalahan ini bisa diatasi dengan menggunakan sistem S.R.I.

Apasih sistem S.R.I ? sederhananya sistem ini memperlakukan padi dengan mengurangi pengunaan air, yang mana biasanya digenangkan, namun dalam penggunaan sistem ini malah sebaliknya ( tidak di genangkan ), ada juga kelebihan sistem ini yaitu bisa menggunakan benih apapun dan penggunaan benih juga lebih sedikit, membuat tanah lebih sehat karena menekan penggunaan bahan kimia karena sisem ini menerapkan sistem pengendalian hama terpadu. 

Sistem ini ini pertama kali ditemukan secara tidak disengaja di Madagaskar antara tahun 1983 -84 oleh Fr. Henri de Laulanie, SJ, seorang Pastor Jesuit asal Prancis yang lebih dari 30 tahun hidup bersama petani-petani di sana. Oleh penemunya, metododologi ini selanjutnya dalam bahasa Prancis dinamakan Ie Systme de Riziculture Intensive disingkat SRI.  

Cara budidaya padi dengan menggunakan sistem SRI agar bisa mencapai hasil yang maksimal perlu beberapa perlakuan, yaitu :
Mempersiapkan benih sebelum digunakan, dengan cara dimasukan dalam air larutan garam, kemudian setelah 24 jam terendam larutan garam bisa direndam di air biasa selama 24 jamnkemudian ditiriskan seama 2 hari lalu bisa disemai dan pada 10 HST benih sudah siap ditanam.

Adanya pengolahan tanah, Untuk Tanam padi metode SRI tidak berbeda dengan cara pengolahan tanah untuk tanam padi cara konvesional yaitu dilakukan untuk mendapatkan struktur tanah yang lebih baik bagi tanaman, terhidar dari gulma. Pengolahan dilakukan dua minggu sebelum tanam dengan menggunakan traktor tangan, sampai terbentuk struktur lumpur. Permukaan tanah diratakan untuk mempermudah mengontrol dan mengendalikan air. 

Pemberian pupuk pada SRI diarahkan kepada perbaikan kesehatan tanah dan penambahan unsur hara yang berkurang setelah dilakukan pemanenan. Kebutuhan pupuk organik pertama setelah menggunakan sistem konvensional adalah 10 ton per hektar dan dapat diberikan sampai 2 musim taman. Setelah kelihatan kondisi tanah membaik maka pupuk organik bisa berkurang disesuaikan dengan kebutuhan. Pemberian pupuk organik dilakukan pada tahap pengolahan tanah kedua agar pupuk bisa menyatu dengan tanah. 

Sistem tanam metode SRI tidak perlu genangan air yang terus menerus, cukup dengan kondisi tanah yang basah. Penggenangan dilakukan hanya untuk mempermudah pemeliharan. Pada prakteknya pengelolaan air pada sistem padi organik dapat dilakukan sebagai berikut; pada umur 1-10 HST tanaman padi digenangi dengan ketinggian air ratarata 1cm, kemudian pada umur 10 hari dilakukan penyiangan. 

Setelah dilakukan penyiangan tanaman tidak digenangi. Untuk perlakuan yang masih membutuhkan penyiangan berikutnya, maka dua hari menjelang penyiangan tanaman digenang. Pada saat tanaman berbunga, tanaman digenang dan setelah padi matang susu tanaman tidak digenangi kembali sampai panen. Untuk mencegah hama dan penyakit pada SRI tidak digunakan bahan kimia, tetapi dilakukan pencengahan dan apabila terjadi gangguan hama/penyakit digunakan pestisida nabati dan atau digunakan pengendalian secara fisik dan mekanik. 

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan berdasarkan potensi serangan atau ancaman dan serangan hama / penyakit yang mungkin akan terjadi atau sudah terjadi di lahan-lahan sekitar. Pengendalian hama dan penyakit yang baik harus dilakukan menurut 3 prinsip yaitu :

Antisipasi atau pencegahan, yaitu dengan memperkuat fisik tanaman, mencukupi unsur hara / nutrisi secara lengkap dan berimbang, menyeimbangkan pertumbuhan yang terlalu vigor dengan penguatan fisik tanaman, serta meningkatkan daya tahan tanaman. Pengendalian, yaitu jika sudah terdapat serangan hama atau penyakit sejak masih di bawah ambang ekonomis. Metodenya adalah penggunaan pestisida sesuai dengan hama dan penyakit sasaran. Pemulihan kondisi tanaman, artinya pengendalian hama harus diikuti dengan upaya memulihkan kondisi tanaman yang menurun karena dampak hama dan penyakit. Tujuannya agar tidak terjadi penurunan hasil panen yang signifikan. 

Sistem SRI mempunyai beberapa keunggulan yaitu penggunaan air yang hemat, hemat biaya karena benih yang digunakan sedikit, hemat waktu atau lebih cepat panen, produksi meningkat dan yang terpenting adalah ramah lingkungan. Tentang kelemahan sistem SRI.  SRI mepunyai kelemahan boros dalam penggunaan kompos namun ini masih bisa teratasi jika si petani mempunyai hewan ternak yang bisa dimanfaatkan limbahnya.

Manfaat menggunakan sistem SRI yaitu tanah menjadi sehat, dapat membuka lapangan kerja, produksi beras dapat meningkat, dapat  membentuk petani mandiri yang bisa meneliti lahannya sendiri karena tidak bergantung bahan kimia yang mahal dan biasanya langka.(*)

Tag :
Berita Terkait
Terkini Lainnya

Lihat Semua