Luka Mental yang Tak Terlihat akibat Bullying di Sekolah

Anak yang tinggal di lingkungan yang di dalamnya terjadi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) lebih berisiko melakukan bullying.
Orang tua yang menerapkan gaya pengasuhan yang otoriter dan kurang memberikan ruang bagi anak untuk mengekspresikan diri dapat meningkatkan risiko bullying.
Faktor Sekolah
Kurangnya pengawasan dari guru dan staf sekolah dapat memberikan peluang terjadinya bullying.
Budaya sekolah yang menganggap bullying sebagai hal yang wajar dan tidak adanya sanksi tegas bagi pelakudapat meningkatkan risiko terjadinya bullying.
Kurangnya edukasi tentang bullying bagi siswa, guru, dan staf sekolah dapat menyebabkan kurangnya pemahaman tentang bahaya bullying dan bagaimana cara mencegahnya.
Faktor Masyarakat
Budaya kekerasan yang berkembang di masyarakat dapat memicu perilaku bullying di sekolah.
Kurangnya edukasi publik tentang bahaya dan dampak negatif bullying dapat menyebabkan kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pencegahan
Dampak bullying pada mental anak tidak boleh diremehkan, karena akan menimbulkan dampak yang negatif yang akan membekas sepanjang hayatnya. Korban bullying dapat mengalami rasa takut, cemas, dan sedih yang berkepanjangan. Hal ini dapat mengganggu aktivitas dan kualitas hidup anak. Perasaan tidak berharga dan tidak mampu juga dapat muncul dalam diri anak yang menjadi korban bullying Jika tidak mendapatkan penanganan, perkembangan mental dan sosial anak dapat terhambat. Pengalaman traumatis akibat bullying dapat meninggalkan luka mental yang mendalan dan sulit untuk dihilangkan. Bahkan dalam kasus ekstrem, bullying dapat mendorong anak yang menjadi korban untuk menyakiti diri sendiri bahkan ada yang sampai bunuh diri.
Mengingat dampak negatif yang ditimbulkan dari bullying ini sangat berbahaya, maka peran aktif berbagai pihak dalam mencegah dan menangani bullying menjadi hal yang penting. Di lingkungan rumah, orang tua harus bisa menciptakan komunikasi terbuka dengan anak, mengajarkan cara menghadapi bullying, dan memberikan dukungan moral kepada anak.
Di lingkungan sekolah perlu dilakukan pengawasan yang aktif, misalnya diadakan edukasi tentang bullying, dan menciptakan budaya anti-bullying. Selain itu seluruh komponen sekolah juga harus berperan aktif dalam mencegah terjadinya bullying, dengan cara membuat kebijakan anti-bullying yang tegas dan tidak pandang bulu, menyediakan saluran pelaporan bullying, dan mengadakan program konseling untuk korban dan pelaku bullying. Dengan menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman, anak-anak dapat belajar dan berkembang dengan optimal, tanpa rasa takut dan trauma akibat bullying.