Oleh
1.Drs.H.Priyono,M.Si (Dosen Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta)
2. Dr.H. Sigid Sriwanto, M.Si. (Dosen Pendidikan Geografi FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto)
Prosesi haji secara keseluruhan sudah hampir selesai, sambil menunggu kepulangan ke negara masing masing , banyak dimanfaatkan untuk bermuhasabah,menjalankan ibadah harian dengan khusyu’, refresing, berbelanja barang barang religi dan seterusnya untuk dibawa pulang bersama kepulangan mereka atau dikirim lewat jasa pengiriman. Barang barang itupun juga ditunggu oleh jamaah di tanah air masing masing , akan tetapi ada hal penting yang esensial yang bisa dishare ke tanah air yaitu gerakan perubahan kualitas beragama dan berinteraksi sosial dengan masyarakat sekitarnya terutama para jamaah masjid di lingkungan untuk memberikan asupan vitamin kerochanian pada mereka sehingga kedatangan haji betul betul memberi perubahan dan mencerahkan. Kultur di Indonesia , seperti juga saat keberangkatan maka saat kepulanganpun mendapat sambutan dari keluarga, kerabat dan tetangganya. Mereka pada datang ke rumah untuk mendengarkan pengalaman religi Jemaah haji dan minta doanya, tentu tuan rumah mempersiapkan hidangan ala kadarnya sambil menyiapkan kenang kenangan buat tamunya yang bisa berupa sajadah, tasbih, alat sholat, air zam zam dan seterusnya. Prosesi ini sampai memakan waktu tujuh hari, tinggal tergantung ketokohan seorang haji yang baru tiba dari Mekah.
Dibalik predikat haji, yang lebih berarti dan ditunggu tunggu oleh masyarakat maupun sebuah bangsa adalah apakah predikat haji yang melekat pada seseorang akan membawa perubahan bagi diri, masyarakat dan bangsanya atau tidak ada bedanya? Setelah kepulangan dari tanah suci biasanya membentuk kelompok haji bisa antar desa atau antar kloter kemudian melakukan pertemuan rutin plus pengajian agar tetap terjaga silaturahmi dan kemabrurannya. Kegiatannya masih bersifat memiliki peran mikro di kelompoknya dan belum bisa menjangkau ke tingkat yang lebih luas. Diperlukan design ideal pengembangan kegiatan pasca haji. Ingat !ada pesan kepada mereka yang sudah berhaji yang tertulis dalam QS Al Baqarah ayat 200 : “ Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka berzikirlah kepada Allah, sebagaimana kamu menyebut nyebut nenek moyang kamu, bahkan berzikirlah lebih dari itu. Maka diantara manusia ada yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami(kebaikan)di dunia “dan di akherat dia tidak memperoleh bagian apapun “.
Pesan ayat tersebut adalah yang berhaji harus selalu ingat kepada Allah, selalu meningkatkan keimanannya, dan lebih dari itu sampai kepada mencapai kebahagiaan tidak hanya di dunia tapi juga keduanya di akherat dan memiliki peran sentral dalam melakukan perubahan dalam kehidupan. Seorang yang sudah berhaji tentu memiliki keistimewaan baik pemahaman kitab suci dan hadits serta penafsirannya dan perilaku dalam bidang keagamaan maupun pada ranah kepedulian sosial masyarakat. Kenapa ? karena mereka sudah memiliki pengalaman spiritual luar biasa di tanah suci , begitu dekat dengan Tuhannya, dengan menjalankan rukun islam, dari step by step baik di tanah Indonesia maupun tanah suci. Maka pantaslah jika umat Islam pada khususnya dan umat manusia pada umumnya menaruh harapan yang besar bagi kemajuan bangsa. Maka begitu beliau sang haji meninggalkan kota suci Mekah untuk kembali ke negaranya masing masing, maka sebuah harapan dari haji tersebut sangat ditunggu. Jika tidak ada perubahan bagi seorang haji, sebelum dan sesudah melaksanakan ibadah haji, maka perlu dipertanyakan predikat haji yang telah melekat di hatinya.
Apa yang mau dikerjakan oleh Bapak ibu hajah dan haji tersebut sepulang dari tanah suci. Adakah kejutan yang akan dikerjakan dengan melakukan aksi nyata yang menakjubkan, atau biasa saja atau tidak ada perubahan sebelum dan sesudah haji ? Setiap orang yang melaksanakan haji tentu punya harapan agar menjadi haji mabrur dan mabrurah. Imam Nawawi mengatakan bahwa dikatakan haji mabrur jika mereka setelah ibadah haji, kemudian terjadi perubahan yang significan baik dari ucapan, sikap, perilaku dan aksi nyata untuk memperbaiki kondisi sosio, ekonomi dan religi masyarakat di sekitarnya. Jika ia, maka hajinya berhasil atau mabrur atau diterima oleh Allah swt, akan tetapi jika tidak ada perubahan maka hajinya agak sia sia juga. Menurut ulama yang lain Hasan Basri bahwa seorang haji dikatakan mabrur atau diterima ibadahnya oleh Allah swt jika sepulang dari tanah suci , dia menjadi zuhud. Orang yang disebut zuhud adalah bukan berarti hanya fokus ibadah ritual melulu seperti sholat, zikir, puasa dan lainnya , akan tetapi orang tersebut tidak mau diperbudak oleh harta . Aktivitas keduniaan tetap nyata dan terus mengingat pada Allah swt, seperti yang diamanatkan dalam QS Al Qashas : “ Dan carilah pahala negeri akherat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupa bagianmu di dunia “.
Maka kemabruran haji akan ditentukan dari apa yang dikerjakan hari kemudian setelah ibadah haji selesai . mereka yang mabrur adalah yang memiliki keshalehan individu dan sosial. Agamanya baik yang kemudian berdampak pada keshalehan sosial dalam bentuk perhatian atau empati terhadap sesama, memupuk silaturahmi, selalu hadir dalam kesusahan orang lain, membawa perubahan yang lebih terhadap masyarakat di lingkungan, selalu terdepan dalam memberi solusi terhadap setiap problem dan menjadi teladan di masyarakat tentang kebaikan. Sehingga para alumni madrasah haji ini mampu membawa perubahan yang significant terhadap dinamika masyarakat baik di level lokal sampai nasional.
Haji mabrur adalah seorang yang mampu menahan diri dari segala dosa hingga saat ajal tiba serta tidak melakukan perbuatan yang menyianyiakan hajinya. Seorang haji harus bisa menun jukkan kebaikan kepada orang lain dan berbicara secara sopan kepada orang lain. Meskipun predikat mabrur milik Allah, akan tetapi kita melihat ciri cirinya. Seorang sahabat bertanya kepada Rosul, Wahai Rasul, apa itu haji mabrur ? Rosul menjawab : Mereka yang suka beri makan dan tebar kedamaian, bicaranya santun, memiliki kepeduliaan sosial yang tinggi dan menghindari perbuatan maksiat dalam ranah pikiran, perkataan dan perbuatan. Maaka amatlah berat beban yang ditanggung seorang yang telah berpredikat haji, bahkan beban mempertahankan kemabruran haji lebih berat dibanding beban sebelum menyandang haji. Dalam sebuah dialog antara Nabi Musa dengan Allah swt . Wahai Allah, aku telah melaksanakan ibadah yang engkau perintahkan tapi aku ingin tahu ibadah apa yang Allah sukai ? Apakah ibadah sholat? Bukan kata Allah, karena sholat untuk dirimu yang bisa menjauhkan perbuatan yang jahat dan mungkar. Apakah ibadah puasa ya Allah? Bukan, ibadah puasa untuk dirimu yang bisa mengekang hawa nafsu. Apakah zikirku ya Allah? Bukan, zikirmu untuk dirimu yang menjadikan hatimu tenang ketika mengingat aku. Ternyata ibadah yang paling disukai Allah adalah tatkala engkau membahagiakan orang lain yang sedang mengalami kesusahan dengan uluran shadakahmu. Sungguh kebaikan adalah menjalin hubungan baik dengan TuhanNya sekaligus dengan machluk ciptaanNya seperti yang Allah firmankan dalam beberapa surah di Al Qur’an bahwa esok penghuni surgaKu adalah orang yang beriman dan beramal shaleh atau selalu berbuat kebaikan.
Kita akan menunggu aksi berikutnya para tamu Allah yang sudah selama 40 an hari digembleng di tanah suci menghadap Tuhannya sesui panggilanNya : Aku datang memenuhi panggilan-Mu, aku datang memenuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Kita berharap akan membawa perubahan yang berarti , minimal terhadap jamaah masjid tempat berjamaah dalam hal ibadah dan muamallah termasuk aksi nyata di bidang ekonomi yang bisa mengentaskan kemiskinan dan kebodohan. Semoga Allah mengabulkan harapan kita semua.