Tekno

Supermarket AEON di Jepang Gunakan AI untuk Memantau Senyum Karyawan

Supermarket AEON pakai AI
Supermarket AEON di jepang gunakan teknologi AI buat pantau senyum karyawan. (screenshot PasundanEkspres AEON Mall Asahikawa, Hokkaido @Google Maps)

PasundanEkspres - AEON, jaringan supermarket besar di Jepang, telah menerapkan sistem kecerdasan buatan (AI) untuk menilai dan menstandardisasi senyuman para karyawannya.

Dilansir dari South China Morning Post, pada Selasa (30/7/2024), AEON mengumumkan bahwa sejak 1 Juli, mereka telah mengimplementasikan sistem AI penilai senyum yang dinamai 'Mr Smile' di 240 toko di seluruh Jepang. Hal ini menjadikan AEON sebagai perusahaan pertama yang menggunakan teknologi tersebut.

Dikembangkan oleh perusahaan Jepang InstaVR, Mr Smile diklaim dapat secara akurat menilai sikap karyawan dan menilai sikap mereka secara keseluruhan berdasarkan lebih dari 450 faktor, termasuk sapaan, ekspresi wajah, volume, dan nada suara.

AEON menyatakan bahwa penggunaan sistem AI ini bertujuan untuk menstandarisasi senyuman karyawan serta memaksimalkan kepuasan pelanggan.

Mr Smile menggabungkan elemen-elemen seperti permainan untuk mendorong staf meningkatkan skor mereka dan sikap pelayanan mereka secara maksimal.

AEON menyatakan bahwa mereka telah melakukan uji coba perangkat lunak AI ini dengan sukses di delapan gerainya, yang melibatkan sekitar 3.400 karyawan, dan sikap pelayanan dilaporkan meningkat 1,6 kali lipat dalam periode tiga bulan sebelum AEON menerapkan perangkat lunak ini di semua gerainya.

Kebijakan ini sebenarnya memicu kekhawatiran apakah sistem AI ini akan meningkatkan pelecehan di tempat kerja, terutama dari pelanggan, yang menjadi masalah serius di Jepang. Dikenal sebagai kasu-hara, pelecehan oleh pelanggan muncul dalam bentuk penggunaan bahasa yang kasar dan keluhan berulang.

Tahun ini, hampir setengah dari 30.000 staf yang disurvei, yang bekerja di industri jasa dan sektor lainnya, melaporkan kepada serikat pekerja terbesar di Jepang bahwa mereka telah mengalami pelecehan dari pelanggan, UA Zensen.

"Saat pekerja industri jasa dipaksa untuk tersenyum sesuai standar, bagi saya ini terlihat seperti bentuk lain dari pelecehan pelanggan," ujar salah satu responden.

"Senyuman seharusnya merupakan sesuatu yang indah dan tulus, dan tidak diperlakukan seperti produk," ujar yang lain. "Setiap orang berbeda, dan mereka mengekspresikan kasih sayang dengan cara yang berbeda. Menggunakan mesin untuk menstandarkan sikap orang terdengar dingin dan konyol," ujar yang lainnya.

Setelah Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang menerbitkan manual instruksi untuk melawan pelecehan pelanggan pada tahun 2022, semakin banyak perusahaan didesak untuk mempertahankan standar layanan tanpa mengorbankan kesejahteraan staf.

Berita Terkait
Terkini Lainnya

Lihat Semua