PURWAKARTA-Kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Kabupaten Purwakarta mengalami peningkatan. Awalnya hanya terdeteksi di tiga kecamatan, kini penyebaran PMK sudah meluas ke empat kecamatan.
Keempat kecamatan tersebut, yakni Tegalwaru, Bojong, Sukasari, dan yang terbaru di Kecamatan Campaka.
Guna mencegah penyebaran lebih lanjut, Dinas Perikanan dan Peternakan (Diskanak) Kabupaten Purwakarta bergerak cepat dengan menggencarkan program vaksinasi untuk hewan ternak, khususnya sapi.
Pada tahap awal, petugas Diskanak Purwakarta menyuntikkan vaksin PMK untuk 750 ekor sapi milik para peternak di Desa Benteng, Kecamatan Campaka, Senin (20/1).
Vaksinasi dilakukan secara gratis, dan langsung disambut antusias oleh para peternak yang tengah resah akibat merebaknya wabah PMK.
"Kami telah menerima 750 dosis vaksin bantuan dari Provinsi Jawa Barat. Vaksin ini segera disebarkan ke 17 kecamatan dengan sasaran kelompok peternak," kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Winie Karmila kepada wartawan, Selasa (21/1).
Winie mengungkapkan, pihaknya masih terbatas dalam jumlah vaksin. Dari total kebutuhan 10.066 dosis untuk sapi dan 100.080 dosis untuk domba/kambing, hanya 750 dosis vaksin yang tersedia saat ini.
"Kami terus berupaya untuk memperoleh lebih banyak vaksin agar penyuntikan dapat dilakukan lebih masif," ujarnya.
Selain vaksinasi, sambungnya, petugas juga memperketat pengawasan lalu lintas ternak dan terus memberikan penyuluhan kepada para peternak untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap PMK.
"Dengan upaya-upaya tersebut, Dinas Peternakan Purwakarta berharap dapat meminimalisir dampak wabah ini terhadap sektor peternakan di wilayah tersebut," ucap Winie.
Sementara itu, Carman (48), seorang peternak sapi di Desa Benteng, berbagi pengalamannya mengenai pentingnya menjaga kebersihan kandang serta vaksinasi untuk melindungi ternak dari penyakit tersebut.
“Kami selalu menjaga kebersihan kandang dan lingkungan ternak kami, karena itu adalah langkah pertama untuk mencegah penyakit. Kebersihan ini juga menjadi langkah penting menghindari penyebaran penyakit yang sedang merebak, termasuk PMK,” kata Carman.
Dirinya mengungkapkan rasa terima kasih kepada Diskanak yang selalu responsif terhadap keluhan peternak dan memberikan vaksinasi secara gratis untuk ternaknya.
Ia menjelaskan, meskipun vaksinasi ini gratis, tak semua peternak bisa dengan mudah menerima tawaran ini, karena ada rasa khawatir terkait efek samping atau ketidakpahaman terhadap pentingnya vaksinasi.
“Alhamdulillah, kami semua merespons dengan baik program vaksinasi ini. Walaupun sempat ada kekhawatiran, terutama bagi peternak kecil yang hanya memiliki sedikit ternak, namun kami tetap merasa terbantu dengan adanya vaksinasi ini,” ujarnya.
Namun, di balik rasa syukur itu, Carman mengakui bahwa peternak, khususnya yang memiliki ternak dalam jumlah kecil, merasa sangat khawatir akan dampak dari wabah PMK.
Bila sapi sudah terjangkit PMK, kata dia, sulit untuk menyelamatkannya. “Bagi kami peternak kecil, satu atau dua ekor sapi yang terjangkit bisa sangat merugikan. Begitu ada tanda-tanda PMK, kami biasanya langsung memotong sapi tersebut untuk menghindari risiko yang lebih besar,” ucap Carman.
Meski demikian, Carman mengapresiasi upaya Dinas Perikanan dan Peternakan yang selalu memberikan pengobatan kepada ternak yang terinfeksi sebelum vaksinasi datang.
"Sebelum adanya vaksinasi, mereka datang langsung untuk memberikan pengobatan kepada ternak kami, dan itu sangat membantu kami sebagai peternak," ujarnya.
Dengan adanya program vaksinasi gratis dan dukungan dari pemerintah, Carman berharap para peternak lainnya dapat lebih tenang dan terbantu dalam menghadapi wabah PMK.
"Kami berharap ke depan, upaya pencegahan seperti ini terus dilakukan untuk melindungi ternak kami dan mengurangi dampak wabah yang sangat merugikan," ucapnya.(add)