SUBANG-Di balik sejuknya udara perbukitan Ciater dan deru geliat pariwisata Subang, terselip kisah inspiratif seorang perempuan tangguh yang dengan tekun dan setia mengabdikan diri di dunia organisasi dan usaha wisata.
Dialah Hj. Ratna Setiawan, sosok Kartini masa kini yang mengemban amanah sebagai Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Subang sejak tahun 2005.
Ia adalah bukti nyata bahwa semangat Kartini tak pernah padam, hanya berubah bentuk dalam warna yang lebih modern dan berani.
Lahir di Garut pada tanggal 17 Maret 1959, Hj. Ratna tumbuh di tanah yang banyak akan legenda dan budaya. Garut, yang dikenal dengan julukan "Kota Intan", "Kota Dodol", dan "Kota Domba", adalah tempat di mana nilai-nilai keteguhan, kesederhanaan, dan ketekunan yang melekat erat pada masyarakatnya.
"Kota kelahiranku itu unik. Di sana, kami terbiasa bekerja keras, bergaul dengan alam, dan menghargai proses. Mungkin dari sanalah semangatku terbentuk," katanya sambil tersenyum hangat.
Pendidikan menjadi langkah awal perjuangannya. Ia menimba ilmu di Akademi Bahasa Asing Yapari Bandung, sebuah pilihan yang kala itu jarang diambil oleh perempuan di zamannya. Namun bagi Hj. Ratna, belajar bahasa asing bukan hanya soal kemampuan komunikasi, tetapi juga membuka jendela dunia yang lebih luas.
“Pendidikan itu modal. Bukan hanya untuk karier, tapi untuk memahami dunia,” tuturnya.
Lalu tahun 1996 menjadi momen penting. Ia memberanikan diri membangun sebuah vila kecil di kawasan Ciater, yang kemudian dikenal sebagai Villa Sari Alam.
Dari situ, langkahnya di dunia pariwisata mulai mengakar. Keberanian membangun usaha pariwisata kala itu, di tengah medan yang belum seramai sekarang, menjadi bukti bahwa Hj. Ratna bukan sekadar bermimpi — ia bekerja untuk mewujudkannya.
Kepercayaan demi kepercayaan datang. Hj. Ratna ditunjuk oleh para pelaku industri wisata untuk memimpin PHRI Subang. Tugas itu tidak mudah. Menyatukan suara berbagai hotel dan restoran, menjaga agar sektor pariwisata Subang tidak hanya eksis tetapi juga tumbuh, adalah tantangan yang terus bergulir.
“Menjaga konsistensi usaha pariwisata itu tantangannya besar. Apalagi setelah pandemi, banyak yang goyah. Tapi kita harus terus berdiri,” ungkapnya.
Di bawah kepemimpinannya, PHRI Subang terus beradaptasi. Ia membuka ruang kolaborasi dengan UMKM, khususnya perempuan, agar produk-produk lokal bisa masuk ke hotel-hotel dan restoran anggota PHRI. Tak tanggung-tanggung, sekitar 70% UMKM yang dibina adalah milik perempuan.
“Kita sudah MoU. Produk UMKM, dari makanan hingga kerajinan, bisa dipasarkan di hotel-hotel. Saya percaya perempuan itu kuat, daya tahannya luar biasa dalam menghadapi tekanan,” ucapnya mantap.
Hj. Ratna bukan hanya pemimpin di PHRI. Ia pernah memimpin Dharma Wanita Kabupaten Subang , sebuah organisasi perempuan istri ASN yang berperan dalam pemberdayaan sosial. Ia juga aktif sebagai Ketua Perwosi Subang , organisasi wanita penggemar olahraga.
“Saya suka olahraga. Dari olahraga, saya belajar kedisiplinan dan daya juang,” kata dia. “Olahraga juga jadi cara saya untuk menjaga semangat tetap menyala," ujarnya.
Jika RA Kartini dulu menulis surat-surat tentang mimpi perempuan untuk bisa sekolah, maka Hj. Ratna menjalani dan memperjuangkan mimpi itu dalam bentuk nyata. Baginya, perempuan masa kini sudah tidak memiliki alasan lagi untuk tidak mencapai pendidikan setinggi mungkin, selama punya niat dan kemampuan.
“Sekarang sudah setara. Laki-laki dan perempuan sama-sama bisa kuliah, sama-sama bisa jadi pemimpin. Asal mampu dan mau berusaha,” ujarnya.
Nilai-nilai Kartini yang ia pegang sangat sederhana namun bermakna: konsistensi, terus belajar, amanah, dan tidak mudah putus asa .
"Yang penting kita jujur, amanah. Jangan takut mencoba, jangan mudah menyerah. Terus belajar. Dunia terus berubah, kita juga harus tumbuh," ungkapnya penuh keyakinan.
Bagi Hj. Ratna, generasi muda adalah harapan bangsa. Dalam peringatan Hari Kartini kali ini, ia menitipkan pesan khusus bagi para remaja dan pemuda Indonesia.
“Jangan pernah berhenti belajar. Ambil semua peluang yang ada. Yakinlah, jangan takut gagal. Justru dari kegagalan kita tumbuh,” pesannya.
Ia berharap para pemuda Subang, terutama perempuan, bisa bangga menjadi diri sendiri, punya semangat juang, dan terus berkontribusi untuk masyarakat.
“Jadilah kebanggaan keluarga, jadi kekuatan bangsa. Jangan tunggu sempurna, yang penting mulai dulu,” katanya.
Dalam diri Hj. Ratna, Kartini hidup. Bukan lewat baju kebaya, tapi dalam semangat pengabdian, keberanian berwirausaha, dan tangan-tangan yang selalu terbuka untuk membantu sesama. Ia adalah Kartini dari lereng Ciater, yang dengan senyap namun pasti, mengubah wajah pariwisata Subang menjadi lebih berwarna.
Dengan segala pencapaiannya, Hj. Ratna tak pernah menyombongkan diri. Ia tetap tampil sederhana, penuh senyum, dan siap menyambut siapa pun yang ingin belajar atau berbagi.
“Ini bukan soal saya. Ini soal bersama. Kita semua bisa jadi Kartini. Asal punya hati, punya niat, dan terus berjalan,” ucapnya sambil memberi salam hangat.
Salam dari PHRI Subang, dan salam hormat untuk seluruh perempuan Indonesia. Kartini telah membuka jalan. Sekarang, kita yang melanjutkan langkahnya.(hdi/ysp)