Kisah Dayat Penjual Ketupat Lebaran Asal Pamanukan Subang, Sudah 20 Tahun Berjualan

Kisah Dayat Penjual Ketupat Lebaran Asal Pamanukan Subang, Sudah 20 Tahun Berjualan

Dayat seorang penjual ketupat lebaran di pusat pertokoan Jalan Pamanukan saat menjajakan dagangannya sambil terus melipat daun janur kuning membentuk ketupat, Senin (8/4). (Dadan Ramdan/Pasundan Ekspres)

 

Dia bercerita sambil tetap tangan terampilnya melipat lipat daun janur kelapa itu, membentuk ketupat, bahwa ia berjualan ketupat dari sejak anaknya masih kecil, dan  sekarang sudah punya cucu. Dan satu anaknya lagi masih sekolah kelas 5 SD, yang ikut menemaninya jualan ketupat ini.

 

"Sekitar 20an tahun mungkin lebih toh anak saya yang pertama sudah punya anak. Jadi saya sudah punya cucu," kata dia.

 

Kemudian dia melanjutkan ceritanya itu. 

"Dulu saya awal jualan ketupat lebaran dari harga Rp 2000/iket (10 biji), naik jadi Rp 5000, naik lagi terus sesuai harga pasar saat itu,” katanya. 

 

Kini  harga jualannya mencapai Rp 15.000/iket bahkan kalau lagi mujur hingga Rp 30.000/iket pun diambil oleh si pembeli. Biasanya orang berduit, bermobil dan gak mau ribet dan lama, yang ada saja, yang penting cocok dan pas menurut si pembeli ketupat itu.

 

"Alhamdulillah anak sekolah sampai rumah tangga berkah dari jualan ketupat lebaran ini," kata dia.

 

Soal bahan daun janur kuning pohon kelapa itu, sambungnya,  bahan dikirim dari Banten, sambil kirim kelapa muda, menjelang lebaran sambil bawa daun janur kuning.

 

"Beli bahannya disesuaikan saja, dengan prediksi omset jualan kita, kalau sekiranya kurang bisa cari pesan lagi," tuturnya.

 

Kerajinan pembuatan ketupat Lebaran itu, dalam  sehari dari pagi sampai sore sekitar 700 biji ketupat, dan bisa mencapai 1000 biji ketupat atau 100 iket.

 


Berita Terkini