SUBANG-Setelah menjadi Kandidat Sekolah Rujukan Google (KSRG), SMPN 1 Ciasem ingin memaksimalkan benefitnya untuk pengembangan sekolah.
SMPN 1 Ciasem sendiri adalah sekolah yang meraih Kandidat Sekolah Rujukan Google (KSRG) yang pertama di wilayah Jawa Barat, Jakarta, dan Banten.
Kepala Sekolah SMPN 1 Ciasem Dedi Sugianto menjelaskan Kandidat Sekolah Rujukan Google (KSRG) merupakan pengakuan prestisius yang diberikan oleh Google Indonesia bagi sekolah yang telah berkomitmen memanfaatkan teknologi Google secara inovatif dalam proses pembelajaran di sekolah.
"KSRG menjadi rujukan bagi sekolah lain dalam penerapan teknologi google serta mempunyai komitmen untuk berbagi praktik baik dan mendukung sekolah lain," ucapnya.
Untuk menjadi KSRG, SMPN 1 Ciasem telah menjalani tahap yang cukup panjang, diawali dengan mengikuti sosialisasi dari Dinas Pendidikan Kabupaten Subang tentang KSRG.
Selanjutnya, sekolah mengikuti asesmen awal untuk memetakan guru yang bisa mengikuti program pelatihan GCE (Google Certified Educator). "30 persen dari total jumlah guru mengikuti Pelatihan Google Certified Educator. Setelah pelatihan selama kurang lebih 2 bulan, guru kemuduan mengikuti test atau ujian GCE L1," ucap Dedi.
Kemudian, sekolah mulai melakukan penerapan dan pemanfaatan GWE (Google Workspace for Education) di sekolah. Selanjutnya sekolah mulai melengkapi persyaratan sarana yakni harus tersedianya 60 chromebook untuk 2 kelas rujukan. "Kami juga membuat portofolio atau praktik baik atau bukti karya pemanfaatan GWE. Dilanjutkan dengan pengisian form pengajuan KSRG, lalu melakukan interview online dengan tim penguji KSRG," ucapnya.
Setelah itu, SMPN 1 Ciasem baru dinyatakan menjadi KSRG (Inagurasi) dan melakukan pengimbasan.
Dedi menambahkan, ada banyak keuntungan menjadi KSRG, yang paling dirasakan adalah tata kelola sekolah yang lebih teratur dan lebih efisien, melalui satu site dimulai dari pengimplementasian absensi digital siswa dan guru, pembelajaran digital, TU berbasis digital, e-library, e-garden, termasuk ekskul yang diintegrasikan dengan digital.
Di samping itu, para guru juga mendapatkan pelatihan khusus terkait pemanfaatan platform Google dalam pembelajaran dan administrasi.
Reputasi sekolah pun menjadi meningkat di tingkat nasional bahkan internasional, sehingga sekolah memiliki akses ke kolaborasi global dengan sekolah-sekolah lain yang juga menggunakan Google, serta tentu mendapatkan bimbingan khusus dari tim Google sendiri.
Setelah menjadi KSRG, Dedi memiliki beberapa rencana kedepan untuk memanfaatkan hal tersebut, diantaranya Mengembangkan g.site sekolah secara lebih luas dan terperinci, serta mengadakan pelatihan rutin bagi guru untuk terus meningkatkan pemahaman mereka dalam menggunakan teknologi Google.
Ia juga ingin mengembangkan kolaborasi dengan sekolah-sekolah lain yang juga menjadi bagian dari program KSRG atau sekolah yang ingin mengadopsi teknologi digital.
Kemudian dirinya juga ingin sekolahnya dapat menyediakan perangkat dan akses internet yang lebih baik agar seluruh siswa
bisa terlibat penuh dalam ekosistem digital.
Dengan adanya kerja sama yang baik juga dengan google, Dedi juga mengadakan sertifikasi google bagi siswa secara gratis, serta memiliki Learning Management System (LMS) tersendiri.(fsh/sep)