Tausiyah: Puasa Jalan Keharmonisan Keluarga

Tausiyah: Puasa Jalan Keharmonisan Keluarga

Ramadan adalah madrasah terbaik untuk belajar di kelas kasih sayang, kelas ketenangan, kelas ampunan, dan kelas lainnya untuk mengantarkan pada lulusan terbaik, taqwa.

Sifat ini sejalan dengan Rahmah, kasih sayang Allah yang dilimpahkan kepada hamba-hamba-Nya di bulan Ramadan. 

Dari perspektif spiritual, Mawaddah dan Rahmah ini juga berkaitan dengan Istiqamah dalam berbuat baik. Jika seseorang ingin mempertahankan kasih sayang dalam keluarga, ia harus konsisten dalam kebaikan, sebagaimana Allah memerintahkan:

"Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar sebagaimana diperintahkan kepadamu." (QS. Hud: 112)

Puasa melatih kita untuk tetap dalam kebaikan, bukan hanya di bulan Ramadan tetapi juga setelahnya, sehingga Mawaddah dan Rahmah dapat terus terjaga dalam rumah tangga.

Ketiga, adalah Rahmah. Rahmah adalah kelembutan dan kepedulian yang membuat kehidupan lebih damai. Dalam keluarga, Rahmah berarti saling memahami, saling membantu, dan saling menolong dalam kebaikan.

Puasa melatih Rahmah dengan cara mengajarkan kita merasakan penderitaan orang lain. Rasulullah SAW bersabda:

"Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi yang lebih muda dan tidak menghormati yang lebih tua." (HR. Tirmidzi)

Dalam skala yang lebih besar, Rahmah ini mengarah pada Itqun minannar, yaitu pembebasan dari api neraka, karena Allah menjanjikan keselamatan bagi mereka yang benar-benar berpuasa dengan ikhlas.

Dari sisi spiritual, Rahmah juga menjadi pintu menuju Ma’rifah, yaitu mengenal Allah dengan lebih dalam. Dengan berpuasa, seseorang lebih dekat kepada Allah, lebih banyak berdzikir, dan lebih sadar akan kebesaran-Nya. Inilah yang dimaksud dalam Al-Qur’an:

"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa... agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183)

Takwa adalah puncak Ma’rifah, karena seseorang yang telah mengenal Allah dengan baik akan selalu berusaha mendekatkan diri kepada-Nya.

Jika disusun dalam pola berpikir yang runtut, puasa menghubungkan tiga aspek kehidupan keluarga dengan tiga tingkatan keberkahan Ramadan serta tiga konsep spiritual yang lebih tinggi. 

Dengan kata lain, puasa bukan hanya ibadah fisik, tetapi juga proses penyucian jiwa, pemeliharaan kasih sayang, serta perjalanan menuju kedekatan dengan Allah. Ramadan bukan hanya waktu untuk menahan lapar, tetapi juga waktu untuk membangun kehidupan yang lebih tenang, penuh cinta, dan penuh berkah.

Memang, sepertinya sulit untuk melirik setiap aspek di atas apalagi mempraktikkannya, tetapi bagi orang yang beriman, ia akan selalu belajar di setiap kelas dalam madrasah Ramadan. Karena, hidup adalah pelajaran-pelajaran terbaik bagi mereka yang la'alakum ta'qilun.(*)

 

Redaksi: Kami menerima tulisan tausyiah selama bulan Ramadan. Tulisan dapat dikirim melalui WhatsApp (0812 8091 1993)

 


Berita Terkini