Masyarakat Subang pasti tak asing dengan Masjid Al-Falah yang terletak di Jl. KH. Agus Salim Blok Kaum, Cigadung, Kecamatan Subang. Namun, tahukah Anda bahwa masjid ini diduga kuat sebagai masjid pertama di Kota Subang?
Menurut Anggi A. Junaedi, Dosen Pendidikan Sejarah Institut Pangeran Dharma Kusuma Indramayu, Masjid Al-Falah kemungkinan besar merupakan masjid pertama di Kota Subang. Meski demikian, Anggi menegaskan bahwa data sejarah yang lengkap masih perlu dikaji lebih mendalam.
"Kalau disebut sebagai masjid pertama di Subang sebetulnya kurang tepat juga, karena datanya belum lengkap. Boleh jadi lebih tua Masjid Agung Sagalaherang. Tapi kalau masjid pertama di Kota Subang, kemungkinan besar iya," jelas Anggi kepada Pasundan Ekspres, beberapa waktu lalu.
Anggi menduga, pembangunan Masjid Al-Falah berkaitan erat dengan pembangunan infrastruktur Kota Subang pada kurun 1900-1940. "Tidak lepas dari pembangunan besar-besaran infrastruktur Kota Subang saat itu, seperti bioskop, jalan, taman kota Jesse Park, dan kantor besar P&T (Pamanoekan End Tjiasem Landen)," ujarnya.
Selain itu, Anggi juga tidak menutup kemungkinan bahwa masjid ini dibangun bersamaan dengan pemindahan ibu kota Kabupaten Subang dari Tenggeragoeng ke Subang pada tahun 1850-an. Namun, data pasti mengenai hal ini masih belum ditemukan dan memerlukan penelitian lebih lanjut.
Pembangunan Masjid Al-Falah, menurut Anggi, tidak terlepas dari kebutuhan masyarakat muslim Kota Subang saat itu. "Masyarakat muslim Kota Subang, terutama buruh perkebunan yang mayoritas beragama Islam, membutuhkan sarana ibadah. Termasuk juga para pejabat pribumi yang tinggal di Kota Subang," paparnya.
Meski demikian, identitas pembangun masjid ini masih menjadi misteri. Anggi memastikan bahwa masjid ini bukan dibangun oleh Hofland, seorang tokoh penting di masa lalu. "Hofland sudah meninggal pada tahun 1872. Sejak 1910, wilayah ini diambil alih oleh perusahaan asal Inggris, Anglo Dutch Plantation. Kemungkinan besar, masjid ini dibangun oleh tuan tanah yang dikoordinasikan dengan demang Subang," jelasnya.
Anggi juga menyebutkan nama Wilfred Hick Daukes sebagai CEO perusahaan tersebut, meski ia menekankan perlunya pengecekan ulang dokumen untuk memastikan kebenarannya.
Sebagai bagian dari townplan Kota Subang yang dirancang oleh orang Eropa dengan pola radial konsentris, Masjid Al-Falah menjadi bagian integral dari perencanaan kota. "Masjid ini tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga simbol keberagaman dan perkembangan Kota Subang," tambah Anggi.
Dengan sejarahnya yang kaya, Masjid Al-Falah tidak hanya menjadi saksi bisu perkembangan Islam di Subang, tetapi juga bukti nyata dari dinamika sosial dan budaya masyarakat Subang pada masa lalu.(fsh/ysp)