Belum Merata, Petani Ingin Kemudahan Dapatkan Solar Subsidi

INGIN KEMUDAHAN: Petani asal Kecamatan Legonkulon, Ahmad Fauzan saat meninjau area pesawahan. Dia berharap mendapat kemudahan mendapatkan solar subdisi. Cindy Desita Putri/Pasundan Ekspres
SUBANG-Meskipun program solar bersubsidi telah dijalankan oleh pemerintah untuk mendukung sektor pertanian, para petani di Kabupaten Subang masih menghadapi sejumlah kendala di lapangan.
Ahmad Fauzan, petani asal Kecamatan Legonkulon menilai, distribusi dan pengawasan solar bersubsidi belum sepenuhnya efektif dan merata.
Menurut Fauzan, untuk memperoleh solar bersubsidi, petani diwajibkan memiliki surat rekomendasi dari dinas atau UPTD pertanian setempat.
Surat ini menentukan jumlah solar yang boleh dibeli, berdasarkan perhitungan luas lahan dan jenis alat mesin pertanian yang digunakan.
BACA JUGA: Kasus DBD di Subang Mulai Menurun pada Juli 2025
“Dapatnya solar subsidi itu tidak terlalu susah, tapi juga tidak gampang. Harus pakai surat dari UPTD, dan ada jatah tertentu. Tapi sering kali jumlahnya tidak mencukupi, apalagi saat masa tanam,” ungkapnya saat diwawancara Pasundan Ekspres.
Ia menyebut, kebutuhan solar cenderung meningkat pada musim tanam karena harus mengoperasikan mesin pengolah tanah dan pompa air, terlebih kondisi irigasi di wilayahnya belum sepenuhnya memadai. Biasanya, dia menghabiskan 100 liter untuk satu musim.
“Di masa panen kami biasanya sewa mesin rontog atau komben, jadi gak banyak pakai solar. Tapi saat tanam, kami perlu solar lebih banyak untuk sedot air karena sawah kami kekurangan irigasi,” tambahnya.
Fauzan menyadari bahwa pemerintah dan kelompok tani telah memberikan informasi mengenai pendaftaran program solar subsidi.
BACA JUGA: SUBANG DOELOE: Beni Rudiono Sebut Subang Ibarat Gadis Cantik
Namun, ia menilai pendampingan dari penyuluh pertanian masih minim, sehingga petani kurang memahami detail program dan kebijakan yang berlaku.
“Program sudah disosialisasikan, tapi penyuluh jarang turun ke lapangan. Kami jadi kurang informasi soal program-program pertanian lainnya,” terangnya.
Ia juga menekankan pentingnya pengawasan ketat terhadap distribusi solar bersubsidi. Kelangkaan solar subsidi bisa berdampak besar bagi petani karena harus membeli solar nonsubsidi yang jauh lebih mahal, sehingga meningkatkan biaya produksi pertanian.
“Kalau solar subsidi langka, kami terpaksa beli solar biasa. Harganya lebih mahal dan bikin biaya garap sawah membengkak. Harapan kami, ada pengawasan lebih ketat supaya solar subsidi benar-benar dipakai oleh yang berhak,” kata Ahmad.
Fauzan berharap program-program dari pemerintah pusat maupun daerah benar-benar dapat tepat sasaran agar para petani bisa merasakan manfaatnya secara langsung.
“Petani ingin produksi lancar, panen baik, dan tidak terbebani biaya tinggi. Kami harap perhatian pemerintah bisa lebih nyata di lapangan,” pungkasnya. (cdp)