SUBANG-Calon Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyampaikan pesan mendalam pada acara Ruwat Jagat Mapag Padjadjaran Anyar. Acara yang digelar pada Sabtu (30/11) malam di Lembur Pakuan, Subang itu menjadi ajang refleksi budaya dan spiritualitas masyarakat Jawa Barat.
“Pada malam ini kita membuat cerita baru, namanya Ruwat Jagat Mapag Padjadjaran Anyar. Ruwat itu artinya merawat, menjaga, dan memelihara,” ujar Dedi.
Ia menjelaskan, makna simbolis dari empat kuda kosong yang ditampilkan dalam acara tersebut. Empat kuda itu memiliki warna berbeda—hitam, putih, kuning, dan merah—yang melambangkan elemen kehidupan: tanah, air, udara, dan api.
“Keempat itu diatur oleh hukum alam, hukum sebab akibat yang pasti, yang merupakan ketetapan Allah SWT,” jelasnya.
Dedi menegaskan pentingnya keyakinan kepada Allah SWT sebagai dasar hidup manusia, terutama bagi mereka yang telah mendeklarasikan diri sebagai makhluk beriman. Ia juga mengingatkan bahwa setiap usaha dan keberhasilan, termasuk dalam politik, sepenuhnya adalah takdir Allah SWT.
“Saat mencalonkan diri sebagai kepala daerah, saya berserah diri kepada Allah yang menentukan kemenangan. Namun, sebagai warga negara, saya tetap taat pada undang-undang pemilihan kepala daerah,” ungkapnya.
Dedi menekankan, pembangunan fisik, seperti jalan, gedung, dan fasilitas umum, penting tetapi bukan segalanya. Baginya, membangun karakter manusia Sunda jauh lebih esensial.
“Yang lebih penting dari semuanya adalah membangun karakter manusia Sunda agar sadar dirinya: dari mana asalnya, di mana ia berada, dan ke mana ia akan pergi. Ini jauh lebih penting dari apapun,” tegasnya.
Sebagai contoh, Dedi menceritakan pendekatannya terhadap anak muda yang menggunakan motor dengan knalpot bising. Ia tak hanya menegur, tetapi juga membantu mereka mengganti knalpot sesuai aturan dengan memberikan dana.
“Saya cegat, suruh ganti, dan saya kasih Rp400 ribu. Kenapa? Karena knalpot itu sudah melanggar aturan,” tuturnya.(hdi/ysp)