Pojokan 264: Mural Tikus

Pojokan 264: Mural Tikus

Kang Marbawi.

Bukan bendera One Piece yang digambar. Tapi tikus menggendong gembolan bertuliskan Rp, yang dimural di tengah jalan gang sempit. Sapuan gerombolan kuas di jalan gang selebar satu (1) meter itu, digunakan sekelompok anak muda Gang Makam, Kelurahan Harapan Baru Bekasi Utara sejak jam 23.00. Baru jam 03.30, kuas itu beristirahat, seperti juga sekelompok pemuda yang bergantian memeganginya. Mural itu dibuat, dalam rangka menyemaraki hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke 80.

Lumrah, menyambut hari Kemerdekaan Republik Indonesia (RI), rakyat selalu gotong royong untuk memeriahinya. Tanpa kecuali, siapapun ikut andil bersama, tua muda, anak-anak hingga orang dewasa. Pun tanpa bantuan pemerintah atau pinjaman luar negeri.

Semarak hari Kemerdekaan RI selalu menjadi hajat bersama seluruh rakyat seantero negeri. Dengan urunan warga, pengibaran bendera, tumpengan, balap karung, lomba krupuk, balap klereng, pukul kendi, panjat pinang, pukul bantal dan seabrek kreativitas keriaan lainnya. Hari Kemerdekaan menjadi pesta rakyat.

Tak hanya itu, suasana kampung pun dihias dengan aneka lampu, umbul-umbul dan karya kreatif mural atau patung dari kerangka bambu. Itu semua, tak didanai APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) atau APBD (Daerah). Tidak juga anggaran desa/kelurahan

BACA JUGA: Pojokan 263: Juara Doa

Grafiti tikus berdasi menggendong gembolan dipilih untuk menegaskan kreatifitas dan protes anak-anak muda terhadap praktek korupsi yang marak terjadi. Tak hanya mural tikus pencuri uang rakyat, anak-anak muda itu, memural tulisan plesetan petuah “Di mana tanah di pijak, di situ ada pajak”.

Ekspresi kreatifitas yang membawa pesan kekecewaan, harapan yang tak pernah sampai dan kerinduan akan keadilan sosial dan transparansi. Anak-anak muda ini adalah pelajar, mahasiswa dan sebagian yang masih mencari kerja. Bertahun-tahun mencari kerja, tak kunjung di dapat.

Mural itu hanya Sebagian dari ekspresi kegelisahan sosial --- bahwa MERDEKA dan KEMERDEKAAN belum sepenuhnya dirasakan dalam kehidupan sehari-hari rakyat. Walau sudah 80 tahun Merdeka, tapi belum Merdeka dari praktik korupsi dan kerapuhan etika serta moral para penyelenggara negara.

Kemerdekaan yang masih harus terus mereka perjuangkan untuk hidup sejahtera. Atau paling tidak hidup layak di tengah penguasaan sumber daya oleh segelintir orang. Kemerdekaan dari himpitan hutang, yang (bisa jadi) dirasakan langsung dampaknya oleh anak-anak muda itu. Ikut membayar via pajak.

BACA JUGA: TKA Sebagai Sarana Menumbuhkan Tanggung Jawab Belajar

Mural menjadi ekspresi protes dan pencarian identitas, sekaligus pembentukan nilai dan jati diri. Di gang ini mereka hidup tak Merdeka, tak bisa lepas dari himpitan ekonomi yang tak kunjung enyah. Tak tersentuh kesempatan untuk mengubah diri dengan bertarung, memerjuangkan hidup yang layak dan PANTAS. Pantas sebagai warga negara yang memiliki sila ke lima (5) Pancasila, merasakan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Mural itu adalah perlawanan atas hegemoni dari dominasi wacana penguasa. Bukan dengan konfrontasi langsung. Mural sebagai narasi alternatif. Mural itu, bagian ekspresi suara yang tak mungkin mereka suarakan di gedung Dewan Perwakilan Rakyat yang terhormat atau dihadapan pejabat. Hal yang mustahil, seperti mustahilnya buah semangka berdaun sirih.

Coretan gambar menjadi ekspresi protes yang aman. Seni gambar di dinding menjadi ruang plausible deniability --- pengingkaran yang masuk akal. Walau tak se-viral bendera One Piece, mural itu mewakili keresahan sunyi-senyap banyak orang yang tak terucap. Hanya bergema di obrolan warung kopi dan pos ronda serta emperan musola.

Grafiti tikus itu menegaskan capaian tertinggi Indeks Persepsi Korupsi atau Corruption Perception Index (CPI) Indonesia tahun 2024. Dirilis 11 Februari 2025, TII (Transparency International Indonesia) menyebut, skor CPI Indonesia meningkat sebesar 3 (tiga) poin dari tahun 2023, yakni dari 34 menjadi 37. Menjadikan Indonesia peringkat ke-5 di bawah Singapura, Malaysia, Timor Leste dan Vietnam, sebagai negara dengan tingkat korupsi yang buruk.

Dan mural itu penanda protes sunyi dari tembok, pagar, tiang beton serta gang-gang di setiap sudut negeri. Semoga negeri ini MERDEKA dari korupsi dan dari hutang. Dan semoga aku, kamu serta kita semua tak tergoda untuk Korupsi. Walau faktanya, kita sendiri tak bisa lepas dari hutang. MERDEKA!!!! (Kang Marbawi, 100825)

 

 

 


Berita Terkini