Internasional

Update Gencatan Senjata Israel dan Hamas: Serangan Udara masih Terjadi di Gaza, 86 Orang Tewas

Update Gencatan Senjata Israel dan Hamas: Serangan Udara masih Terjadi di Gaza, 86 Orang Tewas
Update Gencatan Senjata Israel dan Hamas: Serangan Udara masih Terjadi di Gaza, 86 Orang Tewas (Image From: CNN)

PASUNDAN EKSPRES - Kesepakatan gencatan senjata Israel dan Hamas menghadapi konflik panas. Proses untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas masih dihadapkan dengan berbagai tantangan, meskipun Amerika Serikat mengumumkan bahwa perjanjian tersebut akan mulai berlaku pada Minggu, 19 Januari 2025.

Namun, serangan udara intensif terus terjadi di Gaza, dengan otoritas Palestina melaporkan setidaknya 86 orang tewas hanya dalam satu hari setelah pengumuman gencatan senjata.

Kesepakatan Gencatan Senjata Israel dan Hamas Hadapi Konflik Panas

Situasi ini menunjukkan betapa kontrasnya antara harapan akan perdamaian dan kenyataan brutal dari konflik yang terus berlangsung.

Dilansir dari Reuters, Israel menunda pertemuan kabinet yang dijadwalkan pada Kamis untuk menyetujui perjanjian tersebut, dengan alasan adanya tuntutan baru dari Hamas.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa kabinetnya tidak akan melakukan sidang sampai mediator mengonfirmasi bahwa Hamas telah menerima semua elemen dalam kesepakatan tersebut.

Juru bicara Gedung Putih, John Kirby, menyebut bahwa meskipun ada kendala, Washington masih percaya bahwa kesepakatan akan tetap berjalan sesuai jadwal. “Kami tidak melihat indikasi bahwa kesepakatan ini akan gagal pada titik ini,” katanya dalam wawancara di CNN.

Kesepakatan ini melibatkan pertukaran puluhan sandera Israel yang ditahan Hamas dengan ratusan tahanan Palestina di penjara Israel, serta penghentian konflik yang telah berlangsung selama 15 bulan.

Keluarga dari 33 sandera Israel yang dijadwalkan dibebaskan dalam fase pertama kesepakatan mendesak Netanyahu untuk segera mengambil keputusan. 

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken menyebut ada "simpul longgar" dalam negosiasi yang masih perlu diselesaikan.

Menurut seorang pejabat anonim AS, isu tersebut berkaitan dengan identitas beberapa tahanan yang ingin dibebaskan oleh Hamas. Mediator dari Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat terus bekerja keras untuk menyelesaikan masalah ini.

Di Gaza, pengumuman gencatan senjata awalnya disambut dengan sukacita, tetapi kegembiraan ini segera berubah menjadi kesedihan dan kemarahan akibat serangan udara yang meningkat.

Salah satu kisah tragis datang dari Tamer Abu Shaaban, yang kehilangan keponakannya yang masih kecil akibat pecahan rudal saat bermain di halaman sekolah tempat mereka berlindung.

“Apakah ini yang disebut gencatan senjata? Apa yang telah dilakukan anak kecil ini hingga pantas mendapatkan ini?” tanyanya dengan suara bergetar di depan jenazah keponakannya.

Di sisi lain, kesepakatan ini juga menuai kontroversi di Israel. Kelompok garis keras dalam pemerintahan Netanyahu mengkritik perjanjian tersebut, menganggap bahwa tujuan untuk menghancurkan Hamas belum tercapai.

Beberapa warga Israel turun ke jalan di Yerusalem, membawa peti mati simbolis sebagai bentuk protes terhadap gencatan senjata. Beberapa dari mereka bahkan memblokir jalan sebelum dibubarkan oleh pasukan keamanan.

Kesepakatan yang dimediasi oleh Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat ini mencakup:

Gencatan Senjata Awal Selama Enam Minggu: Termasuk penghentian serangan udara dan penarikan bertahap pasukan Israel dari Gaza.

Pembebasan Sandera dan Tahanan: Puluhan sandera Israel, termasuk wanita, anak-anak, lansia, dan orang sakit akan dibebaskan. Sebagai gantinya, ratusan tahanan Palestina akan dilepaskan dari penjara Israel.

Bantuan Kemanusiaan: Kesepakatan ini juga membuka jalan bagi masuknya bantuan kemanusiaan dalam jumlah besar ke Gaza, yang penduduknya mayoritas telah mengungsi akibat konflik.

Jika berhasil, gencatan senjata ini akan menghentikan pertempuran yang telah menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza yang padat penduduk.

Menurut otoritas Palestina, konflik ini telah menewaskan lebih dari 46.000 warga Gaza dan membuat sebagian besar dari 2,3 juta penduduknya kehilangan tempat tinggal.

(ipa)

Berita Terkait
Terkini Lainnya

Lihat Semua