Mantan CEO Google Khawatirkan Penyalahgunaan AI oleh Kelompok Teroris

Mantan CEO Google Khawatirkan Penyalahgunaan AI oleh Kelompok Teroris

Mantan CEO Google Khawatirkan Penyalahgunaan AI oleh Kelompok Teroris (Image From: Pexels/Sanket Mishra)

PASUNDAN EKSPRES - Mantan CEO Google khawatirkan penyalahgunaan AI. Eric Schmidt, mantan CEO Google, mengungkapkan kekhawatirannya terkait potensi penyalahgunaan kecerdasan buatan (artificial intelligence atau AI) oleh kelompok teroris dan negara-negara yang dianggap berbahaya.

Dalam wawancaranya dengan BBC, Schmidt menyoroti ancaman ekstrem dari teknologi AI yang dapat digunakan untuk menciptakan senjata biologis dan membahayakan masyarakat sipil.

Mantan CEO Google Khawatirkan Penyalahgunaan AI 

Dalam pernyataannya, Schmidt menyebutkan bahwa negara-negara seperti Korea Utara, Iran, dan Rusia berpotensi memanfaatkan teknologi AI untuk tujuan yang merugikan.

BACA JUGA: Ekonomi AS Menyusut untuk Pertama Kalinya dalam Tiga Tahun, Dampak Kebijakan Tarif Trump Mulai Terasa

Oleh karena itu, ia menyerukan adanya pengawasan pemerintah terhadap perusahaan teknologi yang mengembangkan model AI, namun tetap memperingatkan bahwa regulasi yang berlebihan dapat menghambat inovasi.

Ancaman AI dan Risiko Senjata Biologis

Schmidt mengungkapkan bahwa kemajuan AI yang sangat pesat dapat dimanfaatkan oleh pihak yang memiliki niat jahat. Menurutnya, negara-negara tertentu dapat menggunakan teknologi ini untuk mengembangkan senjata biologis yang berbahaya. 

Schmidt menekankan bahwa sistem AI di tangan yang salah dapat digunakan untuk menciptakan serangan biologis yang merusak.

BACA JUGA: China Peringatkan Negara-Negara agar Tidak Berpihak pada AS dalam Perang Dagang yang semakin Memanas

Oleh karena itu, ia mengingatkan bahwa pengawasan pemerintah terhadap pengembangan AI sangatlah penting guna mencegah penyalahgunaan teknologi ini.

Meskipun Schmidt mendukung pengawasan pemerintah terhadap pengembangan AI, ia juga memperingatkan bahwa regulasi yang terlalu ketat dapat menghambat pertumbuhan industri teknologi.

Menurutnya, sebagian besar perkembangan AI dilakukan oleh perusahaan swasta, sehingga pemerintah harus memahami apa yang sedang dikerjakan oleh sektor tersebut tanpa membatasi inovasi.

“Kenyataannya, AI dan masa depan sebagian besar akan dibangun oleh perusahaan swasta,” ujar Schmidt.

"Sangat penting bagi pemerintah untuk memahami apa yang sedang kami lakukan dan tetap mengawasi."

Mantan CEO Google ini menyoroti pentingnya keseimbangan antara regulasi dan kebebasan inovasi. Seperti halnya regulasi AI yang ketat di Eropa.

Menurut Schmidt, pengaturan yang terlalu ketat dapat membuat suatu negara tertinggal dalam revolusi AI, karena revolusi AI merupakan perkembangan paling penting. Jika negara-negara membatasi pengembangan AI, mereka dapat kehilangan kesempatan besar. 

Hasil dari pertemuan AI Action Summit di Paris menunjukkan adanya perbedaan pandangan antara Amerika Serikat dan Inggris mengenai regulasi AI.


Berita Terkini