PASUNDAN EKSPRES - Ethiopia menandatangani perjanjian awal pada Senin (1 Januari 2024) untuk mendapatkan akses maritim dengan Somaliland, yang memisahkan diri dari Somalia.
Perjanjian tersebut mengizinkan Ethiopia untuk menggunakan pelabuhan Berbera di Laut Merah.Ethiopia, negara yang terkurung daratan, sangat membutuhkan akses ke laut.
Ethiopia saat ini menggunakan pelabuhan tetangganya Djibouti untuk impor dan ekspor.
Perjanjian penting ini ditandatangani oleh Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed dan Presiden Somaliland Muse Bihi Abdi di ibu kota Ethiopia, Addis Ababa.
“Hal ini kini telah disepakati dengan saudara-saudara kita di Somaliland dan MoU (Memorandum of Understanding) telah ditandatangani hari ini,” kata Abiy, dikutip dari Reuters.
Redwan Hussien, penasihat keamanan nasional Ethiopia, mengatakan MoU tersebut membuka jalan bagi Ethiopia untuk melakukan operasi maritim komersial di wilayah tersebut dengan memberikan akses ke pangkalan militer sewaan di Laut Merah.
Penasihat tersebut juga mengatakan bahwa perjanjian tersebut akan membuat Somaliland mengakuisisi saham di maskapai penerbangan nasional Ethiopia.
Seperti dilansir BBC, Presiden Abdi mengatakan perjanjian tersebut juga mencakup ketentuan bagi Ethiopia untuk suatu hari mengakui Somaliland sebagai negara merdeka.
Somaliland terpisah dari Somalia lebih dari 30 tahun yang lalu, namun tidak diakui sebagai negara merdeka baik oleh Uni Afrika maupun PBB.
Somalia, yang masih menganggap Somaliland sebagai bagian dari wilayahnya, belum menerima perjanjian tersebut.
Namun, media pemerintah SNTV melaporkan bahwa rapat Kabinet darurat akan diadakan pada hari Selasa untuk membahas masalah ini lebih lanjut.
Pekan lalu, media pemerintah Somalia lainnya, SONNA, melaporkan bahwa Somalia dan Somaliland telah sepakat untuk melanjutkan perundingan untuk menyelesaikan perselisihanmereka. Mediasi ini didukung oleh Djibouti.
Ethiopia awalnya memiliki akses terhadap laut tersebut, namun kehilangan akses tersebut setelah penarikan diri Eritrea pada awal tahun 1990an.
Dengan populasi lebih dari 100 juta orang, Ethiopia adalah negara terkurung daratan dengan jumlah penduduk terbesar di dunia.
Pada bulan Oktober, Abiy mengatakan akses ke laut adalah masalah kelangsungan hidup negaranya.
Namun pernyataan tersebut memicu ketegangan di tengah kekhawatiran bahwa Ethiopia akan mencoba merebut wilayah dari negara lain, meski Ethiopia menyatakan tidak akan merebut wilayah dari negara tetangga.
Etiopia telah berupaya mendapatkan akses ke pelabuhan sebelumnya.Pada tahun 2018, Ethiopia dan Somaliland menandatangani perjanjian di mana Addis Ababa akan memiliki 19 persen saham di Pelabuhan Berbera dan perusahaan logistik UEA DP World akan memiliki 51 persen saham.
Namun hal ini tidak terwujud pada tahun 2022 karena Ethiopia tidak dapat memenuhi persyaratan yang diperlukan untuk akuisisi saham tepat waktu.
(nym)