Internasional

Pengerahan Kapal Perang NATO di Asia, Tanda Ketegangan Baru dengan Tiongkok?

Pengerahan Kapal Perang NATO di Asia, Tanda Ketegangan Baru dengan Tiongkok?
Pengerahan Kapal Perang NATO di Asia, Tanda Ketegangan Baru dengan Tiongkok?

PASUNDAN EKSPRES - NATO tampaknya semakin serius dalam memperkuat kehadirannya di kawasan Pasifik Barat. Kawasan strategis ini menghubungkan Asia, Australia, dan Amerika, serta menjadi medan penting dalam persaingan geopolitik global. Upaya NATO ini muncul di tengah kekhawatiran yang meningkat terhadap potensi ketegangan dengan Tiongkok, yang semakin aktif memperluas pengaruhnya di wilayah tersebut.

 

Dalam beberapa bulan terakhir, NATO dilaporkan mengirimkan lebih banyak kapal perang ke Pasifik Barat. Langkah ini termasuk pengerahan kapal induk Italia, Cavour, yang merupakan salah satu kekuatan angkatan laut utama di kawasan Eropa. Kapal induk ini baru-baru ini melakukan latihan bersama dengan USS Abraham Lincoln, kapal induk milik Angkatan Laut Amerika Serikat, di dekat Pulau Guam. Latihan ini melibatkan jet tempur siluman F-35 dan AV-8B Harrier yang diluncurkan dari Cavour, dengan skenario penembakan target di udara.

 

Laksamana Muda Giancarlo Ciappina, komandan kelompok penyerang kapal induk Cavour, dalam pernyataannya yang dikutip oleh Japan Times, menekankan pentingnya demonstrasi kemampuan NATO untuk memproyeksikan kekuatan di mana saja. "Ini adalah demonstrasi, terutama, dari kemampuan kita untuk memproyeksikan kekuatan di mana saja," ungkapnya.

 

Meskipun banyak analis tidak memperkirakan bahwa angkatan laut Eropa akan memainkan peran utama dalam konflik di Pasifik, namun kehadiran mereka yang semakin intensif diyakini akan menambah kompleksitas dalam perhitungan militer Tiongkok. Kehadiran NATO ini juga menunjukkan bahwa aliansi tersebut tidak menganggap remeh potensi ancaman dari Tiongkok di kawasan Asia.

 

Di Asia, Tiongkok memang telah lama menjadi perhatian, terutama dengan tindakannya yang kerap mengirimkan pembom ke dekat Taiwan, yang menjadi titik panas dalam konflik kedaulatan antara Beijing dan Taipei. Tiongkok mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, sedangkan pemerintah Taiwan menganggap dirinya sebagai negara merdeka. Ketegangan ini semakin diperburuk oleh konfrontasi Tiongkok dengan Filipina di Laut Cina Selatan (LCS), yang melibatkan klaim wilayah laut yang luas oleh Tiongkok berdasarkan konsep "sembilan garis putus-putus". Klaim ini bahkan mencakup wilayah laut yang berjarak hingga 2000 km dari daratan Tiongkok.

 

Tak hanya Italia, Inggris juga dijadwalkan akan memperkuat kehadirannya di Pasifik. Kapal induk HMS Prince of Wales dan kelompok penyerangnya dijadwalkan tiba di kawasan ini tahun depan. Negara anggota NATO lainnya, seperti Prancis, juga telah merencanakan pengiriman kelompok penyerang kapal induk Charles de Gaulle ke Pasifik. Jerman dan Belanda juga tidak ketinggalan, dengan rencana serupa untuk mengirimkan kapal perang mereka ke wilayah ini.

 

NATO telah mulai menunjukkan kewaspadaannya terhadap potensi konfrontasi dengan Tiongkok sejak beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2022, NATO untuk pertama kalinya memasukkan Tiongkok dalam dokumen strategi panduannya, yang menyebut negara tersebut sebagai tantangan bagi "kepentingan, keamanan, dan nilai-nilai" organisasi tersebut. Tiongkok, di sisi lain, menuding NATO sebagai pihak yang menciptakan ketidakstabilan. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Lin Jian, pada bulan Juli lalu menyatakan bahwa NATO seharusnya "tidak menciptakan kekacauan di Asia-Pasifik setelah menciptakan kekacauan di Eropa".

 

Sementara itu, ketegangan di Laut Cina Selatan kembali memanas setelah laporan insiden tabrakan antara kapal-kapal Tiongkok dan Filipina akhir pekan lalu. Insiden ini terjadi di dekat beting yang diklaim oleh kedua negara. Media pemerintah Tiongkok, CCTV, melaporkan bahwa kapal Filipina sengaja bertabrakan dengan kapal Tiongkok setelah mendapat peringatan dari pihak Tiongkok.

 

Belum ada tanggapan resmi dari pemerintah Filipina mengenai insiden ini. Namun, Filipina secara konsisten menentang gangguan Tiongkok di wilayahnya dan telah memperkuat aliansinya dengan Amerika Serikat melalui latihan militer bersama untuk menjaga kedaulatan perairannya.

Berita Terkait
Terkini Lainnya

Lihat Semua