PASUNDAN EKSPRES - Demonstrasi pro dan kontra Presiden Yoon Suk Yeol digelar hari ini. Ribuan demonstran yang mendukung dan menentang Presiden Korea Selatan, yaitu Yoon Suk Yeol, menggelar aksi unjuk rasa yang berlangsung di lokasi terpisah di beberapa ratus meter pusat kota Seoul pada Sabtu (21/12).
Walaupun saat ini kekuasaan Presiden Yoon tengah ditangguhkan, namun ia masih secara resmi menjabat sebagai presiden. Yoon juga diketahui belum memenuhi berbagai panggilan dari pihak berwenang yang tengah menyelidi mengenai apakah deklarasi darurat militer pada 3 Desember kemarin.
Demonstrasi Pro dan Kontra Presiden Yoon Suk Yeol Digelar Hari ini
Selain itu, Yoon juga tidak menanggapi upaya komunikasi dari Mahkamah Konstitusi, yang akan memutuskan apakah ia perlu diberhentikan secara resmi atau kekusaannya dipulihkan.
Demonstrasi pro dan kontra terhadap Yoon berlangsung di kawasan Gwanghwamun, pusat ibu kota Korea Selatan. Hingga pukul 16.00 waktu setempat, tidak ada laporan bentrokan antara kedua kelompok.
Sekitar puluhan ribu demonstran anti-Yoon, yang mayoritas terdiri dari warga berusia 20-an dan 30-an, berkumpul mulai pukul 15.00. Mereka membawa spanduk dan poster bertuliskan slogan seperti “Tangkap! Penjarakan! Kepala pemberontak Yoon Suk Yeol,” sambil diiringi lagu-lagu K-pop yang penuh semangat.
“Saya ingin bertanya kepada Yoon bagaimana dia bisa melakukan hal seperti ini terhadap demokrasi di abad ke-21. Jika dia benar-benar memiliki hati nurani, dia seharusnya mundur dari jabatannya,” kata Cho Sung-hyo, seorang demonstran berusia 27 tahun, dikutip Reuters, Sabtu (21/12).
Di sisi lain, beberapa ribu demonstran yang pro-Yoon, sebagian besar berasal dari kalangan konservatif dan berusia lebih tua. Mereka mulai berkumpul sejak tengah hari. Mereka menyatakan dukungan terhadap pemulihan kekuasaan Yoon dan menolak upaya pemberhentiannya.
“Pemilu parlemen yang curang ini merusak negara kita, dan di inti masalah ini ada kekuatan sosialis-komunis. Kami sepuluh orang datang bersama untuk menyampaikan hal yang sama – kami sepenuhnya menolak pemakzulan,” ujar Lee Young-su, seorang pengusaha berusia 62 tahun.
Presiden Yoon sebelumnya melakukan darurat militer karena adanya dugaan peretasan pada pemilu serta keberadaan kelompok pro-Korea Utara yang dianggap "anti-negara".
Namun, pengakuannya ditolak oleh Komisi Pemilihan Nasional Korea Selatan yang menyatakan bahwa tidak ada bukti untuk mendukung tuduhan tersebut. Tindakan yang dilakukan Yoon lantas mendapatkan kritik tajam dan memicu protes besar dari berbagai kalangan.
(ipa)