PASUNDAN EKSPRES - Pada bulan Ramadan, umat Muslim di seluruh dunia menjalankan ibadah puasa dari terbit fajar hingga matahari terbenam.
Namun, durasi puasa sangat bervariasi tergantung pada lokasi geografis dan fenomena alam di masing-masing negara.
Negara-negara di belahan bumi utara cenderung memiliki durasi puasa yang lebih panjang, sementara negara di belahan bumi selatan memiliki durasi puasa yang lebih pendek.
Fenomena alam, seperti "matahari tengah malam" atau "malam kutub," juga memengaruhi lamanya waktu berpuasa di beberapa wilayah tertentu.
Durasi Puasa di Berbagai Belahan Dunia
Di negara-negara yang terletak di sekitar garis khatulistiwa, seperti Indonesia, Malaysia, dan Arab Saudi, durasi puasa relatif stabil, berkisar antara 12 hingga 14 jam.
Hal ini disebabkan oleh posisi matahari yang tidak terlalu jauh dari garis khatulistiwa sepanjang tahun.
Namun, di negara-negara di belahan bumi utara yang mengalami musim panas dan musim dingin yang ekstrem, durasi puasa bisa menjadi jauh lebih panjang.
Sebaliknya, di belahan bumi selatan, seperti Brasil dan Afrika Selatan, durasi puasa lebih pendek karena waktu siang lebih singkat dibandingkan malam hari.
Beberapa contoh durasi puasa di berbagai negara pada Ramadan:
- Islandia & Norwegia: 19-20 jam
- Swedia & Finlandia: 17-19 jam
- Inggris & Jerman: 16-17 jam
- Turki & Mesir: 15-16 jam
- Arab Saudi & India: 13-15 jam
- Indonesia & Malaysia: 12-14 jam
- Zimbabwe & Brasil: 11-13 jam
Fenomena Puasa Ekstrem di Murmansk
Murmansk, Rusia, adalah salah satu wilayah dengan kondisi waktu yang ekstrem karena letaknya dekat dengan Kutub Utara. Di kota ini, terdapat fenomena malam kutub (polar night) saat musim dingin, di mana matahari tidak terbit sama sekali selama satu bulan penuh.
Sebaliknya, saat musim panas, matahari hampir tidak tenggelam, menyebabkan siang hari berlangsung sangat lama.
Fenomena ini berdampak pada waktu ibadah, termasuk puasa. Pada bulan Desember, umat Muslim di Murmansk pernah menjalankan puasa hanya sekitar satu jam.
Hal ini karena selisih antara waktu Zuhur dan Asar sangat singkat, bahkan Magrib tiba hanya dalam hitungan menit setelah Asar.
Seorang pemandu wisata asal Indonesia, Lalu Satria Malaca, pernah berbagi pengalamannya menjalankan puasa singkat di Murmansk melalui media sosial.
Dalam unggahannya, ia menunjukkan bagaimana waktu Subuh, Magrib, dan Isya berlangsung dalam waktu yang berdekatan.
Namun, pada Ramadan tahun ini, umat Muslim di Murmansk mengikuti durasi puasa standar sekitar 12-13 jam, mengikuti waktu puasa di negara dengan keseimbangan siang dan malam yang lebih stabil.
Mengapa Durasi Puasa Berbeda-beda?
Durasi puasa dihitung dari terbitnya fajar (Subuh) hingga tenggelamnya matahari (Magrib). Pergantian waktu ini dipengaruhi oleh rotasi dan revolusi bumi yang menyebabkan panjang siang dan malam berbeda di setiap wilayah.
Di sekitar garis khatulistiwa (Indonesia, Malaysia, Arab Saudi): Durasi siang dan malam relatif sama sepanjang tahun.
Di negara yang jauh dari khatulistiwa (Eropa Utara, Rusia, Kanada): Selama musim panas, siang lebih panjang, sehingga durasi puasa lebih lama. Sebaliknya, saat musim dingin, malam lebih panjang, membuat durasi puasa lebih pendek.
Di daerah ekstrem (Kutub Utara & Kutub Selatan): Matahari bisa tidak terbenam atau tidak terbit sama sekali selama berbulan-bulan, sehingga waktu puasa harus disesuaikan.
Durasi puasa di bulan Ramadan sangat bervariasi di berbagai belahan dunia, tergantung pada letak geografis dan fenomena alam.
Namun, dengan fleksibilitas yang diberikan dalam Islam, umat Muslim di daerah-daerah ekstrem dapat menyesuaikan waktu puasa mereka agar tetap dapat menjalankan ibadah dengan optimal.
Terlepas dari panjangnya waktu berpuasa, esensi dari Ramadan tetaplah sama: meningkatkan ketakwaan, disiplin, dan kepedulian terhadap sesama.
(ipa)