Nasional

Masih Ingat! Tragedi Brebes Exit (Brexit) 2016, Kemacetan Terparah dalam Sejarah Mudik Lebaran di Indonesia.

Masih Ingat! Tragedi Brebes Exit (Brexit) 2016, Kemacetan Terparah dalam Sejarah Mudik Lebaran di Indonesia. (Sumber Foto Merdeka.com)
Masih Ingat! Tragedi Brebes Exit (Brexit) 2016, Kemacetan Terparah dalam Sejarah Mudik Lebaran di Indonesia. (Sumber Foto Merdeka.com)

PASUNDAN EKSPRES- Mudik telah menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi Idul Fitri di Indonesia.

Setiap tahun, jutaan orang membanjiri jalanan untuk berkumpul dengan keluarga dan kerabat di kampung halaman.

Namun, di balik kehangatan reuni ini, terkadang terjadi tragedi yang mengharukan, seperti yang terjadi pada tahun 2016 yang dikenal sebagai Tragedi Brexit.

Brexit, singkatan dari Brebes Exit, merujuk pada kejadian tragis yang terjadi di kilometer 57,5 jalan tol Pejagan-Pemalang, Jawa Tengah.

Pada tahun 2016, beberapa hari sebelum Idul Fitri, jutaan pemudik mulai meninggalkan Jabodetabek untuk merayakan lebaran di kampung halaman mereka.

Namun, harapan untuk mudik dengan lancar pupus ketika kemacetan mencekam terjadi di Brexit. Pada tanggal 3 hingga 5 Juli 2016, jutaan orang dan ribuan kendaraan terjebak dalam kemacetan yang mencekam di pintu keluar tol Brexit.

Para pemudik mengalami kondisi yang mencekam di tengah ribuan kendaraan tanpa ada pergerakan selama belasan jam. Sejumlah pemudik, termasuk Arika Triwibowo dari Depok, bahkan terjebak selama 12 jam di tengah kemacetan yang parah.

Kemacetan tidak hanya terjadi di pintu tol Brexit, tetapi juga merembet ke jalur Pantura Brebes.

Kendaraan yang baru keluar dari tol masih harus menghadapi kemacetan di ruas Pantura, memperpanjang waktu tempuh yang seharusnya hanya beberapa jam menjadi 35 jam.

Tragedi ini dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk mencari keuntungan dengan menjual makanan, minuman, dan BBM eceran dengan harga yang sangat tinggi.

Ironisnya, tragedi tersebut merenggut tujuh nyawa dan puluhan lainnya harus dirawat di rumah sakit.

Kemacetan ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk kurangnya persiapan dan antisipasi dari pemerintah dan instansi terkait dalam menghadapi lonjakan pemudik yang tidak terduga.

Selain itu, jumlah pintu keluar yang terbatas di Brexit tidak mampu menampung jumlah kendaraan yang besar.

Tragedi Brexit 2016 menjadi pelajaran yang berharga bagi pemerintah dan instansi terkait.

Evaluasi menyeluruh diperlukan untuk mencegah terulangnya tragedi serupa di masa depan. Semoga para korban yang meninggal dalam tragedi tersebut diterima dengan baik di sisi-Nya.

Tradisi mudik Lebaran adalah momen yang penuh makna bagi masyarakat Indonesia. Namun, keamanan dan kelancaran perjalanan harus menjadi prioritas utama.

Mari bersama-sama menjaga tradisi ini dengan memastikan persiapan yang matang dan koordinasi yang baik dari semua pihak terkait.

Semoga tragedi serupa tidak terulang, dan mudik Lebaran tetap menjadi momen yang membahagiakan bagi semua.

Berita Terkait