PASUNDAN EKSPRES - Investor dari Korea Selatan kini merasa cemas setelah pemerintah Indonesia mengesahkan revisi undang-undang yang mengizinkan anggota militer aktif untuk menduduki posisi strategis dalam pemerintahan.
Langkah ini menimbulkan spekulasi tentang kemungkinan kembalinya dominasi militer dalam kebijakan negara, yang dikhawatirkan akan berpengaruh buruk terhadap iklim investasi, terutama bagi perusahaan asing, termasuk yang berasal dari Korea Selatan.
Dampak Revisi UU TNI terhadap Iklim Investasi
Pada 20 Maret 2025, parlemen Indonesia secara resmi mengesahkan revisi undang-undang di mana anggota militer aktif dapat menempati posisi di berbagai lembaga pemerintahan, termasuk Mahkamah Agung, Kejaksaan Agung, dan Badan Penanggulangan Terorisme.
Perubahan ini menuai reaksi keras dari berbagai pihak, termasuk kelompok masyarakat yang menganggapnya sebagai potensi kembalinya sistem pemerintahan otoriter seperti era Orde Baru di bawah kepemimpinan Suharto.
Dilansir dari Instagram @panncafe, kondisi tersebut menimbulkan ketidakpastian bagi investor asing, khususnya perusahaan-perusahaan Korea Selatan yang telah menanamkan investasi triliunan won di Indonesia.
Seorang sumber industri menuturkan bahwa perusahaan-perusahaan Korea, seperti EcoPro, yang masih dalam proses investasi, perlu lebih waspada terhadap potensi risiko kebijakan di masa depan.
"Ada kekhawatiran bahwa perusahaan Korea yang telah berinvestasi besar akan menghadapi risiko besar jika Indonesia benar-benar bergerak menuju rezim yang lebih militeristik. Ini bisa memengaruhi keputusan bisnis mereka dalam jangka panjang," ujar seorang sumber industri yang tidak ingin disebutkan namanya.
Investasi Perusahaan Korea Selatan di Indonesia
Indonesia menjadi salah satu negara yang menarik bagi investor Korea Selatan, terutama di sektor otomotif dan baterai kendaraan listrik.
Dengan cadangan nikel yang melimpah, Indonesia menjadi destinasi utama bagi perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang kendaraan listrik dan baterai, termasuk Hyundai Motors, LG Energy Solution, dan EcoPro Group.
Hyundai Motors dan LG Energy Solution
- Hyundai Motors telah membangun pabrik produksi mobil dengan kapasitas 150.000 unit per tahun sejak 2022.
- Perusahaan ini berencana meningkatkan kapasitas produksinya menjadi 250.000 unit per tahun, dengan total investasi sekitar 15,5 miliar dolar AS (sekitar 2,27 triliun won).
- Hyundai juga bermitra dengan LG Energy Solution dalam investasi senilai 1,5 triliun won untuk membangun pabrik baterai berkapasitas 10GWh per tahun, yang dapat memenuhi kebutuhan 150.000 unit kendaraan listrik.
EcoPro Group
- EcoPro Group, yang dipimpin oleh mantan chairman Lee Dong Chae, juga aktif melakukan ekspansi di Indonesia.
- Anak perusahaannya, EcoPro Materials, telah mengakuisisi saham smelter nikel di Indonesia sebagai bagian dari strategi memperkuat rantai pasokan industri baterai.
(ipa)