SUBANG-Pesisir Desa Mayangan di Kabupaten Subang memerlukan sedikitnya 300.000 bibit mangrove. Bibit mangrove sebanyak itu untuk ditanam di area seluas 30 hektare.
"Hitungannya, dalam satu hektare itu perlu ditanami 10.000 bibit mangrove," ungkap aktivis lingkungan binaan Yayasan Wanadri, Dadan (26) kepada Pasundan Ekspres, 21 Juni 2024 lalu.
Dia mengatakan, perlu kepedulian berbagai pihak untuk memenuhi kebutuhan penanaman mangrove di Desa Mayangan. Sebagai pemuda desa setempat, Dadan mengapresiasi kontribusi pihak mana saja yang membantu penanaman mangrove di wilayahnya. Menurut Dadan, satu bibit mangrove pun sangat berarti bagi kelestarian lingkungan.
Dadan mengatakan, penanaman pohon mangrove sangat bermanfaat bagi Desa Mayangan yang berada di pesisir utara Subang. Jika penanaman tidak segera dilakukan, daratan Desa Mayangan akan semakin berkurang.
Selain itu, dengan tidak adanya pohon mangrove, kata Dadan, akan menggerus usaha tambak ikan yang dikelola oleh masyarakat setempat. Masyarakat Desa Mayangan sudah merasakan kehilangan tambak akibat abrasi, diharapkan tidak semakin banyak tambak ikan yang hilang.
"Area 30 hektare yang perlu ditanami mangrove itu, sebenarnya dulu area tambak ikan. Jadi, jangan sampai tambak ikan yang hari ini masih tersisa malah semakin tergerus, akibat tidak adanya penahan air laut," jelasnya.
"Mangrove ini juga bisa menahan tekstur tanah dari tambak. Jadi ketika tambak itu dikeliling oleh mangrove, jadi tambak itu akan terjaga," tambahnya.
Sementara itu, berdasarkan data Landsat tahun 2016, luas mangrove di Subang sebesar 344,5 hektare kondisinya dalam keadaan rusak atau jarang baik yang terbesar di Kecamatan Ciasem ataupun di Kecamatan Legonkulon.
Di Desa Mayangan yang berada di Kecamatan Legonkulon, telah terjadi pengurangan luasan mangrove secara signifikan sejak tahun 1999 hingga tahun 2016. Bersamaan dengan berkurangnya luasan mangrove, garis pantai bergeser ke darat hingga 1,5 km sejak tahun 2002 hingga tahun 2014.
Kondisi ini akan berdampak pada peningkatan risiko bencana pesisir berupa banjir rob dan abrasi serta penurunan kualitas air laut dan lingkungan hidup di wilayah pesisir.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Subang, Hari Rubiyanto mengatakan, untuk menjaga ekosistem di pesisir utara Subang, khususnya di Desa Mayangan perlu kolaborasi berbagai pihak.
Hari mengatakan, Pemda akan berupaya untuk menjadi fasilitator untuk melakukan penanaman pohon mangrove di pesisir utara Subang. Misalnya, ke depan akan dibuat Focus Group Discussion (FGD) mengenai pentingnya penanaman pohon mangrove.
“Dalam FGD tersebut kita akan mengundang perusahaan-perusahaan maupun stakeholder lain untuk membangun persepsi bersama bahwa menjaga lingkungan di pesisir utara Subang sangat penting,” ungkap Hari, Kamis (27/6).
Hari mengatakan, dari FGD tersebut diharapkan muncul kesadaran dari peserta yang hadir untuk melakukan aksi nyata penanaman pohon mangrove. Menurutnya, angka 300.000 bibit mangrove yang perlu ditanam di Desa Mayangan itu cukup banyak, sehingga perlu diperlukan kolaborasi.
Berdasarkan informasi yang didapat tim Pasundan Ekspres di lapangan, sejauh ini sejumlah perusahaan baik BUMN maupun swasta sudah turut andil dalam aksi penanaman mangrove.
Pertamina, Bio Farma, Dahana dan berbagai perusahaan lainnya. Termasuk belum lama ini dari perusahaan swasta, JNE yang ikut andil melakukan penanaman pohon mangrove.
Salah satu perusahaan yang bergerak di bidang ekspedisi barang terbesar di Indonesia, JNE ikut andil dalam melakukan penanaman bibit mangrove. JNE menanam 500 bibit mangrove di Desa Mayangan pada 23 Mei 2024 lalu.
Sepengetahuan Dadan, baru kali ini ada perusahaan ekspedisi barang yang mengeluarkan CSR berupa penanaman mangrove. Dadan, mengapresiasi kepedulian JNE pada kelestarian lingkungan di pesisir utara Subang.
Dadan menyampaikan pesan kepada JNE agar langkah baik tersebut bisa kembali dilanjutkan di kemudian hari. Menurut Dadan, tak banyak perusahaan yang menyalurkan CSR berupa penanaman mangrove.
Aksi JNE ini berkolaborasi dengan salah satu perusahaan rintisan Indonesia di bidang Teknologi Akuakultur, Venambak, yang turut melibatkan Yayasan Wanadri.
JNE meyakini, kegiatan penanaman pohon mangrove ini dapat menjaga ekosistem laut dan pelestarian lingkungan.
Strategic Business Partnerships Division Head JNE Luthfi Safitri Zein menyampaikan, JNE memiliki komitmen untuk terus bermanfaat bagi masyarakat luas yang sejalan dengan tagline JNE yaitu Connecting Happiness, sebagai perusahaan logistik dan pelayanan kiriman yang telah hadir selama 33 tahun.
Dia mengatakan, JNE akan terus berkomitmen secara nyata terhadap kemajuan ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan untuk Indonesia. Upaya ini diwujudkan dalam berbagai langkah bisnis berkelanjutan yang dapat menjadi manfaat bagi semua pihak.
Luthfi menyampaikan, kerja sama yang dilakukan bersama dengan Venambak dan Yayasan Wanadri merupakan langkah nyata untuk dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan dan peningkatan kualitas Petambak Indonesia.
JNE, selain melakukan penanaman mangrove di Subang, juga menyediakan alat aerator VENJET dari Venambak untuk para Petambak.
Kepala Cabang JNE Purwakarta Iwan Ridwan menyampaikan, kegiatan penanaman 500 mangrove merupakan upaya dalam membentuk rasa cinta kepada alam dan pelestarian ekosistem laut.
Dia berharap, ke depannya budidaya mangrove mampu menjadi penopang ekonomi bagi masyarakat pesisir dengan mampu mengolah dan memporduksi produk olahan mangrove.
"Terlebih lagi di bawah Yayasan Wanadri yang bekerjasama dengan kelompok binaan, dapat memberdayakan seluruh masyarakat dalam pengembangan tambak ini mampu menciptakan peluang bernilai ekonomis untuk kelompok dan masyarakat Desa Mayangan,” bebernya.(ysp)