News

Raja Aibon Kogila: TMMD Membentuk Karakter Manusia Unggul dan Cinta Tanah Air

Raja Aibon Kogila
MEMBANGUN KARAKTER: Dandim 0619/Purwakarta Letkol Inf Ardiansyah atau yang akrab disapa Raja Aibon Kogila menyebutkan bahwa TMMD tak sekadar membangun infrastruktur melainkan membangun karakter manusia unggul. ADAM SUMARTO/PASUNDAN EKSPRES

Membangun manusia artinya membangun bangsa, maka, peradaban pun dimulai. Membentuk karakter manusia unggul akan melahirkan bangsa yang unggul, maka, peradaban unggul pun tercipta.

Sore selepas Asar, Ohanudin (32) masih tampak sibuk mengaduk semen dan pasir di depan sebuah rumah yang tiga perempat jadi. Warga Kampung Inpres, Desa Gurudug, Kecamatan Pondoksalam, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat itu, terlihat tekun meski sesekali keringat menetes dari wajahnya. Ohanudin tak sendiri, ada beberapa warga dan personel Kodim 0619/Purwakarta yang membantunya.

"Sekarang lagi proses pemasangan lantai keramik. Harus rata dan padat tanahnya, kalau ada ruang kosong nanti keramiknya mudah pecah. Sebelum dipasang, keramiknya harus direndam air terlebih dahulu," kata Ohanudin saat diminta berhenti sejenak untuk menjelaskan sudah sejauh mana progres rehab rumah tidak layak huni (rutilahu) yang tengah dibangunnya itu.

Rehab rutilahu masuk ke dalam program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-120 Kodim 0619/Purwakarta yang saat ini tengah berlangsung di Desa Gurudug, Kecamatan Pondoksalam, Kabupaten Purwakarta hingga awal Juni 2024. Adapun rumah yang sedang dibangun itu adalah milik Ohanudin. 

Dirinya, bersama sang istri Intan Mariani (40) serta kedua anaknya Fitriana (19) dan Naira Aulia Nabil (5) telah sejak lama tinggal di rumah itu. "Rumah ini merupakan peninggalan dari orang tua saya. Sejak lahir saya sudah menempati rumah ini hingga menikah dan memiliki anak," kata Ohanudin yang kesehariannya bekerja serabutan bergantung pada panggilan warga yang membutuhkan tenaganya.

Sejak lahir pula Ohanudin hapal benar jika rumahnya itu belum pernah sekalipun mendapat perbaikan. Bahkan, kondisi terakhir, rumahnya itu hampir ambruk termakan usia. Gentengnya sudah banyak yang lepas, penyangganya agak miring, kalau hujan sudah pasti bocor. Belum lagi lantainya yang hanya disemen alakadarnya. Sisi positifnya, status rumah itu adalah hak milik, bukan sewa.

Bukan tak ingin memperbaiki rumahnya yang reyot itu, Ohanudin yang kerjanya serabutan, baru dapat penghasilan jika ada warga yang membutuhkan tenaganya untuk memanen sawah atau menjadi kuli bangunan. Upah yang didapatnya itu dipaksa cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, termasuk keperluan sekolah dan jajan anaknya. 

Akan tetapi untuk memperbaiki rumah masih sebatas impian. "Kalau sedang nguli bangunan saya sesekali merenung, teringat kondisi rumah. Pikir saya, rumah orang saya perbaiki eh rumah sendiri malah nyaris ambruk," ujar Ohanudin getir.

Hingga akhirnya desanya itu tersentuh program TMMD yang salah satu sasaran tambahannya adalah rutilahu. Ada beberapa kandidat rumah yang bakal direhab. Lalu, rumah milik Ohanudin terpilih karena memenuhi syarat status tanahnya merupakan hak milik. 

"Alhamdulillah, yang biasanya saya nguli untuk bangun rumah orang, sekarang saya nguli untuk membangun rumah saya sendiri. Terima kasih Kodim 0619/Purwakarta, juga kepada pak kades dan semua warga yang ikut membantu, sehingga impian saya memiliki rumah layak huni akhirnya terwujud," ucapnya penuh rasa syukur. 

TMMD Bermanfaat Bagi Masyarakat

Ditemui di lokasi yang sama di lain waktu, Dandim 0619/Purwakarta Letkol Inf Ardiansyah atau yang lebih dikenal dengan nama Raja Aibon Kogila menjelaskan besarnya manfaat program TMMD bagi masyarakat. Sebutnya, TMMD tak sekadar membangun infrastruktur melainkan juga membangun karakter manusia unggul. 

"TMMD tak hanya sekadar menyasar sasaran fisik semacam pembangunan jalan, pembuatan drainase, gorong-gorong dan lainnya, tapi juga fokus kepada sasaran nonfisik yang dapat membentuk masyarakat berkarakter yang akan menjadi modal utama untuk pembangunan berkelanjutan," kata Raja Aibon Kogila.

Sasaran nonfisik, sambungnya, adalah gambaran nyata kemanunggulan TNI dengan rakyat. Bagaimana sosok TNI berbaur bahkan menyatu dengan warga. Kehadiran TNI di tengah-tengah warga Desa Gurudug langsung dirasakan manfaatnya, tak hanya oleh kalangan dewasa atau orang tua tapi juga kaum muda bahkan hingga anak-anak sekalipun.

"Kami bersama-sama warga bahu membahu membangun infrastruktur jalan sepanjang 694 meter. Juga pembuatan drainase sepanjang 776 meter dan gorong-gorong. Bersamaan dengan itu, juga dilakukan rehab musala dan rumah tidak layak huni, pembuatan bak penampungan air bersih, ketahanan pangan jenis padi di lahan seluas satu hektare hingga penanaman pohon," ujar Raja Aibon Kogila. 

Kegiatan itu, sambungnya, dilakukan setiap hari sejak dimulainya program TMMD, dari pagi hingga pukul 16.00 sore. Lepas itu, jangan anggap kebersamaan TNI dengan warga selesai, justru semakin erat dengan banyaknya kegiatan lain yang dilakukan bersama-sama hingga malam harinya. 

Sebut saja, kata dia, mulai dari salat berjemaah di musala, ngaliwet atau makan bareng bersama warga, mengajar anak-anak mengaji atau sekadar ngopi di warung sambil mengobrol tentang kondisi desa.

"Kegiatan-kegiatan semacam ini yang dengan sendirinya menguatkan ikatan prajurit TNI dengan rakyat. Bahkan, selama TMMD, mayoritas personel ikut tinggal sementara di rumah-rumah warga. Kalau sudah seperti ini, kemanunggulan TNI dengan masyarakat tak sebatas jargon belaka melainkan nyata adanya," ucap pria yang sebelumnya mengemban tugas sebagai Komandan Yonif Para Raider 305/Tengkorak di Karawang ini.

Untuk diketahui, pelibatan personel Satgas TMMD Ke-120 Kodim 0619/Purwakarta ini sebanyak 215 personel, yakni terdiri atas TNI AD 109 orang, TNI AL 10 orang, TNI AU 10 orang, Polri dua orang, Pemkab Purwakarta 19 orang dan masyarakat sebanyak 65 orang. Tanpa lelah pun tanpa sekat, mereka saling bergotong-royong melaksanakan program TMMD, baik sasaran fisik maupun nonfisik.

Terkait sasaran nonfisik ini, Raja Aibon Kogila menyebut sedikitnya ada 16 poin yang sudah, sedang dan hendak dijalankan. Di antaranya penyuluhan atau sosialisasi bahaya terorisme dan radikalisme, hukum dan kamtibmas, bahaya narkoba hingga bela negara dan wawasan kebangsaan. 

Selain itu, ada juga sosialisasi percepatan penurunan stunting, pembekalan posyandu dan posbindu, penyuluhan pertanian, perikanan dan peternakan, sosialisasi pendidikan dan keagamaan, serta penyuluhan KB kesehatan. Tak sampai di situ, ada pula sosialisasi lingkungan hidup dan kehutanan, sosialisasi kegiatan PKK serta penyuluhan kependudukan.

"Ke-16 jenis kegiatan nonfisik ini sudah terprogram dengan baik. Kami juga mengundang berbagai narasumber dari dinas atau instansi terkait untuk menyampaikan informasi sesuai dengan tema penyuluhan atau sosialisasi yang telah ditetapkan," kata Raja Aibon Kogila.

Teranyar, para personel dibantu Babinsa setempat memberikan materi sosialisasi tentang wawasan kebangsaan dan bela negara ke sekolah-sekolah yang ada di Desa Gurudug, di antaranya di Madrasah Ibtidaiyah Al-Iftitah. Hal ini merupakan salah satu upaya menanamkan sekaligus menumbuhkan rasa cinta tanah air sejak dini.

"Cinta tanah air dan bela negara bukan hanya tanggung jawab orang dewasa, jauh dari itu, harus ditanamkan sejak masih anak-anak, sehingga dapat menjadi pondasi dalam membentuk karakter manusia unggul dan berkualitas," ujar Raja Aibon Kogila.

TMMD Picu Pembangunan Berkelanjutan

Terpisah, Kepala Desa Gurudug Asep Irpan mengatakan, desanya terdiri atas beberapa kampung. Di antaranya, Kampung Citalaksana, Inpres, Krajan, Blok Lio, Blok Arab, Neglasari dan 

Sempur. Jumlah total warga Desa Gurudug ada 2.030 jiwa yang mayoritas matapencahariannya adalah petani.

"Terkait potensi desa, kami memiliki makam dan petilasan ulama, kiai dan guru-guru yang masyhur di zamannya yang bisa dijadikan destinasi wisata religi. Itu pula mengapa desa ini dinamakan Gurudug, berasal dari kata guru dan dug yang artinya tempat berkumpulnya para guru. Ada guru silat, guru ngaji, guru pendidik dan lainnya," kata Asep Irpan.

Makam dan petilasan itu kerap dikunjungi berbagai jemaah dari dalam dan luar Purwakarta pada hari-hari tertentu. Sebut saja dari Karawang, Subang hingga Bekasi. Untuk makam maupun petilasannya di antaranya, Makam Keturunan Sumedang, Petilasan Nini Angkrih, Nyi Siti Ningrum hingga Syekh Gamis.

Kemudian, kata dia, Desa Gurudug juga memiliki lapangan sepak bola yang kerap menggelar pertandingan antardesa dari berbagai kecamatan di Purwakarta. Selanjutnya, potensi sebagai penghasil padi berkualitas meski sawahnya berupa tadah hujan. Total lahan sawah ada lebih dari 100 hektare. Ada juga oleh-oleh khas seperti keripik gadung dan keripik pisang.

"Dengan kondisi jalan yang rusak saja banyak yang datang ke Desa Gurudug, apalagi jika TMMD ini selesai dan jalan sudah bagus. Insyaallah mendatangkan keberkahan dan kesejahteraan, khususnya bagi warga Desa Gurudug," ujar Asep Irpan yang merupakan putra asli Desa Gurudug ini.

Dirinya mengungkapkan, bukan tanpa alasan desanya tersentuh program TMMD. Sudah sejak lama, di setiap musyawarah rencana pembangunan (musrenbang) Kecamatan Pondoksalam, dirinya mengajukan pembuatan jalan tembusan ke Wanayasa via Rancadarah yang saat ini jadi sasaran utama program TMMD.

"Alhamdulillah, TMMD ini memiliki arti besar untuk Desa Gurudug, terlebih bagi kami pemerintah desa. Masyarakat semakin percaya atas kinerja kami membangun desa lewat TMMD. Kesadaran warga juga akan semakin tinggi dalam menjaga lingkungannya. Pun dengan karakter warga kami yang semakin erat silaturahminya, kerja sama dan gotong royongnya," ucapnya.

Dengan rampungnya TMMD nanti, Asep Irpan optimis akan mengangkat perekonomian desanya. "Apakah warga desa bahagia dengan adanya TMMD? Sudah pasti, bayangkan saja, sudah 18 tahun warga menginginkan jalan tersebut diperbaiki dan kini terwujud," kata dia.

Dampaknya, mengangkut hasil panen semakin lancar. Akses ke lapangan juga  semakin mudah dan nyaman. Lapangan bisa disewa, semakin banyak event, semakin banyak pula warga yang berjualan di pinggir lapangan. Artinya, roda ekonomi semakin cepat berputar.

"Kami berharap, TMMD ini menjadi pemicu pembangunan yang berkelanjutan. Diawali pengecoran dari titik 0 pengecoran sampai 694 meter. Masih ada jarak empat kilometer lagi hingga ke perbatasan atau lima kilometer untuk sampai ke ke Rancadarah," ujar Asep Irpan. 

Apabila ini terwujud, maka tak hanya dapat memangkas waktu perjalanan, tapi juga mampu mengurai kemacetan yang kerap terjadi di akhir pekan. Bila jalan Gurudug - Rancadarah seluruhnya rampung akan memudahkan akses ke Margasari Pasawahan, Cibukamanah Cibatu hingga ke Warungkadu.

"Setiap hendak rapat ke Kantor Kecamatan Pondoksalam misalnya. Selama ini saya harus memutar dengan waktu tempuh 45 menit. Tapi, kalau jalan lancar via Rancadarah maka waktu tempuhnya hanya 15 menit. Inilah yang akan terus kami upayakan, pembangunan yang berkelanjutan, semoga," ucap Asep Irpan.(*)

Berita Terkait